Surat Pembaca

Pesta Demokrasi, Bikin Caleg Depresi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Dyan Shalihah

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Pesta demokrasi tinggal hitungan hari lagi, para calon legislatif sibuk lobi suara sana sini. Bahkan, tidak sedikit dari mereka hanya mempersiapkan kemenangan tanpa mempersiapkan mental ketika gagal. Maka, rumah sakit jiwalah yang siap antisipasi.

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz meminta Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiapkan layanan konseling maupun fasilitas kesehatan kejiwaan untuk caleg 2024 yang stres karena gagal terpilih.

“Belajar dari situasi dan kondisi di pemilu-pemilu sebelumnya, kecenderungan orang stres meningkat pasca pemilu.” Kata Aziz dalam keteranganya( detik.com/26/1)

Beberapa RS/RSJ sudah disiapkan untuk menangani calon legislatif yang depresi akibat gagal terpilih. Di antaranya, Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondhoutomo Semarang sudah menyiapkan ruangan khusus, Rumah Sakit Jiwa Jambi mempersiapkan 17 ruangan, Rumah Sakit Jiwa Daerah Solo sudah menyiapkan ruangan VIP dengan fasilitas setiap 1 bed electrik dilengkapi dengan nurse call, Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Samsi Jacobalis Bangka Belitung telah menyiapkan 60 tempat tidur dengan 3 dokter spesialis kejiwaan. Fakta itu menunjukkan pemilu hari ini dalam sistem demokrasi sangat rawan terjadinya gangguan kejiwaan.

Pesta Demokrasi Berbiaya Tinggi

Tak dapat dielakan bahwa pemilu saat ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal itu disebabkan semakin berkembangnya profesionalisasi politik dan mahalnya biaya kampanye yang mana itu semua tidak ditanggung oleh partai melainkan dana pribadi para calon legislatif.

Tidak adanya dukungan finansial dari kelompok akar rumput kepada para politisi, sehingga para calon legislatif harus menggandeng donatur yang mau membiayai  dirinya untuk ikut dalam kontestasi politik. Sebagai imbalan atas dana yang telah digelontorkan, setelah para calon legislatif memenangkan suara di pemilu adalah kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pemilik modal, tapi tidak berpihak kepada rakyat

Maka, tidak heran setelah menjadi pejabat daerah maupun pusat, yang pertama Mereka lakukan adalah bagaimana modal saat kampanye bisa kembali.Realitasnya, pemilu di era demokrasi adalah ajang jual beli suara dan kekuasaan, ajang timbal balik dengan kebijakan, dan nasib rakyat yang menyumbang suara tak lagi diprioritaskan.

Di sisi lain, para calon legislatif saling berebut kursi dalam kontestasi pemilu adalah semata demi jabatan, prestise untuk menaikan harga diri juga mencari keuntungan materi dan fasilitas lainnya, sekali lagi bukan karena ingin merubah nasib rakyat.

Kekuatan mental sangat menentukan sikap seseorang dalam menyikapi hasil pemilihan. Maka tidak dapat dibantah kekuatan mental sekarang ini sangat menentukan dan berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan seseorang.
Faktanya di zaman kapitalis sekarang ini, banyak manusia bermental lemah, mencari kekuasaan dengan cara kotor, saling menjatuhkan sesama lawan, saling suap demi bisa membeli suara. Tingginya persaingan uang justru melupakan kesiapan mental ketika kalah. Hal itu terbukti dengan banyaknya yang mengalami gangguan mental pasca pemilu akibat sudah terlanjur banyak uang yang dikeluarkan tanpa adanya hasil apa lagi mengembalikan modal. Akhirnya kondisi kejiwaan terguncang akibat menanggung hutang.

Kekuasaan dan Jabatan di Dalam Islam

Islam memandang kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan harus dijalankan sesuai ketentuan Allah dan Rasul-Nya.Maka tidak boleh disalah gunakan apalagi dikhianati. Seorang pemimpin harus mampu meriayah dan melindungi rakyatnya.

Kekuasaan dan jabatan bisa menjadi ladang pahala jika dijalankan dengan benar sesuai ketentuan syari’at, tapi akan menjadi dosa ketika keluar dari ketentuan syari’at.Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surah Shad ayat 26, artinya:”(Allah berfirman,)” Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu Khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

Sehingga di dalam Islam tidak ada istilah meminta amanah untuk diberi kekuasaan atau jabatan.Karena mereka sangat faham sesungguhnya amanah menjadi pemimpin sangat berat pertanggungjawabanya, bukan hanya kepada umat tapi juga Keda Rabbnya. Tidak hanya di dunia tapi sampai ke akhirat.

Oleh karena itu tidak ada pengangkatan pemimpin di dalam Islam dengan menghabiskan biaya tinggi, sehingga tidak ada pula resiko gangguan mental hingga depresi.Maka, Islam hadir dengan semua peraturan yang lengkap sebagai tuntunan bagi manusia untuk menjadi Khalifah di muka bumi sesuai dengan tuntunan syari’at.Oleh karena itu sudah selayaknya bagi kita untuk berjuang menegakan syari’at Allah.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 12

Comment here