Surat Pembaca

Pesta Demokrasi, Bagi-Bagi Bansos Agar Dicoblos

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Halida Almafazha ( Aktivis Dakwah Muslimah DeliSerdang)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi tudingan adanya muatan politisasi terkait pemberian sejumlah bantuan sosial (Bansos) ke masyarakat menjelang Pemilu 2024. Jokowi mengaku tidak kaget apabila bansos dari pemerintah dikaitkan dengan muatan politisasi oleh banyak oknum tak bertanggung jawab. Menurutnya, sejak memasuki tahun politik setiap aksi pemerintah seringkali dipolitisasi oleh sejumlah pihak. Hal ini disampaikannya usai menghadiri agenda peresmian pembukaan Kongres XVI Gerakan Pemuda Ansor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/2/2024).

Pemilu 2024 tinggal menghitung hari. Salah satu hal yang mengemuka adalah terkait politisasi bantuan sosial (bansos). Menjelang hari-H pilpres, politisasi bansos diduga kian masif. Presiden Jokowi dan menteri-menteri yang tergabung dalam tim kampanye pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dinilai makin masif menggunakan program bansos sebagai alat kampanye pendongkrak suara.

Menghalalkan Segala Cara

Perilaku para pejabat yang memanfaatkan bansos untuk melanggengkan kekuasaan ini merupakan wajah asli praktik demokrasi. Di dalam sistem demokrasi, kekuasaan menjadi tujuan yang akan diperjuangkan dengan segala macam cara. Para politisi menghalalkan segala cara untuk meraih dan melanggengkan kekuasaannya. Oleh karena itu, setiap peluang akan mereka manfaatkan untuk memenangkan kontestasi mereka, meski dengan menyalahgunakan jabatan dan uang negara.

Praktik penyalahgunaan jabatan ini merupakan hal yang wajar karena sistem demokrasi meniscayakan kebebasan berperilaku merupakan salah satu pilar demokrasi. Hal ini karena asas demokrasi adalah sekularisme yang jelas mengabaikan aturan agama dalam kancah kehidupan, termasuk dalam berpolitik.

Kesadaran Politik masyarakat yang rendah sehingga cenderung menormalisasi penyalahgunaan jabatan tersebut. Rendahnya kesadaran politik masyarakat sehingga mudah ditipu dengan iming-iming bansos atau uang merupakan dampak dari buruknya politik di negeri ini dan kemiskinan yang menghimpit kehidupan mereka. Akhirnya masyarakat berpikir pragmatis dan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan para politisi.

Inilah kondisi ketika kemiskinan menjadi problem yang sangat kronis bagi negara. Seharusnya negara menyolusi kemiskinan dengan sungguh-sungguh, bukan justru memanfaatkan kemiskinan rakyat dengan “membeli suara rakyat” melalui pemberian bansos.
Saat ini, kekuasaan memang menjadi hal yang diperjuangkan dengan segala macam cara dan tipu muslihat, peluang apapun akan dimanfaatkan. Kepemimpinan seperti ini merupakan hasil penerapan sistem demokrasi.

Sistem demokrasi mengabaikan aturan agama dalam kehidupan sehingga sistem ini meniscayakan kebebasan berperilaku. Di sisi lain, sistem demokrasi juga membentuk masyarakat yang memiliki kesadaran politik rendah karena masyarakat dibentuk agar merasa cukup hanya dengan mencoblos pemimpin dan wakil rakyat.

Pemilu demokrasi dalam sistem kapitalisme liberal memang memberikan celah yang besar atas penyalahgunaan dan tidak berpijak pada nilai-nilai, gagasan, bahkan ideologi, yang ada hanya kepentingan sesaat untuk melanggengkan kekuasaan demi keberlanjutan bisnis para pemodal. Karena itu, segala cara digunakan untuk mendongkrak elektabilitas, bahkan dengan menyuap rakyat.

Berbeda dengan tiga pilar penopang dalam pemerintahan Islam. Pertama, ketakwaan individu. Individu dalam Islam dididik untuk menjadi manusia yang bertakwa, sehingga tidak mudah untuk disuap demi kepentingan sesaat. Kedua, kontrol masyarakat. Ketika kontrol masyarakat berjalan dengan syariat Islam, maka suap-menyuap tidak akan menjadi kebiasaan. Ketiga, penerapan syariat Islam oleh penguasa. Penerapan syariat Islam tentu menghilangkan praktik-praktik tipu muslihat.

Itulah alasan pentingnya kaum muslim untuk memperjuangkan sistem Islam, Bukan hanya mengganti pemimpin tapi mengganti sistem demokrasi kapitalisme liberal ini menjadi sistem Islam merupakan rahmatan Lil ‘alamiin. Wallahu ‘alam bi shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 9

Comment here