Opini

Palestina Kembali Berteriak, Dunia Masih Menutup Telinga

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Zulhilda Nurwulan (Relawan Opini Kendari)

wacana-edukasi.com–Dilansir dari CNN Indonesia, Tentara Israel menembak seorang perempuan Palestina di dekat Betlehem, Tepi Barat. Wanita itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (10/4). Menurut Kemenkes Palestina, perempuan itu tewas karena kehilangan banyak darah akibat arteri yang robek terkena timah panas tentara Israel.

Kezaliman tentara Israel kian membabi buta terlebih pada saat Ramadan seperti saat ini. Parahnya, Israel bahkan membolehkan sipil mereka untuk membawa senjata bahkan membunuh sipil Palestina. Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtay mengungkapkan, “Israel mengizinkan para pemukim membawa senjata dan membunuh warga Palestina hanya karena mereka tersangka.”
Ketegangan ini bermula dari adanya orang Israel yang mati akibat serangan seorang sipil Palestina di wilayah Tel Aviv, Kamis (7/4/2022).

Seyogianya, tindakan warga Palestina adalah bentuk perlindungan diri dari kecaman dan kezaliman yang dilakukan militer Israel selama ini. Namun, tindakan ini dianggap sebagai bentuk terorisme dan kekerasan oleh militer Israel sehingga perlu mendapatkan perlawanan. Dalam serangan Sabtu (9/4/2022), militer Israel mengatakan bahwa mereka melakukan apa yang digambarkannya sebagai operasi kontra-terorisme di dan sekitar kota Jenin. Akan tetapi, dalam serangannya ini pihak Israel tidak hanya menyerang fisik sipil Palestina melainkan turut menghancurkan pemukiman-pemukiman warga Palestina.

Dilansir dari Kompas.com, Israel sering menghancurkan rumah-rumah para penyerang Palestina dalam sebuah praktik yang dikatakannya untuk menghalangi penyerangan di masa depan. Tetapi para kritikus menganggap tindakan itu sebagai hukuman kolektif.

Sikap tak Adil Dunia terhadap Penderitaan Palestina

Palestina kembali berduka namun dunia masih menutup mata dan telinga. Ikatan nasionalisme makin kerat di jiwa kaum muslim dunia. Kezaliman tentara Israel terhadap sipil Palestina ternyata tidak mampu menggerakkan opini dunia untuk memperhatikan penderitaan yang dialami sipil Palestina. Hal ini dianggap sebagai problem rumah tangga Palestina sehingga dunia tidak punya hak untuk ikut campur dalam penyelesaian masalah Palestina-Israel ini. Kecaman memang datang dari berbagai pemimpin dunia namun tidak untuk aksi nyata perlawanan terhadap tentara Israel.

Sedihnya, dunia memberi respons yang berbeda terhadap pembantaian yang terjadi di Bucha, Ukraina. Invasi militer Rusia dan Ukraina memang telah berhasil mengambil perhatian dunia. Bahkan, tidak sedikit yang memberi argumen jika keadaan ini akan mempengaruhi roda perpolitikan dunia.

Rusia, adalah produsen minyak terbesar ketiga dan produsen gas alam terbesar kedua dunia. Dengan adanya invasi militer ini tentu sangat berpengaruh terhadap harga minyak dunia Rusia mengekspor 70% ekspor gasnya ke Eropa via pipa melalui Ukraina. Dengan pangsa pasar 12%, Rusia merupakan salah satu produsen minyak global terbesar. Krisis politik yang berkepanjangan tentu akan membuat harga minyak mentah makin melesat dan tentu akan berdampak serius terhadap perekonomian global (CNBC Indonesia/2022).

Dari pernyataan di atas, sangat jelas jika dunia saat ini masih mengutamakan keuntungan dibandingkan kemanusiaan. Padahal, kezaliman yang terjadi di Palestina bukanlah hal baru melainkan sudah berlangsung lama. Sayangnya, mayoritas masyarakat masih berkutat dengan opini jika Palestina akan terus terjajah karena hal ini sudah dikabarkan dalam Al-Quran. Seyogianya, pandangan masyarakat tentang hal ini adalah keliru dikarenakan masyarakat masih menarik kesimpulan secara definitif. Padahal, sebagai umat yang satu sudah saatnya masyarakat merasa jika penderitaan muslim Palestina adalah perkara yang harus disuarakan. Memang benar, mayoritas pemimpin muslim dunia telah mengecam aksi keji para tentara Israel. Sayangnya, pada sisi yang lain pemimpin-pemimpin negara Islam masih melanggengkan kerjasama dengan pihak Israel dalam bidang politik, hukum dan ekonomi global.

Seperti yang diketahui, pada 09 Maret 2022, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima kunjungan Presiden Israel, Isaac Herzog. Dalam kunjungan ini Erdogan menyampaikan bahwa negaranya dan Israel berusaha menghidupkan kembali politik bilateral berdasarkan kepentingan. Hal ini adalah bentuk pengkhianatan bagi muslim Palestina karena hingga saat ini dunia belum mampu mengendalikan penyerangan yang dilakukan zionis Israel terhadap Palestina. Dari peristiwa ini makin jelas kedok dunia berpihak pada siapa. Behkan, mereka lantang mengutuk aksi Rusia terhadap Ukraina hanya Krena ingin membahagiakan tuan mereka, Amerika Serikat namun mereka diam terhadap konflik Palestina.

PBB, sebuah badan internasional yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan Israel-Palestina ternyata tidak melakukan tindakan apa pun selain kecaman. Parahnya, PBB malah menegaskan solusi dua negara untuk perdamaian antara Israel dan Palestina yang kenyataannya solusi ini malah merugikan warga negara Palestina. Sebagaimana diketahui, pada perjanjian resolusi dua negara, Palestina mendapat bagian wilayah lebih sedikit sehingga hal ini akan menyebabkan perluasan wilayah oleh Israel di tanah Palestina. Hal ini makin jelas setelah Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett yang menyebut tidak akan mengizinkan pembentukan negara Palestina selama dia masih memerintah.

Dengan demikian, solusi dua negara yang ditawarkan PBB hanya menguntungkan salah satu pihak. Ditambah lagi, sebagaimana dikutip dari Republika.co.id, Pada Desember 2017, Palestina memutuskan mundur dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi Amerika Serikat (AS). Langkah itu diambil setelah mantan presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini sangat jelas memperlihatkan bahwa dunia memang tidak berpihak pada dunia muslim. Sekalipun di Rusia dan Ukraina ada masyarakat muslim yang hidup, namun pertarungan yang terjadi hanya berkutat pada masalah politik antar ke-dua negara. Berbeda halnya dengan konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina.

Hanya Khilafah solusi bagi Palestina

Penindasan yang dilakukan zionis Israel terhadap Palestina sudah berjalan kurang lebih selama tujuh dekade. Runtuhnya khilafah Islam telah menyebabkan penderitaan bagi umat muslim di beberapa belahan dunia termasuk diantaranya adalah Palestina.

Banyaknya negeri muslim ternyata tidak mampu menyelamatkan Palestina dari kekejaman zionis Israel. Melihat situasi negeri-negeri muslim yang masih menjalin hubungan mesra dengan Israel dan sekutunya. Maka, jelas bahwa sejatinya tidak ada yang benar-benar peduli terhadap keadilan bagi Palestina. Terlebih, mayoritas negara di dunia saat ini masih menganut sistem politik kapitalis-sekuler menyebabkan penderitaan dan penyiksaan bagi negeri muslim di sebagian belahan dunia masih kerap terjadi.

Tiadanya Khilafah, sebuah sistem pemerintahan yang berlandaskan pada Islam membuat negeri-negeri muslim kehilangan pelindung. Khilafah, sebuah sistem yang mampu mengayomi dan melindungi siapa pun baik Islam maupun yang lain memiliki peraturan yang khas dan sistemis. Khilafah menerapkan peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan hadis yang mengusung ideologi Islam.

Kondisi Palestina dan negeri muslim yang lain tidak bisa diselesaikan dengan sistem kapitalis-sekuler seperti hari ini. Sebab, siapa saja yang menganut sistem ini sejatinya hanya berporos pada kepentingan dan keuntungan. Sehingga, tidak heran jika masih banyak pemimpin negeri muslim yang tetap bekerjasama dengan zionis Israel maupun bangsa kafir yang lain pada sisi politik, hukum, perdagangan dan sosial.

Terlebih, Israel tidak memahami kemanusiaan. Tiap langkah zionis ini selalu berbarengan dengan senjata. Sehingga, senjata harusnya dibalas senjata. Olehnya itu, masalah Palestina hanya bisa dilawan dengan perang dan jihad. Sayangnya, jihad hanya bisa tercipta melalui pemerintahan Islam yang menyeluruh, satu komando, satu arahan. Dan, hanya Khilafah yang bisa melakukan hal ini. Olehnya itu, Palestina butuh kepemimpinan yang kuat seperti Khilafah, sebuah sistem yang bahkan ditakuti oleh negara-negara adidaya.

Dengan demikian, sudah saatnya umat Islam sadar akan pentingnya mendirikan negara khilafah untuk keadilan bagi seluruh umat di dunia. Wallahu’alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here