Opini

Menyoal Ibu-ibu Pengajian di Seminar Nasional

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eti Ummu Nadia

wacana-edukasi.com, OPINI– Sekelompok Ibu-ibu yang tergabung dalam Aliansi Pencinta Pengajian Ibu-ibu (APPI) berkumpul di depan Patung Kuda Monas, dan di jalan Teuku Umar kediaman Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri yang juga merupakan Presiden RI ke 5. Aksi damai Ibu-ibu tersebut merupakan buntut dari pernyataan yang dilontarkan Ibu Megawati terkait Ibu-ibu yang suka datang ke pengajian pada pidatonya pada acara Seminar Nasional beberapa waktu ke belakang.

Atin yang merupakan koordinator aksi unjuk rasa pada hari Selasa, 21-02-2023 mengatakan, “ Kami datang di sini bermaksud menemui Ibu Megawati Soekarnoputri, agar bersedia mengaji bareng bersama kami dan tidak tidak nyinyir terkait pengajian Ibu-ibu”.

Dalam aksinya, Ibu-ibu membentangkan spanduk diantaranya tulisan “Megawati Soekarnoputri harus meminta maaf atas melecehkan Ibu-ibu pengajian.” Atin dan pihaknya tak terima dengan pernyataan Megawati. Karena menurutnya pengajian Ibu-ibu sangat bermanfaat, dan sudah menjadi tradisi. “Hal ini sebagai benteng ketahanan keluarga dari gempuran ideologi liberalisme, sekularisme, dan hedonisme yang merusak moral generasi bangsa khususnya generasi muda saat ini.” Ujar Atin. Medcom.id. 21-02-2023.

Sebagaimana diketahui pernyataan Megawati terkait nyinyir Ibu-ibu yang gemar pengajian tengah menjadi viral. Ibu-ibu yang biasa ikut pengajian merasa tersinggung dengan ucapan yang dilontarkan saat jadi pembicara di acara Kick Off Pancasila dalam tindakan ‘Mencegah Stunting’ yang di selenggarakan BKKBN. Dilansir dari Viva.co.id,18 Februari 2023 dalam pidatonya, Megawati mengatakan “ Maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu ini pengajian ini sampai kapan tho yo? Anakke arep dikapakke (anaknya mau di apain?), ujarnya.

Berawal dari lontaran yang di sampaikan Megawati kemarin menjadi pemantik reaksi publik, khususnya bagi para Ibu-ibu pencinta pengajian. Sehingga aksi damai tersebut bentuk protes mereka agar Megawati tidak nyinyir lagi dengan Ibu-ibu yang gemar pengajian. Dalam salah satu spanduknya, Aliansi Pencinta Pengajian Ibu-ibu (APPI) mengharapkan Megawati memohon maaf atas pernyataannya, yang telah menyinggung Ibu-ibu pengajian. Padahal mereka menyadari dengan mengikuti pengajian, adalah bentuk benteng ketahanan saat ini, dari merebaknya gempuran paham pluralisme, sekularisme dan hedonisme yang merusak generasi bangsa.

Kata pengajian bisa artikan dengan tholabul Ilmi (mencari ilmu). Sedangkan dalam agama Islam menuntut ilmu merupakan kewajiban yang harus dilakukan, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana dalam sebuah hadits: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibu Majah, no 224).

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

Dalam hadits tersebut jelas bahwa setiap muslim wajib untuk menuntut ilmu. Apalagi bagi seorang Ibu, pengajian sangat penting karena seorang Ibu merupakan madrasatul ula pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga seorang Ibu berperan penting memberikan pendidikan kepada anaknya agar anak-anaknya menjadi anak yang sholeh sholehah. Di samping itu seorang Ibu juga merupakan Ummu warabatul bait atau pengurus rumah tangga. Ibu berperan besar dalam membentuk karakter dan kepribadian anak-anaknya agar memiliki akhlak yang mulia.

Pengajian gudangnya ilmu, dari hasil pengajian inilah Ibu-ibu akan mendapatkan ilmu-ilmu yang luas, yang bisa menuntunnya agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana Islam agama yang sempurna, Islam pun bukan sekadar agama yang mengatur terkait ibadah mahdoh seperti sholat, zakat, puasa. Akan tetapi Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Seperti pernikahan, pendidikan, pergaulan, bagaimana cara mendidik anak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita butuh ilmunya, dan Ilmu itu tidak akan datang jika kita tidak menjemputnya. Maka jemputlah ilmu itu dengan kita mengikuti pengajian. Dengan kita memiliki ilmu, maka peran kita akan optimal sebagai Ummu madrasatul ula dan Ummu warabatul bait, mana kala kita sebagai seorang Ibu rajin mencari ilmu. Karena dengan ilmu, kita akan memahami dan tahu bagaimana cara mendidik anak, menjaga, melindungi dan memberikan pendidikan agama sesuai syariat Islam.

Ibu yang cerdas ialah Ibu yang paham betul dengan agama. Seorang Ibu menyadari akan kewajibannya, anak adalah amanah dari Allah yang harus ia jaga. Karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya. Mengurus anak adalah kewajiban, dan menuntut ilmu juga kewajiban, baik menuntut ilmu dengan menghadiri pengajian, atau pun mengikuti secara online. Kendati demikian, jangan dibenturkan yang wajib dengan yang wajib. Karena kedua peran tersebut harus berjalan beriringan. Bukan berarti rajin menghadiri pengajian, tetapi lalai dengan kewajiban lainnya seperti mengurus anak-anak. Keduanya kewajiban yang harus di tunaikan bagi seorang Ibu. Jika ada yang mengatakan bahwa Ibu-ibu kenapa gemar pengajian? Ya karena menuntut ilmu itu wajib, dan kita butuh ilmu untuk modal mendidik anak-anak generasi kita, agar memiliki akidah yang benar.

Faktanya kerusakan moral generasi saat ini sangat mengkhawatirkan. Mirisnya kerusakan moral terjadi dari berbagai segi kehidupan seperti pergaulan bebas, sex bebas, miras, narkoba dan lain sebagainya. Akibat sistem sekularisme, liberalisme, dan hedonisme menjadi virus yang sangat cepat penyebarannya menghinggapi generasi muda sekarang. Sekularisme memisahkan agama dari kehidupan, sehingga mereka mengambil agama hanya sebagian saja. Liberalisme paham dengan ide kebebasannya, menjadikan mereka hidup bebas tanpa agama mengaturnya. Begitu pun dengan hedonisme, generasi muda saat ini, hanya memikirkan kesenangan dunia, materialisme, ketenaran dan lain sebagainya. Sehingga generasi muda jauh dari pemahaman Islam yang benar. Karena pemikiran mereka sudah terkontaminasi pemahaman barat, yang tujuan hidupnya hanya mengejar kesenangan dunia, sehingga lupa pada akhirat.

Oleh karena itu, orang tua adalah garda terdepan dalam menjaga anak-anaknya dari gempuran paham barat yang merusak generasi. Dengan kita rajin pengajian, dan mempelajari Islam secara Kaffah, maka kita akan mendapatkan ilmu untuk bekal kita mendidik dan menjaga anak-anak kita, dari paham yang menyesatkan. Belajar Islam haruslah menyeluruh atau kaffah, tidak boleh hanya sebagian saja. Karena Islam bukanlah prasmanan yang mana selera diambil, dan yang tidak selera dicampakkan. Islam itu agama yang sempurna dan paripurna. Sebagai seorang muslim kehendaknya mengambil Islam Kaffah sebagai aturan hidup, yang hukum dan aturannya berasal dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Wallahu’alam Bish Shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 10

Comment here