Surat Pembaca

Menyoal Bencana Ekologis yang Kian Parah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Alfiah, S.Si.

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Bencana ekologis dan kemanusiaan di Indonesia sudah amat mengkhawatirkan. Namun anehnya kondisi demikian bukan dianggap sebagai suatu masalah besar oleh rezim negeri ini. Malah berbagai UU dan regulasi terus dimuluskan demi kepentingan kapital dan oligarki. Padahal Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mencatat sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo terjadi berbagai persoalan terhadap lingkungan akibat adanya proyek pembangunan yang tak pro rakyat.

Sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo, terungkap sebanyak 827 warga negara mengalami kriminalisasi dan kekerasan demi memuluskan berbagai proyek strategis nasional (PSN) dan konflik lahan antara rakyat dan perusahaan. Belum lagi ada 145 orang ditangkap dengan 28 orang tersangka. Ditambah 620 orang mengalami luka-luka akibat kekerasan aparat dan 6 orang meninggal. (nasional.tempo.co, 12/01/2024)

Ironisnya bukan hanya kriminalitas dan kekerasan yang dialami rakyat. Krisis politik kian menyebabkan bencana ekologis serta krisis iklim. Menurut catatan WALHI, dari tahun 2015 hingga 2022, Indonesia mengalami puluhan ribu bencana yang 90 persen di antaranya adalah bencana ekologis. Alih-alih menangani krisis iklim dengan mengurangi secara drastis pelepasan emisi, pemerintah justru menerapkan serangkaian solusi semu penanganan iklim seperti perdagangan karbon, caebon capture storage (CCS), hilirisasi nikel dan program transisi palsu energi lain.

Direktur Nasional WALHI, Zenzi Suhadi dalam keterangan tertulis, 11 Januari 2024 mengungkapkan bahwa krisis ekologis telah mengancam keselamatan rakyat di Sumatera. WALHI mencatat Pulau Sumatera telah dibebani oleh izin Hak Guna Usaha (HGU) sawit seluas 2.326.417 hektar. Sedangkan luasan Izin Usaha Pertambangan (IUP) mencapai 2.434 661 hektar. Luas izin di sekitar kehutanan mencapai 5.670.700 hektar.

Pada akhirnya, eksploitasi Pulau Sumatera mengakibatkan seluas 119.626 hektar deforestasi hutan di Sumatera dan setidaknya seluas 141.522 hektar hutan dan lahan gambut di Sumatera terbakar sepanjang tahun 2023. Bukan hanya karhutla, food estate, kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), konflik agraria berbagai proyek strategis nasional, serta kriminalisasi rakyat mengkonfirmasi gagalnya negara dalam melindungi rakyat dan lingkungan.

Akar masalah dari berbagai persoalan bencana ekologis dan kemanusiaan tidak lain karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalis. Dasar pembangunan proyek-proyek yang ada semata dilihat dari keuntungan ekonomi, bukan didasarkan pada kemaslahatan rakyat dan lingkungan. Kongkalikong penguasa dan pengusaha semakin mengabaikan rakyat yang harusnya menjadi tanggung jawab penguasa.

Alam butuh penyelamatan segera. Rakyat tidak boleh terus menjadi korban keserakahan oligarki. Harus ada upaya mendesak yang harus dilakukan di antaranya negara harus mengevaluasi seluruh perizinan proyek yang ada di kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, kawasan ekosistem esensial dan wilayah kelola rakyat. Perizinan yang mengancam hak-hak rakyat dan membahayakan lingkungan wajib dicabut.

Negara harus memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku kejahatan lingkungan hidup dan pelanggaran hak asasi manusia. Proyek-proyek pembangunan yang rakus ruang dan mengeksekusi rakyat dari ruang hidupnya harus dihentikan. Negara wajib menata ulang tata ulang wilayah berorientasi pada keadilan ekologis dan mitigasi bencana.

Semua upaya penyelamatan di atas hanya bisa diterapkan jika negara menerapkan aturan yang berdasarkan Syariat Islam. Aturan yang datang dari Pencipta dan pengatur alam semesta. Selama sistem yang diterapkan negeri ini adalah sistem yang didasarkan pada kapitalis sekularisme, tentu suatu.hal yang mustahil. Terbukti ketika manusia tidak tunduk pada aturan Sang Pemilik Alam, maka bencana ekologis dan kemanusiaan terjadi di mana-mana, seperti kita alami saat ini.
Allah SWT sungguh telah memperingatkan dalam surah Ar Rum ayat 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤١
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Wallahu a’lam bi ash shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 16

Comment here