Opini

Membangun Mental Health dengan Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Mita Octaviani S.Pd

wacana-edukasi.com– Pada zaman sekarang ini dimana teknologi dan ilmu pengetahuan begitu berkembang pesat dan berbagai kemudahan untuk mencapai akses transportasi, menjadikan aktivitas manusia menjadi semakin mudah dan singkat. Berbagai barang dan jasa yang dihasilkan pun menjadi semakin beragam.

Seiring dengan kemajuan iptek tersebut juga membuat kesehatan mental manusia menjadi urgen atau penting. Hal itu memunculkan tidak sedikit masalah dalam kesehatan mental setiap manusia.
Terlebih zaman yang dijalani adalah era kapitalistik yang mengedepankan nilai materi pada tiap aktivitas manusia.

Pola hidup kapitalistik menjadi pemicu terjadinya mental yang tidak sehat. Karena dalam hidupnya hanya mementingkan dan memikirkan bagaimana caranya agar terus mendapatkan materi. Sehingga tidak sedikit manusia yang berlomba dalam mendapatkan materi dan keuntungan untuk diri sendiri.

Seberapa pentingkah kita untuk menjaga kesehatan mental kita ditengah pola hidup kapitalistik dan gaya hidup yang cenderung konsumtif?

Mental health atau kesehatan mental adalah kondisi dimana batin berada keadaan tentram dan tenang. Kondisi tersebut memungkinkan seseorang untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Gangguan mental semakin banyak terjadi di tengah masyarakat saat ini. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Menurut Notosoedirdjo dan Latipun (2005) kesehatan mental dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor biologis dan psikologis, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah sosial budaya. Faktor biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental diantaranya adalah otak, sistem endrokin, genetika, dan sensori, sedangkan faktor psikologis yang berpengaruh adalah ketenangan jiwa.

Dilansir dari theconversation.com menerangkan bahwa jauh sebelum pandemi COVID-19, angka kasus gangguan kesehatan mental telah menunjukkan tren peningkatan di level global maupun Indonesia. Pandemi telah membuat masalah kesehatan jiwa makin meningkat. Ini semestinya menjadi pengingat bagi mayoritas negara untuk memperkuat sistem kesehatan mental.

Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-macam bentuknya, seperti dijelaskan dalam klasifikasi penyakit internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam definisi itu, gangguan kesehatan mental mencakup banyak bentuk, termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia.

Bunuh diri, seperti kasus mahasiswa di Yogyakarta baru-baru ini, merupakan masalah besar gangguan kesehatan mental yang perlu menjadi perhatian dan dicegah oleh banyak pihak. Secara global, bunuh diri adalah penyebab kematian keempat di antara orang berusia 15-29 tahun.

Riset terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington terkait Global Burden of Disease (GBD) 2019 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental tetap bertahan dalam 10 penyebab teratas beban penyakit di seluruh dunia. Tak ada bukti pengurangan secara global pada beban ini sejak 1990.

Dalam konteks Indonesia, riset ini menunjukkan tren peningkatan jumlah gangguan kesehatan mental dalam 30 tahun terakhir. Selain naiknya jumlah kasus gangguan jiwa baik pada laki-laki maupun perempuan, temuan lainnya adalah gangguan kesehatan jiwa pada perempuan lebih tinggi dibanding pada laki-laki. Apa penyebabnya?

Menurut Ilham Akhsanu Ridho, dosen dan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, perempuan di Indonesia rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena mengalami beban ganda dalam keluarga dan tempat kerja.

Selain dituntut oleh sistem sosial untuk mengurus pekerjaan di ranah domestik, perempuan juga dituntut bekerja untuk meningkatkan pendapatan keluarga, apalagi di kalangan kelompok miskin.

Di sektor domestik, kerentanan sosial muncul saat perempuan mengurus rumah tangga, anak, perceraian (jika terjadi), konflik dengan pasangan, kekerasan dalam rumah tangga. “Akar-akarnya bisa dilacak pada budaya patriarki,” kata dia.

Secara umum, analisis lain juga menyatakan semakin tinggi beban pekerjaan rumah tangga, semakin tinggi juga kemungkinan perempuan mengalami stres.Temuan lainnya adalah makin tua seseorang, makin rentan pula mengalami gangguan kesehatan mental. WHO menyatakan gangguan mental dan neurologis di antara orang dewasa yang lebih tua menyumbang 6,6% dari total kecacatan (DALYs) untuk kelompok usia ini. Sekitar 15% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita gangguan mental.

Lalu, berapa tahun masa hidup sehat yang hilang akibat gangguan kesehatan mental? Studi Global Burden of Disease (GBD) 2019, dengan perhitungan tingkat DALY (Disability-Adjusted Life Year) dari gangguan depresi menunjukkan makin tua kelompok usia, makin besar tahun hidup sehat yang hilang. Kelompok usia produktif, 15-64 tahun, merupakan kelompok yang paling banyak kehilangan tahun hidup sehat akibat gangguan depresi.

Misalnya, orang Indonesia kelompok umur usia 50-69 tahun kehilangan hidup sehat lebih banyak (sekitar 580 tahun per 100.000 orang) dibanding kelompok usia usia 5-14 tahun (sekitar 60 tahun per 100.000 orang) akibat gangguan depresi (lihat grafik di bawah).

Disability-adjusted Life Years (DALY) yang merupakan ukuran status kesehatan itu dinyatakan dalam metrik jumlah tahun yang hilang karena meninggal, sakit dan disabilitas. DALY dihitung dari gabungan jumlah waktu (dinyatakan dalam tahun) yang hilang akibat meninggal dini (Years of Life Lost, YLL) dan jumlah waktu ketika orang terpaksa hidup dengan disabilitas (Years Lived with Disability, YLD).Menurut Iqbal Elzayar, peneliti The Oxford University Clinical Research Unit in Indonesia (OUCRU ID), berdasarkan studi GBD 2019, faktor risiko yang berkontribusi terhadap gangguan mental depresi adalah pelecehan seksual masa kanak-kanak, perundungan, dan kekerasan dari pasangan.

“Pada kelompok 15-49 tahun, pelecehan seksual masa kanak-kanak dan bullying menjadi kontributor risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya. Sedangkan pada kelompok 70+, kekerasan dari pasangan lebih mendominasi,” kata kolaborator GBD 2019 dari Indonesia itu.

Selain masalah sakitnya secara langsung, salah satu isu yang timbul dari gangguan kesehatan jiwa adalah dampaknya terhadap produktivitas masyarakat.

Menurut Rizqy Amelia Zein, dosen Psikologi Kepribadian dan Sosial Universitas Airlangga, jika ada satu anggota keluarga memiliki masalah gangguan kesehatan mental yang berat, maka beban perawatan di keluarga tersebut meningkat. “Sebab, anggota keluarga yang lain harus membantu dan menangani yang sakit. Jadi bukan hanya produktivitas yang sakit yang terganggu, yang tidak sakit juga terganggu produktivitasnya karena harus merawat yang sakit,” kata Amelia.

Karena itu, kata dia, isu-isu kesehatan mental menjadi perhatian serius di negara-negara maju, ketimbang di negara-negara berkembang. Sebab, kesehatan mental bisa berdampak atau mempengaruhi produktivitas masyarakat.

Dari paparan di atas menjelaskan bahwa mental yang tidak baik menyebabkan seseorang mudah untuk mengalami stress dan depresi dalam dirinya karena pola hidup kapitalistik yang mendominasi dan tidak adanya aturan yang mampu mengatur pola pikir yang baik dan sehat.

Aturan kapitalistik tak lain adalah aturan buatan manusia yang membuat banyak masalah bagi penganutnya. Karena solusi yang ditawarkan hanya kepada pemuasan materi dan kepuasan dunia.
Banyaknya faktor yang menjadi penyebab menunjukkan gangguan mental adalah problem sistemik atau melekat pada sistemnya secara keseluruhan.
Dalam kehidupan dan pola pikir kapitalistik banyak kasus dan masalah yang terjadi disebabkan karena ketidakpuasan dalam kehidupan yakni seperti bunuh diri, pembunuhan, ancaman, dan lainnya.

Islam sebagai solusi tuntas datang menawarkan solusi yang sistemik dan sempurna. Memberikan kepuasan akal dan menjaga kesehatan mental bagi manusia. Aturan Islam adalah aturan yang datang langsung dari Sang pemiliknya Allah Swt melalui Nabi Muhammad SAW yakni Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an memberikan ketenangan dan kedamaian bagi yang mengamalkannya.

Berikut adalah beberapa surah penenang hati dan pikiran dalam Al-Qur’an. Yaitu:

Surah Al Insyirah ayat 6 memberi semangat untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik sesuai aturan dan ketentuanNya. Allah SWT tidak akan meninggalkan hambaNya yang telah melakukan usaha terbaik.

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Al Insyirah:6).

Surah penenang hati dan pikiran selanjutnya adalah surah Ar Ra’d ayat 24 yang mengingatkan keuntungan yang diperoleh seorang hamba yang sabar saat dilanda kesulitan. Kesabaran dan usaha akan membawa seorang muslim ke dalam kondisi yang lebih baik.

سَلَٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى ٱلدَّارِ

Artinya: Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”(Ar Ra’d:24).

Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan hambaNya untuk jangan pernah menjauh dariNya dalam menjalani kehidupan.

Kita semua diingatkan pula dalam surah Ar Ra’d ayat 28, agar kesulitan tidak membuat manusia jauh dari Allah SWT.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Ar ra’d:28).

Kesulitan mungkin menjadi hal yang paling tidak diharapkan seorang muslim terjadi pada dirinya. Namun, Allah SWT mengingatkan, ada hikmah yang bisa diambil dari kesulitan seperti dalam surah Al Baqarah ayat 216.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.(QS. Al Baqarah:216).

Kepada yang sedang mengalami kesulitan, Allah SWT mengingatkan untuk selalu berdoa dan jangan segan meminta petunjuk dariNya. Allah SWT juga mengingatkan keberadaanNya yang selalu dekat dengan seorang hamba.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186).

Di samping surah-surah penenang hati dan pikiran di atas, membaca zikir sehari-hari juga dapat dilakukan muslim. Salah satunya memperbanyak bacaan istigfar sebagaimana disebut dalam hadits Rasulullah SAW,

أكْثِرُوْا مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ، فَمَنْ أَكْثَرَ مِنْهُ جَعَلَ الله لَهُ مِنْ كُلِّ غَمٍّ وَهَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya: “Barangsiapa memperbanyak istigfar, niscaya Allah melegakan setiap kegundahan mereka, melepaskan kesempitan mereka, dan memberikan rezeki secara tidak diduga-duga,” (HR Abu Dawud).

Sebagai kaum muslim kita semua wajib mengetahui dan mempelajari agama Islam dengan benar dan menyeluruh sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist.

Setiap muslim perlu mencari tahu Uqdatul Qubra/tiga pertanyaan besar atau tiga simpul besar dalam kehidupan. Yakni manusia, alam semesta, dan kehidupan. Yang meliputi sebelum proses penciptaan manusia, saat manusia diciptakan untuk apa di dunia ini? Tidak lain untuk beribadah dan taat kepada aturanNya. Lalu sebuah keniscayaan bahwa manusia akan mengalami kematian, kemana sesudah manusia meninggal(kan) dunia? ke Syurga atau ke Neraka karena ada yaumul hisab/hari pembalasan.

Islam mengatur kehidupan manusia dari bangun tidur di pagi hari sampai kembali tidur pada malam hari. Islam memberikan aturan yang sempurna untuk kita bagaimana menjalankan hubungan kita kepada Sang Pencipta yaitu beribadah dan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Islam mengatur hubungan kita dengan sesama manusia yakni bagaimana kita berinteraksi dan bersosialisasi sesuai dengan hukum syara. Lalu Islam mengatur bagaimana hubungan kita dengan alam semesta untuk membuat kita berjalan berdampingan dengan alam yang memberikan banyak manfaat, mengelola alam dengan baik dan sesuai dengan hukum syara agar tetap terjaga keseimbangan alam.

Maka dari itu hanya dengan hidup dalam naungan Islam dan aturan Islam sesuai dengan hukum syara maka akan tercipta manusia yang bermental sehat baik jasmani maupun rohani. Manusia akan mampu menjalankan aktivitas kehidupannya dengan baik dan mempunyai mental yang kuat dalam menghadapi rintangan kehidupan.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 30

Comment here