Surat Pembaca

Marak Kejahatan dalam Keluarga, Mengapa?

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Beberapa waktu lalu, ramai pemberitaan pembunuhan sadis yang terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Desa Tutuyan III, Kecamatan Tutuyan. Korbannya adalah bocah perempuan berusia 8 tahun pada Kamis (18/01/24). Melansir dari tvonenews.com. Dari hasil penyelidikan akhirnya terungkap bahwa motif dari pembunuhan itu diketahui bermuatan ekonomi yang dilakukan oleh seorang perempuan berinisial AM yang tidak lain keluarga dekat ibu kandung korban.

Kejutan mengerikan lainnya terjadi di Tegalsari, Surabaya, ketika skandal keluarga terbongkar. Seorang ayah, kakak, dan dua paman di sebuah keluarga, dianggap terlibat dalam tindakan biadab melakukan kejahatan seksual kepada seorang siswi SMP berusia 12 tahun. Kejadian tragis ini terungkap saat ibu korban kembali dari rumah sakit dan memberikan laporan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya, Minggu (21/01/2024) menurut cerita ibu korban, terjadi sejak anaknya masih berada di kelas 4 SD. Dan berbagai kasus lainnya yang tersebar di pelosok negeri dalam beragam bentuk kejahatan yang memprihatinkan. Na’udzubllahi min dzalik! Ini sangat mengkhawatirkan.

Sejatinya rumah berperan strategis dalam proses pembinaan. Secara politis, rumah berfungsi sebagai tempat yang paling ideal untuk mencetak generasi unggul, yakni generasi bertakwa, cerdas, dan siap memimpin umat membangun peradaban ideal untuk masa depan. Sementara keluarga merupakan tempat berlindung bagi mereka yang memiliki pertalian darah dekat ataupun jauh. Keluarga adalah madrasah, tempat setiap anggota keluarga belajar, terutama pendidikan yang dilakukan orang tua kepada putra-putrinya. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS At-Tahrim: 6). Suami, istri, anak, dan semua anggota keluarga lainnya harus paham peran dan posisi masing-masing sehingga keluarga menjadi harmonis dan tidak memicu atau menyebabkan kerawanan sosial.

Akan tetapi faktanya keluarga bukan menjadi tempat yang aman bagi para korban, malah justru menjadi ancaman. Akal sehat dan naluri mereka kalah oleh hawa nafsu. Seorang ayah tega menghancurkan masa depan anak kandungnya sendiri. Kemudian hanya demi perhiasan yang tidak seberapa, seorang tante tega memutilasi keponakannya. Inilah buah busuk sistem sekuler kapitalisme. Racun mematikan bagi akal dan naluri manusia. Menjadikan manfaat sebagai asas dan kebebasan berperilaku di atas segalanya.

Selain itu, kondisi keimanan yang lemah serta minimnya pemahaman terhadap ajaran Islam kafah, menjadikan Islam sebatas ritual sehingga tidak mampu berpengaruh dalam perilaku keseharian, baik dalam konteks individu, keluarga, maupun interaksi masyarakat bahkan bernegara. Tidak sedikit individu muslim yang mengalami disorientasi hidup terjerumus dalam kemaksiatan atau bahkan tindak kejahatan. Ketika Islam tidak menjadi standar berperilaku, hawa nafsu pun menjadi penentu. Maka tidak heran perilaku manusia hari ini ibarat binatang, bahkan lebih mengerikan lagi.
Kerusakan hidup hari ini tidak mungkin terjadi apabila kaum muslim mengemban Islam. Islam mengatur dengan sangat terperinci menyangkut persoalan interaksi sosial sehingga terwujud keberkahan dalam keluarga dan ketenteraman hidup bermasyarakat. Hanya saja, saat ini, ketika sistem kehidupan Islam tidak diterapkan, terjadi kerusakan sistem pergaulan keluarga hingga memunculkan berbagai kasus ekstrem.

Bagaimana tidak? di tengah sistem rusak ini, berbagai godaan dan peluang kemaksiatan/kejahatan mengarus di sekitar kita. Apabila sistem yang berlaku di tengah kehidupan keluarga tidak menggunakan aturan-aturan Islam, maka sulit bagi bangunan keluarga yang kokoh sekalipun itu bisa bertahan. Gempuran dari luar akan senantiasa menghadang. Pemikiran-pemikiran yang bertentangan bisa memengaruhi tingkah laku dan moral anggota keluarga. Begitu pula rintangan berupa kesulitan ekonomi akan berdampak pada sulitnya pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik anggota keluarga.

Kalau kita mau melihat, aturan Islam itu sesuai fitrah dan memuaskan akal manusia sehingga akan menenteramkan jiwa. Dengan menerapkan aturan-Nya, manusia akan mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari malapetaka. Karena Islam mewujudkan individu-individu yang bertakwa, masyarakat yang saling melakukan amar makruf nahi munkar, dan negara yang menerapkan Islam akan mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang penuh keimanan dan ketaatan pada Allah. Selain itu, sistem sanksi yang tegas dan membuat jera juga akan menjaga kehidupan umat dalam ketenteraman dan ketenangan. Wallahualam bissawab.

Yasyirah, S.P.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 21

Comment here