Opini

Madrasah Kedepankan Skill, Mampukah Menjadi Ilmuan Faqih Fiddin?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Erdiya Indrarini (Pemerhati Publik)

wacana-edukasi.com, OPINI-– Kecakapan skill seolah menjadi mahkota. Bahkan menjadi tujuan pembentukan karakter di dunia pendidikan. Tidak hanya di madrasah, namun di kampus, di sekolah negeri, juga pada lingkungan para pengajar.

Sebagaimana yang dilakukan Wibowo Prasetyo selaku Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) bidang Komunikasi Publik dan Teknologi Sistem Informasi. Ia memberikan pengarahan di depan ratusan guru-guru madrasah se-Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (11/11/2023). Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo, Panut, juga hadir dalam acara ini.

Dalam amanatnya, Wibowo meyakini bahwa Madrasah Berkarakter Unggul yang telah digelorakan Kementerian Agama akan terwujud. Menurut Wibowo, Madrasah Berkarakter Unggul tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, namun juga mampu mengembangkan soft skill kepada peserta didiknya. Sehingga, karakter positif siswa akan terbangun, dan pendidikan menjadi berkualitas. kemenag.go.id, (12/11924)

Sistem Rusak Membentuk Karakter generasi rendah akhlak

Pemerintah memang sangat gencar mengampanyekan di kalangan pendidikan bahwa pelajar dan generasi muda harus berkarakter unggul, terutama dalam skill. Namun faktanya, Siswa yang berkarakter unggul sulit lahir dalam sistem demokrasi, bahkan mustahil terjadi. Hal ini karena dalam sistem demokrasi yang merupakan anak kandung dari ideologi kapitalisme, meniscayakan adanya paham sekularisme atau kebebasan. Dengan sembunyi di balik Hak Asasi Manusia (HAM), setiap orang berhak mengekspresikan semua kesenangannya dan apa pun yang mereka inginkan dengan bebas.

Sementara ideologi kapitalisme demokrasi yang dianut negeri ini mengajarkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan adalah seberapa banyaknya materi. Wajar, pemerintah selalu menggaungkan pada generasinya untuk meningkatkan skill. Itu artinya, generasi hanya dipersiapkan untuk menjadi pekerja yang ujung-ujungnya mengejar upah tinggi berupa materi. Jika sudah begitu, mana mungkin negeri ini memiliki generasi yang berkarakter unggul seperti yang diharapkan. Yang ada hanya generasi yang memikirkan diri sendiri, bermental budak alias pekerja pemburu materi.

Di samping itu, sistem demokrasi juga meniscayakan adanya paham sekularisme, yaitu menjauhkan agama dari segala aspek kehidupan. Akhirnya, bukan membentuk generasi agar bertakwa, tetapi malah menyesatkan akidah generasi dengan paham-paham yang diimpor dari penjajah. Seperti moderasi, anti radikalisme, wawasan kebangsaan, pluralisme, dan sejenisnya. Tak heran banyak generasi yang justru terjebak dalam kemaksiatan dan keonaran. Seperti pergaulan bebas, tawuran, juga kemaksiatan lainnya. Mereka lalai terhadap agamanya. Bahkan, halal dan haram tidak lagi menjadi acuan.

Maka, ketika pola pikir pelajar dan generasi mudanya sudah liberal dan sekuler, mereka tidak lagi memiliki tanggung jawab meneruskan masa depan bangsa dan negaranya. Apalagi untuk meraih masa depan negara yang gemilang sebagaimana yang dicita-citakan. Padahal, Allah Swt. telah menjelaskan dalam firman-Nya :

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (TQS. Al-Imran : 110).

Dari sini bisa kita pahami bahwa untuk membangun generasi unggul, yaitu dengan membentuk karakter setiap siswa dan generasi muda menjadi pribadi yang beriman kepada Allah Swt., dan semua yang datang dari-Nya. Juga dengan membimbing serta memfasilitasi mereka untuk senantiasa melakukan amar makruf nahi munkar. Itulah hakikat membentuk karakter generasi unggul.

Sebenarnya, menjadikan generasi yang unggul, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa, sudah ada dalam kurikulum sekolah, baik madrasah maupun sekolah negeri. Namun sayang, dalam praktiknya, itu buka menjadi prioritas yang harus dicapai. Pemerintah malah mengedepankan skill di bidang-bidang tertentu.

Maka jika pemerintah tidak segera menyadari bahwa mengedepankan skill generasi, dan masih bercokolnya ide-ide asing di negeri ini, maka menjadi bahaya besar bagi masa depan generasi dan kelangsungan negeri ini. Dampaknya, bangsa ini akan lemah, dan hanya dipenuhi orang-orang yang materialistis, individualis, dan hedonis. Jika sudah begitu, kerusakan akhlak generasi maupun berbagai kemaksiatan dan kejahatan, tentu menghadang di depan mata.

Membentuk Generasi Unggul dalam Islam

Sangat berbeda jika negara menerapkan sistem pemerintahan Islam. Dalam Islam, dunia pendidikan yang di dalamnya ada pelajar dan generasi muda, adalah bidang yang harus diberi perhatian dengan serius. Karena, pelajar dan generasi muda adalah aset bangsa. Hal ini karena merekalah yang nantinya akan meneruskan cita-cita bangsa, yaitu membangun peradaban yang luhur dan gemilang.

Oleh karena itu, sistem Islam akan mempermudah setiap pelajar dan generasi mendapatkan pendidikan. Bahkan akan melayani dengan kualitas terbaik, sarana dan prasarana yang terbaik pula, bahkan bisa diperoleh dengan gratis. Sementara, tujuan utama pendidikan adalah membentuk syakhsiyah Islamiyah. Yaitu generasi yang berkarakter Islam, yakni berpola pikir atas dasar Islam, serta berperilaku sesuai syariat Islam.

Sehingga, dengan sistem pendidikan yang seperti ini akan menghasilkan generasi yang polymath. Yaitu orang-orang yang tidak sekadar ahli dalam bidang-bidang keilmuannya saja, tetapi juga ahli agama dan ahli takwa.

Kita bisa melihat sejarah bagaimana para ilmuwan yang dilahirkan oleh sistem pemerintahan Islam. Seperti Ibnu Sina penemu ilmu kedokteran, Al-Khawarizmi penemu angka 0, juga Maryam Al-Ijliya Al-Asturlabi seorang perempuan yang karena keimanannya, ia memperdalam ilmu astronomi hingga menemukan GPS yang saat sekarang sangat kita butuhkan. Tentu masih banyak lagi orang-orang hebat yang lahir dari sistem Islam. Mereka bukan sekadar ilmuan, namun kebanyakan dari mereka adalah penghafal Al-Quran

Demikian sistem pendidikan dalam pemerintahan Islam. Madrasah tidak mempersiapkan generasi yang pintar dalam skill demi mengejar karir sebagaimana dalam sistem kapitalisme demokrasi. Tetapi menjadikan generasi ilmuan yang faqih fiddin. Inilah generasi yang mampu mengantarkan pada peradaban bangsa yang mulia.

Wallahua’lam bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 23

Comment here