Opini

Judi Online Marak, Sebab Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Novitasari

“Mayoritas yang menjadi sebab dari rusak dan hancurnya anak adalah karena orang tuanya, mereka mencampakkan dan tidak mengajarkan anak ilmu dasar agama Islam dan sunah-sunahnya. Mereka menyia-nyiakan anak-anak di masa kecilnya.”
(Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Sungguh sangat disayangkan, perkataan dari Ibnu Qayyim Al Jauziyyah terasa sangat nyata di kehidupan masyarakat kita saat ini. Orangtua yang harusnya menjadi pondasi utama pembentuk generasi kini tidak bisa diharapkan. Lantas bagaimana keadaan wajah anak negeri hari ini?

Judi online bagai primadona di Jawa Barat

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) saat ini tengah mengedukasi siswa/siswi SMAN 2 Purwakarta, Jawa Barat. Mengingat Jawa Barat menjadi penyumbang transaksi judi online dan pengguna pinjaman online terbesar di Indonesia. Tercatat pada tahun 2024 terdapat 535.000 pemain judi online yang aktif di Jawa Barat.

Meutya Hafid selaku Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), menyebutkan bahwa kasus ini harus ditangani secara serius. Pemerintah kini terus menerus memaparkan kepada masyarakat terkait cara bijak dalam menggunakan jejaring sosial atau internet. Jika terus dibiarkan transaksi judi online akan mencapai Rp 1.200 triliun per tahun 2025
(www.teknologi.bisnis.com, 14/05/2025).

Fakta Ironis, anak di bawah umur pelaku judi online

Miris, sebanyak 197.054 anak usia 10 sampai 19 tahun ditemukan terlibat dalam kasus judi online. Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas) meminta agar Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) membatasi akses digital bagi anak-anak. Tidak hanya itu, pemerintah meminta kerja sama kepada pihak orangtua agar senantiasa memantau dan mengingatkan anak mereka terkait bahaya judi online
(www.beritasatu.com, 19/05/2025).

Apa yang menjadi inti permasalahan di atas?

Fenomena judol yang menyasar anak-anak bukan hanya kebetulan semata. Kapitalisme yang selalu menjadikan keuntungan sebagai tujuan utama, tidak peduli meski harus merusak generasi muda. Para korporasi ini berhasil masuk dan mengambil peluang emas dari celah psikologis dan visual untuk menarik anak-anak.

Inilah wajah asli dari sistem kapitalisme yang sudah jelas rakus dan tidak mengenal batas moral. Semua kalangan dari muda hingga tua menjadi sasaran empuk untuk mereka mendapatkan keuntungan semata. Hal ini menjadi lebih buruk, ketika pemerintah tidak memberikan penanganan yang serius dan sistematis dalam mengentaskan persoalan judi online.

Pemutusan akses (katanya) dilakukan, namun dengan setengah hati dan tebang pilih. Pada kenyataannya banyak situs judol yang masih aktif sedang mengintai generasi kita. Ini menjadi bukti bahwa demokrasi kapitalisme tidak memiliki solusi hakiki dalam menyelamatkan generasi muda dari kriminalitas. Salah satu penyebab rusaknya anak adalah tidak adanya peran orangtua yang bisa mengarahkan mereka.

Anak memiliki hak atas orangtuanya, apalagi ibunya berperan penting dan menjadi pondasi utama dalam rangka membangun jati diri seorang anak. Keluarga muslim harus melahirkan generasi yang kuat secara akidah dan tidak mudah bermaksiat. Akan tetapi, semua itu akan menjadi sulit ketika orangtua sendiri memikul beban berat dalam memperjuangkan perekonomian keluarga, sehingga tidak sempat mendidik generasi.

Islam hadir dengan solusi komprehensif

Islam mengatur segala aspek kehidupan, salah satunya mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Berkaca dalam kasus di atas, terlihat bahwa sejatinya semua kekacauan yang terjadi diakibatkan dari anak-anak yang belum paham apa tujuan mereka diciptakan. Maka dari itu yang pertama harus dibenahi adalah pola pikir dan pola sikap anak-anak tersebut.

Islam memiliki sistem pendidikan yang tidak hanya berfokus pada nilai akademik. Tetapi juga membentuk pola pikir dan sikap sesuai ajaran Islam. Anak dididik untuk menjadikan halal-haram sebagai standar dalam berperilaku, termasuk literasi digital harus sesuai batasan syari’at. Anak akan dibenahi dan orangtua khususnya ayah akan diberi pekerjaan yang layak agar ibu bisa fokus mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya.

Negara dalam Islam bertugas menjaga masyarakat dari segala bentuk kerusakan, termasuk judi online. Negara akan mampu menutup akses situs judi online secara menyeluruh dan mencegah konten-konten yang merusak lainnya masuk. Pada akhirnya digitalisasi akan diarahkan untuk kemaslahatan rakyat.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkembang pesat saat ini akan dijadikan peluang oleh khalifah agar rakyat, khususnya generasi muda dapat belajar dan memiliki keahlian di bidang ini. Bahkan khalifah bisa saja memberi imbalan kepada anak-anak yang berprestasi dan menciptakan karya yang bermanfaat bagi umat. Sudah dipastikan generasi muda di negeri ini akan senantiasa berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah karya, karena karya mereka diakui dan dihargai oleh pemimpin negeri.

Kesejahteraan masyarakat akan senatiasa menjadi prioritas dan perhatian utama bagi pemimpin dalam Islam. Pasalnya Islam mendesain para pemimpin agar bisa menjadi pelindung dan perisai bagi rakyat yang berada di bawah pimpinannya. Karena sejatinya segala bentuk regulasi atau kebijakan yang dibuat oleh pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah ta’ala. Semoga Allah SWT segera memberikan pertolongan-Nya, agar kita segera mendapatkan pemimpin yang memimpin atas dasar syari’at Islam secara kaffah. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here