Syiar IslamTabligul Islam

Hijrah, Awal Ketaatan dan Kebangkitan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Suci Hardiana Idrus

Wacana-edukasi.com — Gelombang hijrah terus menggema dari waktu ke waktu. Meski tak bisa dimungkiri bahwa arus liberalisme yang meracuni umat juga terus dipertontonkan di khalayak ramai. Perhatikan saja, betapa banyak wanita yang sudah berani membuka auratnya tanpa malu sedikit pun secara tidak pantas di depan umum, dan begitu mudahnya seseorang menenggak khamr secara terang-terangan. Mereka dengan bangga memperlihatkan kemaksiatannya hanya karena mencari popularitas, dan mengklaim sebuah pembenaran atas nama melawan kemunafikan. Mereka beranggapan bahwa kemaksiatan yang terlihat lebih baik daripada menutupi keburukan yang dianggap itu adalah sebuah kemunafikan.

Lalu apakah ini sebuah bentuk ketidaktahuan ataukah karena hati yang sudah tertutup oleh hidayah karena mencampakkan Al-Qur’an dan segala hukum-hukum yang Allah tetapkan di dalamnya? Kabar baiknya, di satu sisi tidak sedikit pula yang mulai sadar akan tujuan hidupnya di dunia, dan akan sampai kapan diperbudak oleh dunia. Lalu kemudian perlahan mencari hakikat kebenaran. Setelah menemukan cahaya kebenaran, kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik semakin tak terbendung karena semakin menyelami samudera Ayat-ayat Allah. Semakin hauslah seseorang dengan ilmu, rasa ingin tahu hukum-hukum Allah yang selama ini dilalaikan, kemudian berusaha untuk menunaikan kewajiban yang sempat ditinggalkan. Maka awal dari perubahan pun dimulai. Inilah langkah hijrah. Meninggalkan sesuatu untuk meraih sesuatu karena Allah.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d: 11).

Sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah Saw., dan para sahabat. Mereka rela meninggalkan harta benda, tanah bahkan istri dan anak-anak mereka dan memilih ikut berhijrah bersama Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Saat itu rumah Rasulullah telah dikepung 11 orang pembesar Quraisy yang bertujuan untuk membunuh Rasulullah bertepatan pada tanggal 2 Rabiul Awwal tahun ke 13 kenabian atau bertepatan dengan 20 Juli tahun 622 Masehi. Dan karena hijrah itu pulalah Rasulullah mampu membuka pintu gerbang yang mengantarkan Islam dan umat Islam pada kekuasaan, kejayaan, dan kesuksesan dalam membangun sebuah negara yang mengemban syariat Islam secara sempurna. Menuju pada kemuliaan, bukan lagi umat yang diremehkan dan terdzalimi.

Semua itu terjadi berkat dakwah yang terus mereka sebarkan, meluruskan akidah, menguatkan tauhid, hingga menghantarkan mereka pada persatuan umat Islam yang begitu kuat disertai dengan peradaban yang agung hingga berabad-abad lamanya.

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.”
(QS. At-Taubah : 20)

Inilah penting seseorang untuk bersegera berhijrah, bergerak, melakukan perubahan, dan memberi pengaruh terhadap umat. Hijrah mungkin tidak akan mudah tatkala dilakukan secara individual. Maka untuk keberasamaan dalam sebuah jamaah dakwah adalah suatu kebutuhan bahkan keharusan. Sebab dakwah adalah kunci istiqamah saat hijrah, yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman”
( QS Al Imran : 139)

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
(Q.S. Muhammad:7)

Lantas sampai kapan kita terus berkubang dalam kebodohan dan kemaksiatan? Menurut Ismail Yusanto (ulama Nasional), beliau mengatakan bahwa hijrah itu bukan pilihan, akan tetapi hijrah adalah satu-satunya pilihan. Dan yang paling penting adalah bagaimana upaya kita untuk hijrah dari sistem demokrasi yang rapuh ke sistem Islam yang tangguh. Sebab sistem yang rapuh hanya akan menghasilkan peradaban yang imannya rapuh, sedangkan nafsu duniawi terus menggebu.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133).

Wallahu a’lam bishawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 38

Comment here