Opini

Harga Kedelai Naik, Buah Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Ilma Mahali Asuyuti

wacana-edukasi.com– Akhir-akhir ini harga kedelai kembali meningkat, bahkan semakin hari kian melonjak drastis. Hal ini membuat para perajin tahu dan tempe menjerit kembali. Sebab harga kedelai mahal sementara jumlah pasokan kedelai yang diperoleh hanya sedikit, sehingga mau tidak mau mereka harus meningkatkan harga tahu dan tempe.

Melansir bisnis.com, Jumat 30/09/2022, perajin tahu dan tempe akan menaikkan harga jualnya sebesar 20-30 persen. Hal tersebut tak terlepas dari reli kenaikan harga kedelai yang saat ini menyentuh Rp13.000 per kilogram di tingkat produsen. Padahal, dua bulan lalu harga kedelai masih Rp11.000 per kg.

Ketua Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin, meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) turut mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai kenaikan harga tersebut.

Berdasarkan data Kemendag, harga kedelai per 30 September 2022 adalah Rp 14.200 per kg. Harga kedelai hari ini naik 14,51 persen dibandingkan harga kedelai pada 24 September 2021 yang senilai Rp 12.400. Kenaikan harga kedelai tertinggi terjadi pada 2021 atau sekitar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Aip menjelaskan, kenaikkan harga kedelai pun turut mengurangi sekitar 30 persen produktivitas perajin tahu tempe. Sebab, pasokan kedelai untuk perajin berkurang cukup drastis.

“Perajinnya tetap, tapi produksi turun. Makanya, sekarang pendapatan turun, gizinya turun, banyak kelaperan dan lain lain. Karena tidak ada penghasilan lain selain tempe tahu. Biasanya dapat 100 kg, sekarang cuma 70 kg, dari 70 kg, jadi 50 kg.” ujarnya.

Menurut Aip, saat ini pasokan kedelai impor sendiri memang sedang turun. Biasanya kebutuhan Indonesia terhadap kedelai impor rata-rata 2,5 juta ton. Akan tetapi, saat ini hanya sekitar 1,8 juta ton. Lebih lanjut, dia mengatakan subsidi kedelai Rp1.000 per kg cukup mengurangi beban perajin tahu dan tempe.

Sementara Perum Bulog ditargetkan mensubsidi selisih harga senilai Rp1.000 per kg pada April-Juli 2022 untuk 800.000 ton kedelai. Namun demikian, realisasi program tersebut hanya 10 persen dari target atau sebanyak 80.000 ton. Saat ini program tersebut kembali akan dilanjutkan hingga 31 Desember 2022.

Harga kedelai di Indonesia saat ini cenderung tidak stabil. Wakil Ketua Bidang Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) Lena Prawira, menjabarkan beberapa alasan harga kedelai meningkat.

Alasan tersebut diantaranya adalah, suplai kedelai yang masih mengandalkan impor, kelangkaan kapal kargo, kelangkaan kontainer dari Amerika, serta biaya pengapalan yang terus naik.

Hal itu telah dijabarkan dalam Soy Food and Beverage Symposium: The Future of Soy Food and Beverage Business, yang digelar secara online, Selasa (30/8/2022).

“Kondisi geopolitik seperti perang dan kondisi iklim yang menyebabkan gagal panen juga mempengaruhi harga pangan termasuk kedelai,” ujar Indrayana selaku moderator pada simposium tersebut.

Yunawati Gandasasmita selaku Komite Regulasi Teknis Pangan GAPMMI menyimpulkan bahwa faktor tingginya pengeluaran untuk logistik serta krisis energi menjadi penyebab utama naiknya harga kedelai saat ini.

Harga kedelai yang kembali meningkat secara drastis merupakan bukti bahwa pemerintah kapitalis saat ini hanya berperan sebagai regulator saja dalam urusan rakyat. Penguasa tidak ingin ikut campur terhadap urusan pangan dan kebutuhan rakyat lainnya. Sehingga pemerintah telah melalaikan kewajibannya terhadap hak-hak rakyat yang seharusnya dipenuhi oleh negara.

Kelalaian penguasa terhadap masalah pangan ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Hal ini sudah berkali-kali terjadi. Cabai, minyak, telur, daging, beras dan kedelai merupakan bahan pangan krusial yang selalu saja disusupi perdagangannya oleh mafia pangan dan kartel. Sementara pemerintah selalu menawarkan solusi yang sama, yakni impor.

Jika terus mengandalkan impor sebagai solusi masalah pangan, itu artinya penguasa terus mendukung utang negara yang semakin membengkak dari tahun ke tahun. Namun, untuk melakukan swasembada kedelai atau bahan pangan lainnya secara mandiri pun masyarakat mengalami dilema.

Masyarakat bukannya tidak bisa menghasilkan kedelai sendiri, namun interupsi mafia pangan dan kartel telah membuat harga menjadi semakin mahal. Petani dipaksa menjual kedelai dengan harga murah, dan masyarakat dipaksa membeli dengan harga yang lebih mahal daripada harga kedelai impor. Sehingga bagi penguasa jelas lebih menguntungkan membeli bahan pangan impor daripada swasembada pangan di negeri sendiri.

Inilah buah dari sistem kapitalisme yang selalu menyengsarakan rakyat. Terbukti bahwa sistem kapitalisme-sekularisme hanya membuat rakyat semakin sulit, sehingga kesejahteraan rakyat tidak terjamin dan semakin sulit untuk mendapatkan bahan pangan. Sistem ini pun telah membuat penguasa hanya menjadi regulator alih-alih menjadi raa’in (pengurus dan periayah) rakyat yang sebenarnya.

Sementara Islam mewajibkan bagi seorang khalifah (pemimpin) untuk mengurus rakyat serta memberikan jaminan atas kesejahteraan rakyat. Kebutuhan pangan rakyat pun akan terpenuhi. Selain terlibat dalam pengaturan bahan pangan, seorang Khalifah pun wajib mengurus lahan penghasil bahan pangan tersebut. Memastikan apakah pengelolaannya baik dan tidak ada unsur keharaman dalam pengelolaan lahan tersebut.

Rakyat pun akan ikut dilibatkan untuk mengurus lahan yang akan menjadi penghasil bahan pangan. Sehingga tidak ada rakyat yang diam dan menjadi pengangguran. Begitu pula tidak akan ada lahan yang kosong dan kering karena tidak digunakan. Jika ada satu lahan tanah yang tidak terpakai dalam jangka waktu 3 tahun, maka tanah tersebut akan menjadi milik negara. Negara kemudian akan menggunakan lahan tersebut dan mengambil hasilnya. Hasil dari tanah tersebut kemudian akan diberikan kepada rakyat, bukan untuk individu.

Hukum Islam telah mengatur bahwa setiap lahan tanah wajib untuk digunakan, untuk ditanami dengan bahan pangan yang hasilnya akan diberikan kepada rakyat. Sebab jika tidak ada yang mengurus atau menggunakannya maka Khalifah akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Sistem Islam pun akan menerapkan seluruh syariat Islam ke seluruh penjuru negeri, sehingga secara otomatis akan memberantas korporasi pangan seperti mafia atau kartel. Dengan demikian pengaturan penjualan antara petani dan masyarakat pun dapat diawasi oleh negara, sehingga harga yang beredar di pasaran pun menjadi harga yang layak dan sesuai bagi kantong masyarakat.

Maka sudah jelas bahwa hanya Islam yang dapat mewujudkan kesejahteraan dan menghentikan kesulitan rakyat. Hanya dalam Islam kita akan menjumpai hidup dalam keadilan, kesejahteraan dan ketenteraman. Sehingga sudah saatnya bagi kita untuk beralih dari sistem kapitalisme-sekularisme menjadi sistem Islam.

Marilah kita bersama-sama memperjuangkan Islam agar hidup bermasyarakat kembali sejahtera dan mendapat rahmat Allah Taala. Salah satu bentuk perjuangan Islam yakni dengan mengkaji Islam, yang akan menuntun kita untuk semakin menyadari bahwa hanya Islam-lah sistem yang sempurna. Wallahu’alam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 32

Comment here