Opini

Gelombang Islamofobia Semakin Besar

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sumariya (Anggota LISMA Bali)

wacana-edukasi.com, OPINI– Agresi pasukan Entitas Yahudi ke jalur Gaza, Palestina, telah berlangsung selama hampir lima bulan dan terus memakan korban. Hingga akhir Februari lalu, setidaknya 30.035 orang telah tewas dan 70.457 luka-luka, dalam serangan entitas Yahudi di Gaza, sejak 7 Oktober 2023. (www.kompas.tv)

Di sisi lain, serangan tersebut ternyata meningkatkan Islamaphobia di Inggris dan negara Eropa lainnya. Insiden kebencian anti muslim di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat akibat genosida entitas Yahudi di Gaza, yakni 2010 kasus dalam empat bulan terakhir. Itu adalah jumlah kasus terbesar yang tercatat dalam periode empat bulan. Insiden kebencian mencakup perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian dan literatur anti Muslim. (www.voaindonesia.com)

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Komisi Uni Eropa untuk mencegah kebencian anti-Muslim, Mario Lalisse. Ia mengatakan bahwa konflik entitas Yahudi Palestina yang telah berlangsung berdampak terhadap meningkatnya kasus Islamophobia dan antisemitisme di Eropa. Pada bulan November lalu, putusan Mahkamah Eropa (ECJ), membolehkan otoritas di negara anggota melarang penggunaan hijab karena dianggap sebagai simbol agama Islamophobia. (www.antaranews.com)

Islamophobia juga terjadi di Swedia, sebuah Masjid di ibukota Swedia, Stockholm, menjadi sasaran serangan Islamophobia selama lebih dari setahun, dengan insiden terbaru terjadi pada Rabu 21 Februari 2024, ketika umat Islam membaca grafiti di dinding Masjid dengan tanda Swastika dan pesan ancaman bunuh Muslim. (khasanahrepublika.co.id)

Islamophobia merupakan salah satu serangan terhadap Islam karena kebencian orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam. Mirisnya, Islamophobia terus digaungkan, bahkan saat umat Islam menjadi korban kezaliman Zionis. Dunia sendiri tidak bertindak apa-apa ketika umat Islam dijadikan sasaran, meski PBB sudah menetapkan hari anti-Islamophobia. Di sisi lain, hal ini menunjukkan lemahnya PBB untuk menghilangkan kejahatan yang demikian besar dan menjaga umat manusia. Hari ini Islam dan Muslim dipandang sebagai momok menakutkan bagi sejumlah orang di Eropa, terutama setelah tragedi 9/11. Beberapa saat setelah peristiwa itu, Amerika secara terbuka mengkampanyekan perang melawan teror dan menunjuk aktor utama peledakan adalah kelompok Osama Bin Laden, yang diidentifikasi sebagai kelompok Islam radikal yang memiliki misi mengancam kepentingan Barat di manapun.

Akibat dari peristiwa berdarah 11 September 2001, Islamophobia marak terjadi di Barat. Isu negatif tentang Islam dan Muslim diberparah dengan gencarnya pemberitaan media. Media massa Barat berperan penting menyuburkan Islamophobia dengan narasi-narasi radikalisme, terorisme yang selalu dikaitkan dengan Islam. Mirisnya, rezim-rezim di dunia Islam justru cenderung mendukung. Tak heran kebencian dan anti simpatik kepada Islam dan muslim meluas ke berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Kemunculan Islamophobia sejatinya tidak bisa dilepaskan dari perang ideologi yang abadi antara Islam dan Kapitalisme. Kapitalisme menganggap bahwa Islam sebagai ancaman, ditambah lagi banyak penjajahan Kapitalisme yang mendapat perlawanan sangat kuat dari umat Islam. Phobia atas Islam, sesungguhnya adalah ketakutan akan kebangkitan Islam ideologi. National Strategy Combating Terorism, yang dikeluarkan US Departement of States (2006) mengungkapkan, “…Musuh yang dihadapi bukan hanya terorisme itu sendiri. Namun, ideologi yang melatari atau mendukung aksi terorisme tersebut… gerakan-gerakan yang menentang Amerika Serikat dan mereka menggunakan Islam sebagai ideologi mereka.”

Umat Islam harus menyadari bahwa Islamophobia yang terus dilestarikan Barat hari ini adalah respon dari ketakutan tegaknya kembali kejayaan Islam sebagaimana di masa lalu, di bawah institusi Khilafah Islam. Keberadaan Khilafah Islam yang eksis selama lebih dari 13 abad, tidak lepas dari pemahaman umat Islam bahwa negara Khilafah adalah perisai kaum muslimin. Selain itu, Khilafah merupakan kewajiban dari Allah SWT, yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika menjadi kepala negara di Madinah dan menerapkan hukum-hukum Islam di dalamnya. Tak heran, umat Islam berusaha mempertahankan eksistensinya dengan berbagai upaya atas dorongan Iman. Bahkan pada masa itu, Khilafah berhasil menjaga dan melindungi umat Islam serta memberantas berbagai bentuk kezaliman dunia. Umat Islam harus mengambil sikap atas penyesatan opini yang dilakukan Barat terhadap Islam dan ajarannya, termasuk segala bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh Barat. Caranya adalah melakukan aktivitas dakwah untuk menjelaskan ajaran Islam yang sesungguhnya, dengan begitu masyarakat menjadi paham bahwa semua ajaran Islam sebagai ideologi, termasuk di dalamnya Khilafah, merupakan rahmat dari Allah SWT, bukan keburukan sebagaimana yang dipropagandakan oleh Barat. Dakwah islam ini bersifat fikriyah (pemikiran) dan ‘unfiyah (tanpa kekerasan), sehingga tidak mungkin melahirkan terorisme. Perlu pula dijelaskan bahwa ancaman sesungguhnya bagi negeri-negeri Muslim adalah sistem Kapitalisme. Terbukti berbagai kerusakan di bidang ekonomi, hukum, sosial dan politik yang terjadi di negeri-negeri Muslim, justru bersumber pada penerapan sistem Kapitalisme ini.

Proyek Global War on Terorism/Global War on Radikalism adalah sarana bagi Amerika Serikat untuk mempropagandakan Kapitalisme-Sekulerisme di negeri Muslim. Itu adalah bagian strategi Amerika Serikat untuk semakin memperkuat cengkraman imperialismenya.

Kesadaran umat Islam terhadap urgensi hadirnya perisai di tengah mereka, seharusnya semakin menguat pengingat realita kondisi umat Islam hari ini. Kondisi umat saat ini yang terjajah dan terpuruk memang membutuhkan institusi Khilafah sebagai kekuatan global untuk menyelesaikannya, termasuk persoalan yang dihadapi saudara Muslim kita di Palestina. Fakta ini semakin parah karena rezim di negeri-negeri Islam justru bersahabat dengan negara penjajah yang represif kepada umat Islam. Sungguh hadirnya ideologi Islam ke pentas kehidupan, melalui tegaknya Islam kaffah menjadi sangat urgen.

Wallahu a’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 13

Comment here