Opini

Bunuh Diri pada Anak, Ada Apa dengan Generasi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Surfida, S.Pd.I. (Praktisi Pendidikan)

wacana-edukasi.com, OPINI-– Fenomena bunuh diri semakin meningkat sepanjang tahun 2023 ini. Yang melakukan bunuh diri ini bukan kalangan dewasa tetapi anak-anak. Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang bocah SD melakukan bunuh diri hanya karena di minta ibunya untuk berhenti main HP. Larangan tersebut berujung kekecewaan lalu bunuh diri. Hal ini terjadi di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Seorang bocah yang berinisial K. Saat ibunya melarang main HP dan mengambilnya, ia langsung masuk kamar dan menguncinya. Setelah tiba waktunya belajar ngaji di TPQ, sang ibu berniat membangunkannya, akan tetapi setelah beberapa kali dipanggil dan tidak ada jawaban, ibunya mengintip dilubang pintu, ternyata anaknya sudah gantung diri menggunakan selendang. (Detik.com, 23/11/2023).

Sebelumnya juga terjadi kasus serupa, seorang bocah diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai empat sekolahnya yaitu, SR (13). Siswi tersebut, sekolah di SD Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, pada selasa 26/11/2023. Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat. Ia ada dugaan kuat bunuh diri. Namun Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Diyah Puspitarini, menyampaikan kepada pihak kepolisian agar dilakukan penyelidikan yang lebih lanjut dan detail, agar tidak salah mengambil kesimpulan. (kompas.com, 28/9/2023).

Peristiwa memilukan seperti ini ternyata bukan hanya sekali atau dua kali terjadi. Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak KementerianaPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mencatat sepanjang tahun 2023 ini sudah ada 20 kasus serupa. Jika melihat penyebab mereka bunuh diri sangat beragam, diantarnya karena kecewa dengan orang terdekatnya, korban bulying. Sedangkan orang dewasa penyebabnya yaitu terhimpit ekonomi, terjerat utang dipinjol, dan masalah asmara. Meningkatnya kasus bunuh diri pada anak ini harus mendapatkan perhatian khusus, baik dari orang tua, lingkungan dan negara. Pasalnya usia masih belia sudah berfikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Begitu pula yang terjadi pada orang dewasa.

Para korban bulying, mengalami himpitan ekonomi dan asmara juga kekecewaan pada orang tua, akan membuat mereka tertekan hingga depresi. Sehingga tidak mampu berpikir jernih, jalan apakah yang harus diambil. Karena ketidakmampuan akalnya berpikir jerni inilah, mereka mengambil jalan pintas, misalnya melukai dirinya bahkan bunuh diri. Menurutnya hal itu adalah solusi yang tepat.

Orang Tua, Lingkungan dan Negara Perlu Kerja Sama

Dalam keluarga, orang tua harus peka apa yang terjadi pada anaknya, baik ayah atau ibunya. Sehingga mengetahui kondisi anaknya. Didalam rumah, kebiasaan orang tua bermain HP didepan anak harus dikurangi. Sebab anak-anak terbiasa main HP karena mencontoh dari orang tua, atau terpengaruh dengan teman sepermainannya. Ketika anak kecanduan bermain gawai, akan susah di kontrol. Saat dilarang akan berakibat fatal dan bunuh diri.

Anak-anak yang kecanduan HP akan bebas mencari informasi atau membuka gim atau vidio-vidio yang mengarahkan mereka bermain kekerasan. Sehingga disaat orang tua melarangnya, kekecewaan yang dirasakan akan dilampiaskan dengan menyiksa dirinya agar orang tuanya kembali membolehkan. Apalagi anak yang kedua orangtuanya bekerja. Pengawasan akan kurang sehingga akan kecanduan main gawai, bahkan akan berujung menjadi pelaku bulying. Apalagi saat ini banyak beredar vidio-vidio tentang membuly.

Dalam lingkungan masyarakat juga, orang tua tidak boleh lengah. Sebab anak ketika keluar rumah, ia akan berteman dengan siapa saja dengan watak yang berbeda-beda. Maka dari itu, orang tua harus mengetahui dengan siapa anaknya bergaul. Jangan sampai ia bergaul dengan para pelaku bulying, sehingga ia ikut-ikutan menjadi pelaku bulying atau menjadi korban bulying. Disaat menjadi korban bulying inilah anak akan depresi, sedangkan orang tua tidak peka terhadap kondisi anaknya. Sehingga berujung bunuh diri.

Negara juga harus bertindak cepat, terkait meningkatnya kasus bunuh diri baik yeng terjadi pada anak-anak atau orang dewasa. Sehingga dengat cepat mendapatkan solusi untuk menghentikannya. Jika tidak dihentikan, bunuh diri akan menjadi budaya bagi anak-anak dan juga orang dewasa lainnya. Menganggap bahwa bunuh diri adalah solusi, padahal bunuh diri tersebut adalah perbuatan yang dilarang agama dan pelakunya bisa masuk neraka.

Korban Sistem

Banyaknya yang melakukan bunuh diri ini disebabkan juga sistem yang diterapkan ditengah-tengah masyarakat. Sistem yang ada tidak mampu menjadikan generasi ini menjadi genarasi yang taat pada agama. Bahkan sistem saat ini, hanya mampu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga jiwa generasi gersang dari nilai-nilai agama. Dalam dunia pendidikan hanya dituntut cerdas dari segi akademik, akhlak yang baik tidak menjadi prioritas. Sehingga meskipun ia cerdas tetapi jauh dari agama. Sekolah hanya mendidik bagaimana ia meraih cita-cita, ketika kesekolah jangan terlambat, hargai guru atau jangan menjadi pelaku bulying. Kalau sudah seperti itu, dianggap sudah berhasil, meskipun sang anak tidak pernah menjalankan perintah agama.

Karena gersangnya nilai-nilai Islam, Generasi terbuai dengan kesenangan sesaat. Mereka manganggap bahwa jalan-jalan, habiskan waktu dengan gawai, nongkrong bersama geng, pacaran adalah sesuatu yang menggembirakan. Generasi saat ini adalah generasi stroberi, kuat dilihat dari luar tetapi sejatinya mereka rapuh. Hal ini dilihat dari ketika ada masalah, solusinya tidak lain adalah bunuh diri.

Dalam lingkungan keluarga juga nilai-nilai agama tidak ditanamkan dengan baik. Orang tua mencukupkan pengetahuan agama terhadap anaknya hanya bisa membaca Al-Qur’an. Anaknya tidak lagi didorong untuk memperdalam pemahaman Islam. Apalagi negara juga selalu mengaitkan Islam radikal adalah teroris, sehingga orang tua semakin melarang anaknya belajar agama. Sehingga ketika mendapatkan masalah dalam menjalani kehidupan ini, tidak lagi menjadi agama sebagai solusi, tetap menyakiti diri atau bunuh diri sebagai solusi dari masalahnya.

Di sisi lain juga, negara tidak mampu memfilter setiap tontonan yang ada. Apalagi saat ini media-media selalu mempertontonkan video-video bulyyng atau gim yang mengarah pada kekerasan. Dengan adanya tontonan seperti itu, seakan mendidik para generasi untuk menjadi pelaku bulying atau pun lainnya. Negara tidak mengambil langkah tegas terhadap kasus bunuh diri

Islam Sebagai Solusi

Dalam setiap problematika yang dihadapi manusia, sudah ada jalan keluar yang disiapkan oleh sang pencipta manusia. Hanya saja manusia bingung ketika mandapatkan masalah, solusi apa yang harus dilakukan agar masalah yang dihadapi bisa diselesaikan. Sebagian besar dikalangan umat Islam, tidak memahami bahwa Islam memiliki solusi untuk setiap masalah yang dihadapi.
Begitu pula dengan masalah yang sedang viral saat ini, yaitu maraknya bunuh diri pada anak usia belia. Kesalahan pola pengasuhan dan didikan apada anak akan berkibat fatal, apalagi dalam mendidik tidak disentuh dengan nilai-nilai Islam.

Sebab dalam sistem yang ada saat ini, menjadikan umat Islam jauh dari agamanya. Oleh karena itu hanya sistem Islam yang mampu mencegah apa yang terjadi sekarang. Sebab Islam akan memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidkan anak yang berkualitas. Disekolah anak akan dididik dengan kurikulum yang berbasis aqidah Islam, sehingga menghasilkan anak yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam.

Dengan begitu tidak akan mengalami depresi setiap mengahadapi setiap masalah. Pendidikan yang berbasis akidah tersebut akan diterapkan dari SD sampai perguruan tinggi.

Dalam lingkungan keluarga pun, orang tua akan senantiasa mendidik anaknya dengan ilmu Islam. Orang tua akan bekerja sama dengan sekolah dalam hal mendidik anak. Dengan kerja sama seperti ini, anak atau orang dewasa yang mengalami depresi tidak akan ada. Apalagi sudah dipahamkan bahwa manusia tidak boleh mendzalimi dirinya sendiri, atau sampai menghilangkan nyawa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.An-Nisa ayat 29: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Dalam hadist pun Rasulullah sudah mengingatkan tidak boleh membunuh dirinya sendiri. “Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR Bukhari dan Muslim).

Semua itu akan terwujud ketika negara ini sudah mencapakan sistem kufur buatan manusia. Oleh karena itu, marilah kita memperjuangkan tegaknya sistem Islam dalam semua lini kehidupan. Sehingga keberkahan dapat diraih.

Wallahu’alambishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 15

Comment here