Opini

Apakah HAM Bisa Menjadi Solusi Persoalan Dunia?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ilma Mahali Asuyuti

wacana-edukasi.com, OPINI– Dunia menjadikan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai standar dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia. Namun bagi seorang muslim, HAM adalah prinsip yang salah, karena menjadikan manusia bebas tanpa aturan, sementara fitrah manusia adalah lemah. Sehingga manusia sejatinya membutuhkan aturan yang tegas, agar tidak terjerumus ke dalam jebakan hawa nafsunya. Termasuk dalam perkara HAM ini sendiri.

Mengutip antaranews.com, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H. Laoly mengungkapkan peringatan Hari HAM Sedunia Ke-75 dapat menjadi momentum untuk merefleksikan prinsip-prinsip HAM. Peringatan hari HAM kali ini memilih tema Harmoni dalam Keberagaman dipandang relevan dan penting. Pasalnya, kata Yasonna, harmoni dalam keberagaman menjadi pengingat akan pentingnya mengakui, menghormati, dan merayakan beragaman Indonesia yang berlimpah.

Sejalan dengan semangat mempromosikan keharmonisan dalam keberagaman Yasonna mengungkapkan bahwa Kemenkumham telah menjalankan sejumlah program di bidang HAM yang menyasar instansi pemerintah maupun pelaku bisnis, di antaranya Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dan Strategi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia (Stranas BHAM).

“Terkini, Kemenkumham telah menyusun Indeks HAM Indonesia (IHAMI) yang ke depannya akan menjadi alat untuk mengukur implementasi HAM di Tanah Air,” terangnya.

Menkumham juga menghimbau seluruh pihak agar dapat menjaga keharmonisan dalam keberagaman pandangan politik menjelang Pemilu 2024 (Antaranews.com, Minggu 10/12/2023)

HAM sejatinya dibuat berdasarkan akal manusia. Dan akal manusia bersifat lemah, sehingga tidak akan bisa menyelesaikan berbagai permasalahan hanya dengan mengandalkan akalnya. Sistem yang saat ini diterapkan diseluruh dunia, bahkan di negeri ini adalah sekularisme, yang merupakan pemisahan aturan agama dari kehidupan. Sekularisme membuat manusia bebas berperilaku, termasuk adanya HAM ini.

Karena HAM menjunjung kebebasan berperilaku, berpendapat, bereskpresi dan sebagainya. Kebebasan ini tentunya tidak dibarengi dengan syari’at (aturan Allah), sehingga manusia berbuat sesuai dengan apa yang masuk pada pemikiran mereka, tanpa mencari tahu hukum dari perbuatan tersebut. Dengan adanya kebebasan-kebebasan ini, secara tidak langsung meniadakan Allah sebagai Al Khaliq (Pencipta) dan Al Mudabbir (Pengatur). Padahal Allah menurunkan Al Quran untuk manusia agar mereka hidup sesuai dengan perintah yang telah Allah tetapkan dalam Al Quran.

Tetapi pada faktanya, saat ini hampir seluruh umat manusia hidup tanpa berpedoman pada Al Quran, karena Islam telah dijauhkan dari kehidupan. HAM ini membuat manusia merasa bahwa ia bisa menyelesaikan seluruh problemanya tanpa melibatkan aturan Islam dalam diri mereka. Padahal sesungguhnya akal manusia itu lemah, membutuhkan sesuatu untuk menjadi sandaran dalam menyelesaikan berbagai problematika mereka, yakni Al Quran yang bersumber dari Pencipta, yaitu Allah. Dengan sistem Sekularisme ini, membuat manusia menganggap bahwa agama hanya untuk peribadahan ritual (wajib) saja, sedangkan mengenai hal yang bukan ibadah ritual, agama tidak harus ikut campur.

Maka HAM yang bersumber dari Sekularisme ini, tidak bisa dijadikan solusi, karena pada kenyataannya, adanya HAM tetap saja masih ada yang melanggarnya. Seperti Negara Amerika Serikat, AS yang menamakan dirinya sebagai pembela HAM, justru malah menjadi pelanggar HAM nomor satu atas kejadian di Pal 3st in4, karena dukungan AS terhadap Isr43l atas genosida yang mereka lakukan.

Buktinya adalah mereka tak lagi memperdulikan HAM ketika itu demi meraih keuntungan. Jika sudah seperti ini, maka harapan kesejahteraan dan keadilan dari HAM ini hanya ilusi dan tidak dapat dibuktikan. Kesejahteraan hanya akan terwujud jika Islam diterapkan seluruhnya dalam aspek kehidupan, yakni dalam institusi Khilafah. Karena Khilafah tegak di atas dasar aqidah Islam yang meyakini bahwa satu-satunya pengatur hidup manusia hanyalah Allah, bukan HAM yang dibuat oleh akal manusia yang lemah.

Dalam Khilafah, manusia akan dipahamkan bahwa segala perbuatan mereka akan dimintai pertanggung jawaban, termasuk ide HAM yang tidak berasal dari hukum Allah.

Kesejahteraan bukan hal yang mustahil ketika Islam diterapkan dalam kehidupan, dan Islam terbukti mampu mensejahterakan manusia dan membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Seperti pada zaman Rasulullah dan setelahnya, yang terasa hidup sejahtera karena Islam.

Wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah, yaitu Islam juga membawa rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam QS. Al Anbiya ayat 107

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al Anbiya:107)

Juga dalam QS. Al A’raf ayat 96
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al A’raf:96)

Mudah bagi Allah melimpahkan berkah kepada manusia, jika manusia itu ta’at dan mau menerapkan semua perintah Allah. Untuk bisa menerapkan Islam secara menyeluruh, maka kita harus mengkaji Islam, memahaminya dan menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, satu-satunya solusi atas seluruh problematika manusia, tidak lain dan tidak bukan hanya Islam.

Wallahu’alam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 8

Comment here