Opini

Upaya Mengubur Sejarah Khilafah

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis: Ummu Rona (Anggota Komunitas Setajam Pena)

Kata khilafah, sudah tak asing lagi di Nusantara tercinta saat ini. Tak ayal, kini semakin menjadi isu yang terus diperbincangkan, apapun yang ada kaitannya dengan khilafah dianggap radikal yang harus dijauhkan dari masyarakat. Kemudian menyambung dengan keterangan resmi dari kementrian agama RI di Jakarta, Kamis (2/7) bahwa ada penghapusan konten-konten terkait ajaran radikal dalam buku 155 sebagai buku ajaran Islam. Kementrian agama telah merevisi mata pelajaran termasuk sejarah kebudayaan Islam, dan nenempatkan bahwa khilafah tidak lagi relevan di Indonesia, dan moderasi beragama harus dibangun dari sekolah.

Masih banyak orang di Indonesia yang belum tau ide khilafah. Akan tetapi ide khilafah terus digaungkan oleh para pejuangnya dan terus menerus disuarakan, betapa pentingnya kaum muslim menegakkan kembali institusi Islam itu. Khilafahlah satu-satunya yg dapat menjadi solusi atas semua permasalahan dalam negeri bahkan untuk dunia. Selain itu Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam dan kewajiban agama.

Belum lama ini Khilafah channel dan komunitas Literasi Islam menayangkan siaran langsung pre-launching Jejak Khilafah di Nusantara. Film dokumenter tersebut memperlihatkan bukti-bukti otentik hubungan Nusantara dengan khilafah, Ahad (2/8) di kanal YouTube khilafah channel, yang diputar perdana pada 20 Agustus 2020. Namun film tersebut sempat diblokir beberapa kali di tengah pemutaran film tersebut. Akun instagram @jejakkhilafahdinusantara mengunggah pengumuman tampilan layar saat pemblokiran film. “Video tidak tersedia, konten ini di domain di negara ini karena ada keluhan hukum dari pemerintah” (suara.com, 21/8/2020).

Pemblokiran film pun menuai polemik di masyarakat dan menuai kritik dari berbagai kalangan, salahsatunya dari Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain. Beliau mempertanyakan “Apa alasan keluhan pemerintah atas video khilafah sebagai jejak sejarah, apakah ada keluhan negara yang dilanggar?

Sebagaimana judulnya, film ini mengungkapkan jejak khilafah di Nusantara dari sisi sejarah. Diantaranya terungkap dalam sambutan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI, 9 Februari 2015, di Yogyakarta. Beliau mengungkapkan bahwa Raden Patah dikukuhkan oleh utusan Sultan Turki Utsmani sebagai khilafatullah ing Tanah Jawi (perwakilan Khalifah Turki di Tanah Jawa).

Disertasi Dr. Kasori di UIN sunan Kalijaga yang berjudul Di bawah Panji Estergon: hubungan kekhilafahan Turki Utsmani dengan kesultanan Demak Pada Abad XV-XVI M (2020) makin menguatkan pernyataan Sri Sultan HB X tersebut. Dalam penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa para raja atau Sultan di Demak memerlukan gelar Sultan dari Turki untuk menguatkan kedudukannya.

Akan tetapi penjajah selalu menghukum memori umat Islam dari ingatan sejarah mereka tentang Islam. Film jejak khilafah di Nusantara telah sukses menguak fakta yang selama ini di tutup-tutupi, baik tentang peran, relasi dan status khilafah Islamiyah yang pusat kekuasaannya di Timur Tengah dengan Nusantara.

Fakta yang selama ini dijauhkan dari generasi muda, ditutup rapat-rapat dari lembaran buku-buku sejarah.dan yang diajarkan hanya tentang kebesaran nenek moyang kita yang berjaya di China masa kerajaan Hindu-Budha , Majapahit, dan Sriwijaya yang seolah tidak ada relasi Islam dalam spektrum institusi politik dengan masyarakat Nusantara. Bahkan penyebaran dakwah pun dikesankan sebagai cara-cara kekerasan dan melupakan betepa lemah lembutnya Islam

Kini saatnya umat sadar bahwa keberadaan khilafah Islam adalah fakta sejarah dan tak bisa dibantah. Yang pernah eksis selama kurang dari 14 abad menguasai 2/3 wilayah dunia. Jejak khilafah begitu jelas dalam lintasan sejarah di dunia, termasuk di Nusantara.

Fakta sejarah khilafah yang mengungkap pernah dipraktekkan oleh kaum muslim di dunia selama berabad-abad, sejak Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, hingga Khilafah Utsmaniyah yang pada tahun 1924 dibubarkan oleh Mustafa Kemal Attaturk, seorang ketuturunan Yahudi. Pembubaran khilafah tersebut didukung penuh- bahkan sejak awal diinisiasi oleh Inggris. Sebagai penjajah nomor satu saat itu, Inggris tentu berkepentingan besar untuk meruntuhkan Khilafah Turki Utsmani, yang dipandang sebagai salah satu penghalang bagi ambisi imperialismenya di dunia Islam.

Sayangnya yang di pahamkan untuk generasi tidaklah ditulis sebagaimana faktanya. Ada penguburan sejarah sehingga umat Islam pada akhirnya buta terhadap sejarah kegemilangan Islam, dan berakibat menentang agamanya sendiri serta menganggap khilafah sebagai ajaran yang berbahaya.

Maka dari itu sangatlah penting mengungkap kembali sejarah dengan fakta yang sebenarnya, karena dengan sejarah itulah umat bisa mendapatkan pelajaran berharga, dan film Jejak Khilafah di Nusantara ini menjadi salah satu cara untuk menceritakan kembali bagaimana khilafah dan hubungannya dengan Nusantara. Bagaimana Nusantara ini dipenuhi dengan Islam sejak zaman penjajahan hingga masa pergerakan di awal abad 20 pun tak lepas dari tokoh-tokoh Islam

Oleh sebab itu, jelas dan bisa dipastikan bahwa sejarah yang asli dari Negara ini menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia sendiri dan perjuangannya adalah faktor yang membuat Indonesia dapat bertahan melewati penjajahan Eropa maupun Jepang hingga akhirnya kemerdekaan yang penuh pada 17 Agustus 1945.

Oleh sebab itu sangatlah penting bagi umat menyadari bahwa upaya penghalangan sejarah khilafah adalah hipokrisi demokrasi dan upaya sistematis untuk mengubur sejarah khilafah di Nusantara. Bahkan dengan sengaja para penjajah menjauhkan umat Islam dari paham khilafah, sebab jika umat memahami  hakikat khilafah Islam secara  benar maka akan mengancam eksistensi kapitalisme yang mencengkeram dunia saat ini.

Wallahua’lam bish-showab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 39

Comment here