Surat Pembaca

Two State Solution, Solusi atau Siasat Penjajahan?

Bagikan di media sosialmu

oleh : Nirwana Delfianti

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Di bulan Oktober ini, kondisi Palestina terutama di Gaza semakin bersimbah darah. Ledakan rudal diiringi tangisan dan takbir para syuhada makin menggema mengguncang hati dunia. Tercatat lebih 67.183 korban jiwa dan 169.841 orang terluka sejak tanggal 07 Oktober tahun 2023 hingga saat ini.

Di tengah semakin brutalnya aksi pembantaian oleh zionis Israel, solusi ideal yang telah disepakati oleh para pemimpin dunia pada saat sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di bulan September kemarin ialah two state solution alias solusi dua negara. Jika ingin Palestina terbebas dari genosida maka Israel harus mendapat haknya pula.

Sebanyak 142 negara yang menerima usulan tersebut dan 10 negara menolak. Deklarasi ini ditekan penuh oleh beberapa negara mayoritas muslim, termasuk Indonesia.

“Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita harus mengakui, menghormati, menjamin keselamatan dan keamanan Israel. Hanya dengan begitu kita bisa memiliki perdamaian sejati, perdamaian yang nyata, tanpa kebencian dan tanpa kecurigaan. Satu-satunya solusi adalah solusi dua negara,” ucap presiden RI, bapak Prabowo Subianto dalam pidato di Sidang Majelis Umum ke-80 (PBB). Dikutip dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (23/09/2025).

Solusi dua negara, benarkah solusi paten untuk mengakhiri genosida di Gaza? Mengingat kembali peristiwa Nakba pada tahun 1947 ketika zionis mengusir masyarakat Palestina dari tanahnya sendiri hingga pengusiran itu terjadi sampai detik ini. Pemberian wilayah dan hak kepada zionis ibarat memberikan secara sukarela harta yang sebelumnya kita miliki kepada pencuri bejat. Banyaknya korban jiwa akibat pembantaian ini menjadi alasan kuat bahwa zionis tak layak mendapat perlindungan maupun keamanan.

Solusi dua negera merupakan bukti dari tidak adilnya dunia terhadap genosida di Palestina. Solusi ini malah membuat Palestina semakin terjajah. Selain itu, sikap kukuh para pemimpin muslim dengan solusi ini tanpa merundingkan solusi lain seperti solusi pengusiran total zionis dari tanah Palestina menjadi bukti lepas tangannya mereka terhadap problem Palestina.

Tanah Palestina adalah tanah kharajiyyah (rampasan perang) dari hasil kemenangan kaum muslim pada masa ke khalifahan Umar bin Khattab hingga khalifah Salahuddin Al-Ayyubi. Status ini tetap bertahan hingga saat ini, meskipun pemerintahan Islam telah diruntuhkan oleh entitas barat. Oleh karenanya, sudah menjadi kewajiban setiap muslim mengerahkan tenaga dan materi untuk melindungi tanah yang telah diperjuangkan oleh pemimpin muslim terdahulu.

Konndisi negara mayoritas muslim saat ini sesungguhnya sangat memungkinkan kita menciptakan solusi lain untuk Palestina. Misalnya seperti mengirimkan pasukan militer untuk membalas balik serangan zionis, dan mengusir mereka. Dengan kekuatan sponsor senjata yang luar biasa dari Arab Saudi, serangan rudal dari Iran, Iraq dan sejajarannya, maupun pasukan-pasukan muslim dari seluruh negara muslim, Palestina dapat memperoleh kemerdekaannya tanpa harus ada jejak zionis di tanah mereka.

Bersatu dan siapnya kaum muslim untuk berjihad membela Palestina cukup sulit jika berada dalam kondisi saat ini. Pemimpin-pemimpin yang telah terikat perjanjian dengan para penjunjung sistem sekuler kapitalis yakni antek barat sesungguhnya hanya memikirkan kemaslahatan pribadi mereka, tanpa mau memikirkan penderitaan saudara mereka di Palestina. Hal ini berbeda jika berada dalam komando sistem pemerintahan yang berbasis peraturan Islam. Pasukan jihad akan terbentuk seperti pada masa Khalifah Umar untuk membebaskan tanah Palestina.

Allah SWT berfirman dalam QS.Al-Baqarah ayat 191:
“Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.”

Jadi, solusi dua negara bukanlah solusi, namun siasat agar tanah milik kaum muslim dirampas kembali oleh zionis dan antek-anteknya. Mengingat bagaimana tabiat zionis setelah peristiwa-peristiwa yang berlalu, mereka dikenal sebagai manusia-manusia yang selalu ingkar janji. Artinya tak menutup kemungkinan bahwa keputusan ini bukanlah untuk menyejahterahkan semuanya, melainkan untuk meleburkan salah satunya (Palestina).

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here