Opini

Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa, Benarkah?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Najwa FN, S.I.P.
(pemerhati politik dan sosial)

wacana-edukasi.com, OPINI– Kontroversi kedatangan tim sepak bola asal Israel ke Indonesia semakin banyak menarik perhatian publik. Dalam rangka drawing piala dunia U-20, yang awalnya diadakan di Bali Indonesia. Seluruh negara anggota FIFA (Federasi Sepakbola Internasional, red) akan mengikuti laga bergengsi ini, termasuk Israel.

Namun, berbagai respon penolakan muncul dari berbagai kalangan. Mulai dari politisi, ulama, bahkan Gubernur Ganjar Pranowo juga turut menyuarakan penolakannya. Menurut Ganjar yang dikutip dari wartakota.live, penolakan ini sebagai wujud komitmen bersama mendukung kemerdekaan negara Palestina sesuai amanat Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno (28/3/23). Suara yang senada juga muncul dari Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri, Sudarnoto Abdul Hakim, MUI memberikan pernyataan resmi tertulis kepada media. “Kehadiran timnas Israel dan rombongan pendukungnya adalah hal yang sangat sensitif di masyarakat luas khususnya di Indonesia, karena menyangkut dengan penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina yang dalam waktu panjang berlangsung hingga hari ini,”(detik.com14/3/2023).

Namun, dukungan terhadap Israel justru secara resmi muncul dari Ketua Umum PSSI saat itu, Mochamad Iriawan menyatakan bahwa “Soal Israel, saya rasa sudah ada kesepakatan dengan pemerintah pada tahun lalu (2021). Siapa pun yang datang, bisa bermain. Israel tetap kami akomodasi,” tegas Iriawan, 26-6-2022 (CNN Indonesia, 27/3/23). Hingga akhirnya secara sah, FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 di Denpasar, Bali, yang akan digelar pada 31 Maret 2023. Pembatalan disebabkan adanya penolakan masyarakat Indonesia terhadap tim nasional (Timnas) Israel yang ikut menjadi peserta. (CNBC Indonesia, 27-3-2023). Hingga tulisan ini dibuat, presiden Jokowi tetap memerintahkan Etho (Erick Thohir, red) untuk menemui FIFA dalam rangka melobi kembali keputusan itu. Pasalnya, banyak pihak yang mendukung kedatangan Israel dengan alasan, tak ada hubungan sepakbola dan politik hingga alasan ekonomi.

Kerugian Ekonomi VS Jutaan Nyawa Melayang ?

Tak bisa dipungkiri, kehadiran Israel yang menuai kontroversi bahkan cenderung berupa penolakan bukan tanpa sebab. Itu semua terjadi akibat posisi Israel dalam kancah dunia yang lebih dikenal sebagai penjajah tak berperikemanusiaan. Sejarah mencatat telah 75 tahun lamanya Israael merebut tanah Palestina, membumi hanguskan gedung-gedung dan rumah penduduk, serta merampas nyawa dan kehormatan jutaan manusia di sana. Di sisi lain, alasan dukungan terhadap Israel muncul karena alasan ekonomi. Ketakutan kehilangan mata pencaharian para atlet, wasit, dan seluruh jajarannya, serta hilangnya peluang keuntungan sektor pariwisata di Bali menjadi alasan terbesarnya.
Apakah alasan ekonomi tersebut sebanding dengan kerugian finansial — bahkan jutaan nyawa yang terenggut secara tragis—di Palestina? Di manakah urat kemanusiaan kita, apabila kita dituntut bersikap manis dengan penjajah yang telah membunuh, melukai, melecehkan, dan mengusir saudara muslim kita di Palestina. Uang bisa dicari, tapi jutaan nyawa saudara muslim kita yang melayang tak akan pernah bisa terganti dengan apapun! Inilah saatnya kita buktikan kalimat “Tak ada sepakbola seharga nyawa”

Standar Ganda

Sikap pemerintah yang menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara sepak bola dan politik, seolah merupakan sikap yang bijak. Namun pada faktanya justru selama ini FIFA lah yang menjadi teladan terbaik dalam mempolitisasi dunia sepakbola. FIFA telah menerapkan standar ganda,dimana standar yang diberikan kepada setiap negara tergantung keberpihakannya. Ketika ada pemain yang menyuarakan dukungan pada Ukraina, FIFA tidak memberikan sanksi. Namun, ketika sejumlah pemain atau klub menyuarakan dukungan pada Palestina, terdapat sejumlah sanksi yang diberikan (muslimahnews.net 28/9/23).

Ketika FIFA sendiri bersikap tidak konsisten dan justru menerapkan standar ganda, bagaimana mungkin Indonesia bisa konsisten memisahkan olahraga dan politik?

Tolak Israel Secara Totalitas!

Penolakan berbagai elemen masyarakat hingga pejabat terkait kehadiran Israel di Indonesia terhitung cukup besar. Namun, hendaknya tak hanya menolaknya atas dasar nafas solidaritas kemanusiaan saja. Akan tetapi, kita semua harus memahami bahwa Palestina butuh dukungan yang riil dari kita, untuk membebaskan mereka dari cengkeraman penjajahan keji Israel.

Sejarah kelam Israel memanglah tertolak di berbagai belahan bumi, dikarenakan selalu berbuat kerusakan dan kekacauan. Dahulu, kaum Yahudi ditolak di Eropa hingga mereka diusir dari benua biru tersebut dalam kondisi yang mengenaskan (muslimahnews.net 28/3/23). Kaum Yahudi lantas menuju wilayah Palestina dan diterima dengan baik, bahkan diizinkan tinggal di Palestina. Namun, kebaikan kaum muslim Palestina justru dibalas dengan pengkhianatan dan kejahatan oleh Israel. Mereka menguasai bumi Palestina, membunuh dan mengusir penduduknya, membombardir fasilitas umum, seperti rumah sakit dan sekolah, dan aneka kejahatan lainnya.

Penyiksaan di sana, hendaknya kita juga turut merasakan pedihnya di sini. Sebagaimana hadits Nabi SAW:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ‘ (HR. Bukhari dan Muslim).

Muslim di Palestina, adalah saudara bagi muslim di Indonesia. Sehingga, yang harus kita lakukan adalah bukan hanya menolak timnas mereka menginjakkan kaki di Indonesia, akan tetapi kita harus menolak eksistensi Israel berupa penjajahannya dari Palestina.

Islam Hadir Sebagai Solusi Satu-satunya

Solusi yang dibutuhkan Palestina agar terlepas dari cengkeraman penjajahan adalah dengan mengirim tentara militer bersenjata kuat untuk mengusir kebengisan Israel. Tak cukup dengan diplomasi, apalagi bekerjasama internasional. Satu satunya cara untuk bisa menghilangkan eksistensi Israel adalah dengan adanya pemimpin negara yang berdaulat, dan berwenang mengumumkan perang melawan Israel.

Seorang pemimpin tunggal yang bertekad melindungi kehormatan hingga nyawa setiap muslim di muka bumi. Konsep kepemimpinan yang dinaungi oleh system Islam yang telah tercatat dalam sejarah mampu membawa kedamaian selama ribuan tahun, serta kegemilangan peradabannya. Hal ini bukanlah isapan jempol semata, akan tetapi Nabi SAW telah mengajarkannya pada para sahabat dan seluruh ummatnya dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hanya sistem islam yang akan melahirkan kehidupan dan sosok pemimpin yang bisa mengumandangkan seruan jihad akbar ini sebab hanya Khilafah yang punya pandangan ideologis bahwa setiap penjajahan harus dihilangkan, apalagi penjajahan terhadap umat Islam. Sejarah mencatat, sepanjang rentang peradaban Islam, Khilafah telah membebaskan Palestina. Pembebasan tersebut terjadi sejak masa Khalifah Umar bin Khaththab hingga Kekhalifahan Utsmaniyah. Selama itu, bumi Palestina senantiasa damai. Wallahualam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 30

Comment here