Gaya HidupRemaja

Suara Hati

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Azizah, S.Pd. I. (Penyuluh Agama dan Penulis Buku Remaja Islam)

Wacana-edukasi.com — Sobat Millenials pasti pernah galau, kan? Utamanya saat dihadapkan pada dua pilihan. Misalnya begini, nih. Di tahun ajaran baru ini kamu mau lanjut menuntut ilmu di sekolah umum atau di pondok pesantren? Terus mau ikutan berjilbab dan berkerudung lebar, atau pakai jilbab trendi aja? Mau intensif dalam kajian Islam atau pilih hengkang karena takut di cap radikal?

Nah … gimana coba mutusinnya? Padahal masalah seperti ini butuh segera dieksekusi, loh!

Kalau motivator wanita, Merry Riana, pada satu kesempatan pernah berpesan kepada generasi millenials semacam kita ini dalam menghadapi era digital 4.0. agar tetap menjadi diri sendiri, dan selalu mengikuti suara hati, daripada mendengar komentar orang lain atau warga net.

Pasalnya, tubuh kita punya detektor paling canggih bernama hati nurani. Saat dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup yang sulit, atau ketika harus melakukan tugas baru yang berat, kerapkali bisikan-bisikan intuisi berupa suara hati akan terdengar.

Namun, acapkali kita tidak peka bahkan mengacuhkan bisikan yang berasal dari dalam diri. Alhasil yang muncul adalah penyesalan. Mengapa mengabaikan saat nurani bicara.
Hmm … jadi gimana, Sobat? Setuju ngikutin kata hati ? Wah … sabar dulu, Sob. Kalau boleh memberi saran nih, ya. Kita inikan sebagai muslim, ada di dunia ini juga nggak bin salabim. Harus melalui proses penciptaan yang semuanya tidak lepas dari campur tangan Allah Swt, sebagai Al-Khaliq (pencipta) dan Al-Mudabbir (pengatur).

Maka Sobat Millenials, memahami hakikat kehidupan kita yang semacam ini membuat sadar diri. Bahwa kita nggak bisa menjalani hidup ini sendiri, menurut pikiran kita sendiri atau menggunakan aturan-aturan kita sendiri menurut bisikan suara hati.

Sebab Islam memberikan tuntunan agar perasaan hati yang kita miliki selalu seiring sejalan dengan pemikiran. Yaitu pemikiran yang berlandaskan pada syariat Allah Swt. Inilah sebuah konsekuensi logis dari akidah dan keyakinan kita dalam mengimani Allah dan Rasul-Nya. Serta sebuah pilihan hidup yang semestinya diambil sebagai muslim yang berakal agar bisa taat pada aturan Islam termasuk saat harus mengambil keputusan penting dan genting bagi setiap polemik yang muncul dalam kehidupan.

Sobat Millenials, terikat pada hukum-hukum Allah itu berupa ketundukan pada aturan yang menjadi penyelesai berbagai persoalan menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan; hubungan manusia dengan sesamanya; termasuk urusan manusia dengan dirinya sendiri.

Islam menghendaki generasinya memiliki kepribadian tangguh. Yaitu kepribadian yang dilandasi ketakwaan. Hal itu tercermin dari bagaimana generasi muslim menyikapi persoalan hidupnya berdasarkan hukum syara, baik saat mereka berpikir maupun bersikap.
Jadi Sob, terang sudah, yang benar bukan mendengar bisikan hati, tapi mendengar apa kata Ilahi. Sebab Allah Swt. telah menjadikan sumber pelita dalam hati dan akal pikiran manusia melalui perantara Wahyu Al-Qur’an dan sunah Nabi Saw.

Rasul Saw bersabda :
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِه

“Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits Hasan Sahih)

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,

“Akal tidaklah bisa berdiri sendiri, akal baru bisa berfungsi jika dia memiliki naluri dan kekuatan sebagaimana mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapatkan cahaya iman dan Al-Qur’an barulah akal bisa seperti mata yang mendapatkan cahaya matahari. Jika tanpa cahaya tersebut, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” (Majmu’ Fatwa, Ibnu Taimiyah)

Sementara mengikuti kata hati, sesungguhnya adalah bagian dari bentuk kebebasan berekspresi yang bersumber dari ide kebebasan ala kapitalis sekuler. Sedari awal mereka punya prinsip menjauhkan Tuhan dan aturan agama dari urusan kehidupan manusia.

Jadi, saat punya masalah hidup, cukup manusia sendiri yang menyelesaikanya, tak perlu bersandar pada aturan agama.
Terhadap konsep hidup semacam ini, Sobat Millenials butuh hati-hati, loh. Jangan kebawa arus, ya. Karena kita sudah punya Islam Principle. Ini sudah final, dan tak ada tawar menawar.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 39

Comment here