Tabligul Islam

Senjata Ampuh Lintas Zaman, Penyesatan Informasi

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Lely Novitasari (Aktivis Generasi Peradaban Islam)

wacana-edukasi.com, OPINI– Penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, begitulah sepenggal kalimat yang tertuang dalam pragraf UUD 45. Bukan tanpa sebab adanya kalimat di atas, sebab negeri ini pernah mengalami pengalaman pahit di masa lalu. Tertindas dan terjajah secara fisik menjadi kenangan buruk yang membekas dan menjadi catatan sejarah kelam negeri ini hingga sekarang.

Dengan segala kenangan buruk itu, hari ini ternyata masih ada yang justru membela penjajah. Belum lama ramai di sosial media diberitakan terjadi pengeroyokan oleh ormas adat pasukan Manguni Makasiouw di Bitung, Sulawesi Utara. Kekisruhan ini menelan satu korban jiwa dari pihak peserta aksi damai bela Palestina yang sebelumnya telah mendapatkan izin resmi dari pihak kepolisian.

Mengutip media gelora(dot)co, tulis akun @MprAldo, aksi bela Palestina menurut Manguni Minahasa adalah bentuk aksi mendukung terorisme. Pertanyaannya, kok bisa? Bagaimana mungkin Palestina yang telah dijajah hampir satu abad lamanya melawan penjajah disebut teroris? Tidak terima atas kejadian tersebut, beberapa akun di medsos merespon berita ini, “Nyawa balas nyawa. Diketahui 1 korban syahid. Atas nama bang Anto. Anggota bulan sabit merah. Itu ada polisi diem aja, 1 unit mobil ambulance dirusak.” ungkap @brooklynbrick89.

Ironi sebuah negara yang sering meneriakkan toleransi dan kebebasan bersuara tidak sigap menindak ormas-ormas yang sudah jelas-jelas membuat onar, bahkan sampai menganiaya dan menghilangkan nyawa. Negeri ini bisa dikatakan damai saat umat Islam masih mayoritas dan saling peduli dengan beramar ma’ruf nahi mungkar.

Andaikan umat Islam dulu saat penjajahan  menjadi minoritas ataupun tidak ada, bisa jadi pribumi negeri ini sudah habis terusir dan mengalami genosida seperti yang terjadi di Rohingya dan Uyghur.

Pentingnya Riset Informasi

Berbagai sarana kemudahan mengakses informasi di media sosial hari ini bagai pisau bermata dua, selain berfungsi sebagai sarana mencari informasi dan komunikasi yang bermanfaat, namun di sisi lain juga dapat memberikan dampak negatif seperti mudahnya mengakses dan menyebarkan informasi hoax, ujaran kebencian, provokasi, serta hal-hal yang menyenggol isu SARA.

Gencarnya berbagai media mainstream barat mengaburkan akar masalah di Gaza, Palestina akibat aksi penyerangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023 adalah bagian upaya mengaburkan fakta penjajahan Zionis Yahudi. Selayaknya semua manusia apalagi muslim sepakat bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini.

Maka pentingnya masyarakat memfilter mana konten-konten yang shahih dan mana yang sesungguhnya bentuk propaganda penyesatan. Sudah menjadi rahasia umum yang membuat sosial media bukan dari kalangan Islam, niscaya lebih mudah memberikan ruang konten dari kaum dan pemerintah mereka sendiri yang justru merupakan subjek alias pelaku penjajahan.

Karenanya untuk memfilter informasi memang tidak mudah dilakukan individu per individu ataupun kelompok. Harus ada peran negara sebagai pelaksana kebijakan. Mencegah konten-konten hoax itu bersliweran dan meracuni akal. Dengan berbagai perangkat kebijakan dan juga aparatnya sebenarnya relatif mudah  jika negara mau bersungguh-sungguh.

Hanya saja, sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir semua pemimpin negara di dunia saat ini hanyalah boneka para negara imperialis. Nyaris mustahil berharap pada para pemimpin negara saat ini karena sedikit saja mereka berani berseberangan dengan agenda negara super power, maka taruhannya adalah jabatan bahkan nyawa.

Kedaulatan Kekuasaan dengan Islam

Sistem Islam bukan berasal dari buah pemikiran manusia, niscaya terbebas dari berbagai kepentingan individu ataupun kelompok. Sudah pasti baik untuk kemaslahatan seluruh umat manusia, tidak hanya umat Islam saja.

Negara dengan sistem Islam tidak boleh terintimidasi oleh kepentingan asing, maka mudah negara melaksanakan hukum secara adil. Termasuk memberikan sanksi keras bagi penyebar konten hoax, juga memfilter media sosial agar masyarakatnya bisa mendapatkan informasi yang shahih.

Dengan begitu, negara mampu meminimalisir perilaku maupun aksi kekerasaan seperti yang dilakukan oleh ormas Manguni terhadap peserta aksi damai membela Paletina.

Sistem Islam juga memiliki sistem pendidikan yang berkualitas, mampu membangun kekuatan mental anak didik, baik pada level keluarga, masyarakat dan negara. Sistem pendidikan Islam dengan metode talaqy fikriyan yakni mengajak untuk berfikir menilai realitas yang ada lalu kemudian dikaitkan dengan informasi yang shahih yang hanya berdasar hukum syara’. Dari sinilah lahir pemikiran yang bersih dan jernih. Bahkan dalam kaidah amal, Islam mengajarkan untuk berilmu sebelum beramal. Agar manusia tidak gegabah, tidak main hakim sendiri akibat disinformasi.

Firman Allah swt:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
(QS. Al Isra’ : 36)

Di sisi lain, pembelaan untuk kemerdekaan Al Aqsa/ Palestina, selayaknya terlebih dahulu memerdekaan pemikiran umatnya. Bahwa tidak ada sistem yang baik/mendukung perjuangan itu selain sistem Islam.

PBB yang notabene sebagai bidan lahirnya negara Zionis Yahudi apakah layak diharapkan bisa memberikan solusi? Amerika sebagai penyuplai dana apakah bisa memberikan nasihat ke “anak emasnya”? Solusi dua negara sama saja mengakui adanya negara zionis menjajah tanah Palestina.

Pentingnya umat sadar, bahwa hanya dengan kepemimpinan sistem Islam yang merupakan mahkota kewajiban harus lebih dulu diperjuangkan dan diterapkan. Maka bukan lagi sesuatu yang utopis ataupun sulit untuk membebaskan Palestina sebab tugas itu langsung dilaksanakan pada level negara.

Jika memerdekakan Palestina bisa dengan mudah dilakukan, apalagi sekedar mengatasi kelompok-kelompok radikal pelaku kekacauan dan anarkis yang berulang kali terjadi di negeri ini yang kian merasa jumawa. Padahal selama ini mereka dapat hidup tenang dan damai notabene di negeri yang mayoritas umat Islam!

Wallahu’alam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 10

Comment here