Opini

Rusaknya Generasi, dalam Sistem Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Dite Umma Gaza (Pegiat Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI–Dugaan kecurangan pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tengah jadi sorotan publik. Ujian ini diselenggarakan untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Kecurangan tersebut kemudian dipublikasikan oleh panitia seleksi kepada khalayak ramai.

Salah satu kecurangan yang dicurigai adalah kebocoran soal. Kebocoran soal diduga karena ada oknum yang  merekam soal di sesi 1 UTBK. Kecurangan lainnya yaitu adanya oknum yang memasang kamera yang tidak dapat dideteksi oleh metal detektor. Kamera tersebut dipasang di kuku, kawat gigi, kancing baju, dan ikat pinggang.

Dengan adanya kecurangan diatas, panitia bertekad akan melakukan investigasi lebih lanjut. Panitia akan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan penanggung jawab pusat. Penanggung jawab diminta untuk meningkatkan pengawasan dan memeriksa peserta ujian sebelum masuk ke ruang ujian.

Sanksi akan diberikan kepada peserta yang terbukti melakukan kecurangan. Sanksi tersebut yaitu pembatalan hasil ujian, diskualifikasi dari semua jalur SNPMB tanpa batas waktu, dan dilaporkan ke institusi pendidikan asal. Pihak internal yang terlibat pun akan mendapatkan sanksi yang tegas. (beritasatu.com, 2-5-2025)

Pendidikan Kapitalisme

Bobroknya moral generasi penerus saat ini berawal dari rusaknya sistem pendidikan kapitalisme yang dianut negeri ini. Pendidikan yang seharusnya menjadi hal vital, tidak diperhatikan dengan sepenuh hati. Negara hanya menjalankan dan mengurus pendidikan sebagai formalitas saja. Sistem pendidikan yang dianut negeri ini sudah sangat menjauhkan generasi penerus dari syariat Islam.

Pendidikan di negeri ini hanya memfokuskan para generasi untuk menguasai materi yang diberikan. Materi tersebut juga bercermin dari ilmu barat yang sudah jauh dari nilai-nilai Islam. Ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi hanya diberikan agar generasi siap memasuki lingkungan kerja. Pendidikan kepribadian sangat sedikit porsinya, itu pun tidak didasarkan pada asas Islam.

Generasi saat ini mengetahui standar perbuatan baik dan buruk, tetapi mereka dapat dengan mudah melanggarnya. Pelajar atau siswa sudah tidak lagi mempertimbangkan halal haramnya suatu perbuatan. Mereka juga tidak mempunyai rasa takut jika melakukan perbuatan yang dilarang. Akhirnya, segala cara mereka tempuh agar lulus diterima di perguruan tinggi yang mereka idamkan.

Dalam sistem pendidikan kapitalisme, negara mengabaikan perannya. Negara tidak bertanggung jawab atau hadir untuk mengelola semua jenjang pendidikan secara utuh. Anggaran pendidikan yang disalurkan pun sangat minim. Sementara itu, institusi pendidikan diharuskan memenuhi semua kebutuhannya dengan anggarannya sendiri. Akibatnya, pelajar atau para orang tua siswa yang dituntut biaya tinggi untuk menyekolahkan anaknya.

Pendidikan Sistem Islam

Segala problem pendidikan sesungguhnya hanya dapat diselesaikan dengan sistem Islam. Sistem Islam menyentuh semua lini, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Semua menjadi tanggung jawab  negara. Oleh karena itu, pendidikan yang dijalankan adalah sistem pendidikan sahih yang berasal dari akidah Islam.

Hal ini karena pendidikan sahih yang sesuai dengan nilai Islam akan menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam. Mereka akan mempertimbangkan setiap perbuatannya karena terikat dengan halal dan haram. Dengan asas keimanan, maka pendidikan akan mampu menghasilkan generasi yang bertakwa, kuat, dan taat pada seluruh hukum syara atau syariat. Generasi inilah yang kelak akan mampu memimpin, dan mengurus hajat orang banyak.

Oleh karena itu, negara sebagai penanggung jawab harus hadir dalam setiap urusan umatnya. Terbukti, hanya dalam sistem pemerintahan Islam, keadilan dan kesetaraan pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh umatnya. Hal ini pernah terealisasi selama puluhan abad lamanya ketika masa kekhilafahan.

Pada saat itu, banyak tercetak para ahli, seperti Ibnu Zina sebagai ahli kedokteran, Mariam Astrulabi sebagai ahli astronomi, dan lain-lain. Mereka para ahli yang juga berkepribadian Islam, bahkan hafis Qur’an. Dengan kata lain, hanya dengan sistem Khilafah yang dapat mewujudkan generasi cemerlang yang berkepribadian Islam. Khalifah juga akan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan termasuk bidang pendidikan, tanpa tebang pilih sebagai bentuk tanggung jawabnya. Rasulullah saw. bersabda :

 “كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ”

Artinya : “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas menekankan bahwa setiap pemimpin harus bertanggung jawab, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan padanya. Ini berarti pemimpin wajib menjamin pemenuhan semua urusan rakyatnya tanpa terkecuali.

Dalam sistem Islam, masyarakat mempunyai peran penting untuk memantau, mengawasi, dan memeriksa setiap aktivitas warganya. Sudah sesuai atau belum? Melenceng dari syariat Islam atau tidak? Jika terbukti melanggar syariat, maka akan diberikan sanksi sesuai dalil. Sanksi yang diberikan kadang memang terkesan kejam, namun hakikatnya  menjadi penebus dosa dan pemberi efek jera. Sehingga, diharapkan kasus pelanggaran tidak akan terjadi lagi.

Di samping itu, sarana dan prasarana akan dibangun negara, sesuai dengan kebutuhan rakyatnya. Pemenuhan semua kebutuhan pendidikan yang terbaik, juga  akan diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, siswa atau pun orang tua tidak perlu khawatir, karena saat datang ke tempat pendidikan, mereka akan mendapatkan tempat terbaik, dan ilmu yang sesuai dengan akidah Islam.

Pendidikan dalam Islam akan selalu menanamkan bahwa tolok ukur kebahagiaan hidup adalah keridaan Allah. Bukan dengan karier gemilang atau materi yang berlimpah. Dunia pendidikan pun akan senantiasa dinamis. Masyarakat akan mengabdikan ilmunya untuk menciptakan kemudahan dan memfasilitasi sesamanya agar memperoleh kemudahan dalam segala urusan kehidupan.

Dengan sistem pendidikan Islam akan mencetak generasi yang mempunyai ketrampilan tinggi, berkepribadian mulia, terikat pada syariat Allah yang akan menjadi agen perubahan. Dengan keteguhan iman dan akhlak, para generasi akan memanfaatkan bagi kemajuan teknologi sesuai syariat Islam dan meninggikan kalimat Allah.

Dengan demikian, hanya dengan mengemban Islam kita dapat menyelamatkan generasi penerus yang kelak akan memimpin peradaban. Di sinilah urgensi kita terus berjuang menegakkan sistem khilafah yang akan menegakkan kalimat tauhid. Dunia harus menerapkan Islam, karena hanya dengan Islam kita dapat menjadi bangsa yang berintegritas, dan mampu menjadi panutan bagi dunia. [WE/IK].

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here