Opini

Resolusi Akhir Tahun: Pemimpin yang Solutif, Demokrasi Jadi Solusi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sri Astuti Am.Keb (Aktivis Muslimah Peduli Negeri)

Wacana-edukasi.com — Beberapa waktu lalu, film “tilik” sempat menjadi viral di jagat maya. Uniknya dari film tersebut adalah sosok Bu Tejo yang memiliki karakter penyinyir sejati, bahkan slogan “dadi wong ki yo sing solutif” dengan logat bahasa jawa yang kental begitu melekat dikalangan masyarakat.

Sejatinya manusia harus menjadi orang yang penuh solutif, karena hidup tak hanya sekedar untuk dijalani tetapi juga butuh solusi yang tepat dalam mengatasi segala permasalahan hidup.

Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy). Dengan demikian Indonesia resmi masuk ke jurang resesi, setelah pada kuartal II-2020 ekonomi RI juga terkonstraksi alias negatif  (KOMPAS.com, 5/11/2020)

Kondisi pandemi Covid-19 semakin memperburuk kondisi Indonesia. Baik dalam sektor perekonomian, sosial, ketahanan keluarga, dll. Angka kasus terinfeksi Covid-19 yang semakin masif, tak hanya terjadi pada masyarakat umum tetapi juga kalangan tenaga kesehatan, ulama, maupun pejabat negara.

Karut-marut persoalan yang dihadapi oleh Indonesia merupakan dampak dari rendahnya kepemimpinan yang ideal di tengah masyarakat. Pemimpin yang mengurusi urusan rakyatnya dengan baik, bisa menjamin seluruh kebutuhan pokok seperti kebutuhan pribadi sandang, pangan dan papan. Begitu juga kebutuhan kolektif, seperti kesehatan, pendidikan, dan pendidikan dengan baik bahkan hingga kebutuhan sekunder dan tersier.

Gagalnya kepemimpinan sebuah negara dipengaruhi pula oleh sistem yang diterapkan yaitu sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme hanya mengasilkan kebijakan yang berpihak pada pengusaha dan pemilik modal, alih-alih bertujuan untuk menjadi pelayan rakyat justru semakin menambah beban hidup dan menjadi pembebek asing dan aseng.

Sehingga, berbagai pemikiran yang akan melahirkan sebuah aturan tak jauh dari memenuhi syahwat kekuasaan. Memandang kekuasaan sebagai tangan besi untuk semakin memperkaya diri dan tunduk pada kepentingan Barat.

Oleh sebab itu, sistem kapitalisme tidak akan pernah mewujudkan peran pemimpin yang ideal. Berdasarkan asas akidah sekular yang memisahkan agama dari kehidupan merupakan permasalahan yang mengakar, maka solusinya harus dicabut hingga akar yaitu sekularisme.

Kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah amanah yang wajib dijaga dan ditunaikan, sebagaimana harusnya. Sebagai Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan surga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang pemimpin ketika tak mampu menjalankan kepemimpinannya dalam menunaikan hak dan tanggungjawabnya, itulah yang akan kehinanaan pada dirinya. Namun, kemuliaan dan kebanggan bagi diri seorang pemimpin manakala dia mampu menunaikan hak dan tanggungjawabnya dengan baik.

Kriteria kepemimpinan yang ideal menurut Al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, menyatakan ada tiga kriteria kepemimpinan yaitu kepemimpinan inovatif, inspiratif, dan cerdas.

Kepeminan inovatif, pemimpin yang senantiasa membawa sesuatu hal yang baru dengan mengubah kebiasaan masyarakat yang buruk menjadi sesuatu yang jauh lebih baik. Kepemimpinan yang mampu meningkatkan level kemampuan sosok pemimpin, sehingga bisa melihat peristiwa dan membimbing masyarakat untuk memahami yang terjadi “dibalik dinding”.

Indonesia dan umat Islam di seluruh dunia saat ini membutuhkan pemimpim yang mempunyai karakter sebagai pemimpin yang inovatif. Sebab umat Islam telah terlalu lama terlelap dalam tidur panjang, mereka harus disadarkan dan diajak untuk menyusuri jalan kebangkitan, kemerdekaan, dan kemajuan. Hal itu memang tak mudah, oleh karena itu dibutuhkan sosok pemimpin yang kredibel.

Maka, untuk mewujudkan pemimpin yang ideal dan kredibel harus berasal dari penerapan sistem Islam. Menjadikan syariat Islam sebagai aturan dalam mengurus dan mangatur seluruh aspek kehidupan, baik dari aspek keperintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, sanksi hukum, politik dalam dan luar negeri.

Wallohualam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here