Opini

Pemuda Aset Pembangunan dan Pilar Peradaban

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Erdiya Indrarini (Pemerhati kemasyarakatan)

wacana-edukasi.com, Tak dipungkiri, betapa kayanya kita punya negeri, sumber daya alamnya yang melimbah ruah, terhampar di seluruh permukaan, membentang dilautan, juga yang tersimpan dalam perut bumi. Baik emas, intan, berlian, mutiara maupun minyak dan gas.

Tak cuma itu, keindahan aneka ragam hayatinya yang membelalakkan mata, pun seni budaya nusantaranya yang sangat mempesona. Itulah aset berharga yang dimiliki sebuah negeri bernama Indonesia.

Namun sungguh, aset bangsa Indonesia tak cuma itu, ada yang lebih berharga dari semuanya. Ia adalah pemudanya, para generasi bangsa. Karena pemuda adalah tonggak pembangunan dan pilar peradaban. Kepada merekalah sebuah bangsa menggantungkan harapan.

Yaitu pemuda yang bertakwa, hati dan pikirannya selalu tunduk patuh pada penciptanya. Pemuda yang melaksanakan amar makruf nahi munkar. Yang berjiwa amanah dalam menjalankan tugas sebagai pemelihara alam dan kehidupan. Baik memelihara ketahanan manusianya, maupun segala aset sumber daya alam yang telah Allah anugerahkan. Mereka adalah pemuda yang peduli terhadap kebangkitan umat. Dan berperan merealisasikan terciptanya alam yang penuh rahmat.

Jangan Lena, Berorganisasi Dengan Visi Peradaban

Betapa berharganya, sehingga para remaja dan pemuda tidak sepatutnya alay, autis dengan gadgetnya, terbius oleh kesenangan, sibuk bermedsos ria sekadar ingin mendapat like, sibuk utak-atik foto pribadi, bangga dengan fashion yang dipakainya lalu menghabiskan waktunya sekadar untuk nampang dan nongkrong. Juga khusyuk masyuk menikmati film maupun musik yang melenakan.

Sungguh sayang, jika pemuda sibuk berkelompok, tapi organisasi yang mereka ikuti tidak punya visi kebangkitan peradaban, cuma memikirkan kepentingan kelompoknya. Dan hanya sibuk dalam berbagai kegiatan struktural saja. Dengan demikian, peradaban yang pernah gemilang 13 abad lamanya tak akan pernah bangkit dan berdiri tegak dengan sibuknya pemuda dalam organisasi yang seperti itu.

Ikuti Petunjuk Allah, Jaga Sumber Daya Alam (SDA)

Dengan sibuknya pemuda dengan hal-hal yang tidak punya visi yang jelas, maka kekayaan dan kemolekan Indonesia tidak ada yang menjaga dan memelihara. Sehingga, hanya akan menjadi jarahan asing/aseng. Dan penjajah itu akan leluasa mencengkeramkan cakar-cakar mereka, seraya menina bobokan para pemuda bangsa yang malas, suka halu, juga pemudanya yang puas dan berbangga hati kala pribadinya sudah berada di zona nyaman.

Dengan demikian, maka sekaya apapun sumber daya alam sebuah negeri, masyarakatnya akan hidup berkesusahan. Dan banyak penderitaan yang dialami, baik secara fisik maupun mentalnya. Juga akan melemahkan kedaulatan negara, maupun akidah setiap generasi yang harusnya menjadi pegangan satu-satunya untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Semangat Pemuda Berlandaskan Takwa

Oleh karenanya, pemuda peradaban harus bangun, dan bangkit. Bangun dari kesadaran, dari kurangnya kepedulian, juga minimnya keimanan. Lalu, luruskan pemikirannya yang cemerlang berlandaskan akidah Islam. Kemudian songsong peradaban mulia yaitu peradaban Islam yang bersumber dari Ilahi. Teruslah mendakwahkannya seraya bertakwa kepada Allah azza wa jalla dan syariat-Nya dan ikuti bagaimana cara Rosul memperjuangkan. Yang salah satunya adalah dengan berjamaah dalam satu akidah.

Kenapa? Karena dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan pada sang pencipta, Allah azza wa jalla dan Rasulnya, maka akan Allah mampukan perjuangannya, Allah aktifkan produktivitasnya lebih dari usianya. Juga akan Allah lesatkan kreativitasnya hingga melebihi jamannya. Serta akan Allah mudahkan segala urusannya hingga tercapai kemenangan hakiki. Yakni, tegaknya peradaban Islam yang sempurna dan paripurna.

Visi Besar Untuk Peradaban Mulia

Visi tertinggi generasi masa kini adalah tegaknya peradaban Islam yang penuh kegemilangan. Di samping sudah terbukti pernah berjaya 1300 tahun lebih tanpa jeda, juga menguasai seluas 2/3 dunia. Sejarah membuktikan bahwa dimasa itu, keamanan terjamin, masyarakat hidup secara damai antar golongan yang berbeda. Semua berkecukupan sesuai keadaan dan kebutuhannya.

Juga tidak ada diskriminasi, pelecehan terhadap agama lain, tak ada pembantaian manusia, apalagi genosida. Pemudanya lebih suka belajar dan beribadah. Pendidikan maupun ilmu pengetahuan sangatlah dihargai. Tak heran, kala itu banyak bermunculan para ilmuan. Seperti Al-Zahrawi penemu ilmu bedah, Ibu Sina penemu ilmu kedokteran, Al-Khawarizmi penemu angka 0, bahkan seorang perempuan bernama Maryam al-Ijliya al-Asturlabi yang menguasai ilmu astronomi hingga menemukan GPS yang saat sekarang sangat kita butuhkan, dan masih banyak lagi. Dan mereka adalah para generasi muda.

Dengan dasar tersebut, maka remaja maupun pemuda tidak boleh bercita-cita rendah, sibuk dengan urusan yang remah-remah, sedih dengan urusan pribadi. Tapi remaja maupun pemuda harus punya visi yang besar dan jauh ke depan juga cita-cita yang mulia seraya memperjuangkannya. Jika tidak, maka akan timbul kegalauan, suntuk, bosan. Dan tidak disadari, waktunya habis dengan hal-hal yang mubah. Bahkan terjerumus dalam kegiatan yang mengandung dosa, hingga terjerembap dalam kehidupan yang hina. Jika sudah begitu, bagaimana peradaban mulia bisa bangkit?

Tentunya kebangkitan itu di tandai adanya seorang pemimpin yang menerapkan peraturan di segala aspek kehidupan, sesuai dengan yang Allah syariatkan. Pemimpin yang bersama rakyatnya mengelola kekayaan sumber daya alam secara mandiri. Menjaga bangsa dan negara agar tetap berdaulat, bermartabat hingga tercipta masyarakat yang adil makmur dan tinggi derajat. Serta pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan seluruh masyarakat. Ia adalah seorang khalifah. Sebagaimana firman-Nya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh Aku akan menjadikan di muka bumi Khalifah…” (TQS al-Baqarah : 30)

Itulah janji Allah. Dan melalui Rasulnya, Allah pun menyampaikan kabar bahwa dunia ini terbagi menjadi 5 fase. Yaitu jaman kenabian, lalu jaman khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, kemudian jaman pemerintahan yang zalim. Setelah itu, jaman kekuasaan diktator. Sekarang inikah jaman itu ? Dan fase ke lima adalah jaman kembalinya khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (dari HR. Ahmad, Abu Dawud, Al-Bazar)

Dengan janji-Nya itu, Allah tidak mungkin menjadikannya dengan sekejap seperti sulap. Maka, Allah pasti menyiapkan diantara manusia itu para pemuda, yang mau jadi pejuangnya. Nah, sebagai pemuda, pantaskan dirimu untuk dipilih Allah sebagai pengemban tugas mulia, yaitu penegak peradaban yang penuh kegemilangan, yakni peradaban Islam.

Untuk itu, siapkan dan prioritaskan waktumu, tenagamu, hartamu, dan zakatkan semua potensimu untuk peradaban Islam. Jika engkau enggan, maka tugas mulia itu, akan diambil yang lain.

Wallohua’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 78

Comment here