Surat Pembaca

Pelanggaran Syari’at Konser Coldplay

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ima Khusi

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Lagi grup band asing akan mengadakan konser di Indonesia. Kalau sebelumnya ada Blackpink grup band asal Korea sekarang ada Coldplay dari Inggris. Rencananya grup band ini akan mengadakan konser di Jakarta pada November 2023. Akan tetapi konser grup band asal Inggris tersebut ditentang keras oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212.

Alasan paling dasar dari penolakan konser grup band Coldplay ini karena sang vocalis Chris Martin dan kawan-kawannya adalah kelompok yang mendukung kampanye LGBT. Padahal LGBT ini jelas sangat bertentangan dengan agama Islam maupun agama lain juga pancasila sebagai dasar negara.

Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin pada awak media mengungkapkan agar pemerintah bertindak cepat menolak konser Coldplay sebagai wujud penjagaan keutuhan bangsa. Novel juga menambahkan kalau sampai grup band Coldplay ini menggelar konser di Indonesia, itu sama saja dengan mendukung mereka mengkampanyekan LGBT dan atheis. Sungguh ini sangat bertentangan dengan nilai agama dan pancasila, padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah umat muslim.

Namun, apabila pihak penyelenggara dan panitia tetap nekad mengadakan konser ini maka Alumni 212 mengancam akan menggelar aksi besar-besaran dan akan memblokir tempat acara bahkan akan mengepung bandara. Jadi alangkah lebih baiknya jika konser Coldplay ini tidak dilanjutkan dan ditolak di Indonesia. (Beritasatu.com, 13/5/2023)

Sepantasnya Ditolak

Sebenarnya terlepas dari adanya pertentangan ataupun ancaman dari alumni 212, pada dasarnya negara memang sudah seharusnya tidak mengizinkan konser grup band Coldplay atau band manapun digelar di negeri ini. Apalagi sudah sangat jelas kalau band Coldplay ini adalah pendukung LGBT, pastinya mereka datang tidak hanya untuk konser musik tapi untuk mengkampanyekan liberalisme, hedonisme, dan hak-hak kaum pelangi yang sangat dilaknat Allah ini.

Belum lagi dengan adanya konser ini jelas sekali kesenjangan ekonomi yang terjadi antara si kaya dan si miskin. Lihat saja dari harga tiket yang dijual tembus Rp800 ribu sampai Rp11 juta, bagi yang mampu mungkin nominal ini bukanlah apa-apa tapi bagi rakyat jelata ini sebuah nominal yang sangat fantastis.

Sejatinya negara harusnya menjadi perisai dan penjaga paling utama dalam mencegah masuknya budaya-budaya asing, seperti liberalisme, hedonisme, bahkan LGBT, yang masuk dan dibawa oleh para pengusung dan pendukungnya melalui konser-konser musik dari grup semisal Coldplay ini atau dalam bentuk yang lain. Jadi Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim, memang sudah seharusnya bersikap tegas menolak konser band Coldplay ini, jangan karena sedikit manfaat dan keuntungan malah mengorbankan masa depan generasi muda bangsa dengan kerusakan yang besar yang bahkan bisa mengundang murka Allah.

Mirisnya penolakan dari PA 212 bisa jadi hanya dianggap angin lalu atau bahkan tak dianggap oleh pemangku kebijakan, karena asas yang dipakai negeri ini adalah asas manfaat. Agama jelas tidak akan pernah jadi bahan pertimbangan ataupun dasar dalam pengambilan keputusan.

Menurut mereka adanya konser ini sudah bisa dipastikan berapa uang yang akan masuk ke kantong penyelenggara. Apalagi negara menganggap dengan adanya konser ini akan memberikan dampak ekonomi terutama bagi UMKM. Padahal itu sangat mustahil, karena pihak yang sangat diuntungkan dalam konser ini adalah para pengusaha besar terutama perbankan, hotel dan transportasi. Kalaupun ada pelaku UMKM yang diuntungkan itu ibarat tetesan air di lautan luas.

Bagaimana Seharusnya?

Perlu diketahui, sejatinya adanya konser musik dan semacamnya yang jelas-jelas mengandur unsur ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan) dalam Islam jelas sangat diharamkan. Apalagi konser Coldplay ini jelas ada maksud terselubungnya yaitu mengkampanyekan LGBT, jelas ini sangat bertentangan sekali dengan Islam. Negara harusnya menolak dengan tegas konser Coldplay ini ataupun acara-acara sejenisnya. Karena sudah pasti hanya ada kemaksiatan di dalamnya.

Namun, di tengah kepungan Liberalisme dan pluralisme jelas semua ini akan sangat mustahil dilakukan. Sistem negara yang menganut sekularisme kapitalisme akan senantiasa melanggengkan kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur kesenangan, maksiat, melanggar syariat, dengan dalih mendatangkan manfaat. Padahal kerusakan dan kemudaratannya jelas akan merusak masa depan generasi muda bangsa.

Jadi, umat harus secepatnya sadar bahwa konser Coldplay dan yang sejenisnya adalah budaya yang sengaja dibawa oleh musuh-musuh Islam untuk mengalihkan mereka dari pemikiran Islam dan mengikis akidah mereka. Sehingga tanpa sadar mereka telah meninggalkan Islam.

Sudah saatnya umat Islam bangkit dan kembali pada aturan Islam, karena hanya dengan sistem Islam semua hal yang mendatangkan kerusakan dan yang mengalihkan pemikiran umat dari Islam akan bisa dihentikan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 76

Comment here