Opini

Ngaji itu Kewajiban

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com,– Penyebab stunting bukan gara-gara ibu-ibu yang rajin pengajian dan melalaikan gizi anak, tetapi penyebab stunting adalah abainya negara terhadap kesejahteraan umat yang membuat para Ibu kesusahan memenuhi nutrisi yang lengkap untuk anak karena mahalnya bahan-bahan pokok untuk memenuhi gizi yang kurang.

Dikutip dari pikiran-rakyat.com, pidato Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana’ di Jakarta Selatan, pada Kamis lalu menuai sorotan publik. Beberapa pernyataan Presiden kelima saat menjadi keynote speaker di acara tersebut viral di media sosial dan banyak dikomentari netizen.

Dia menyentil budaya ibu-ibu Indonesia yang cenderung sering menghadiri pengajian.

“Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho,” katanya.

Pertanyaan itu muncul seiring kekhawatiran Megawati akan naiknya angka stunting yang dialami anak-anak Indonesia beberapa waktu ke belakang. Putri Proklamator ini menuturkan bila dirinya tidak bermaksud untuk melarang ibu-ibu ikut kegiatan religi.

Akan tetapi, dia mengimbau agar orangtua fokus pada tumbuh kembang anaknya. Alih-alih sering meninggalkan rumah, Megawati meminta ibu-ibu lebih memperhatikan asupan gizi untuk tumbuh kembang si buah hati.

“Ini pengajian iki sampai kapan tho yo? Anake arep dikapake (anaknya mau diapakan), he, iya dong. Boleh bukan ga berarti boleh, saya pernah pengajian kok,” katanya.

Dia juga mengintruksikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) | Gusti Ayu Bintang Darmawati alias Bintang Puspayoga dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini untuk turut memikirkan solusi masalah stunting dengan membuat tadbir terkait manajemen rumah tangga.

“Maksud saya nanti Bu Risma saya suruh, hah, nanti Bu Bintang saya suruh, tolong bikin manajemen, manajemen rumah tangga,” katanya.
Pikiran-rakyat.com, Minggu 19 Februari 2023

Pertanyaan Putri Proklamator yang mengaitkan stunting dengan seringnya ibu-ibu pergi ke pengajian sebenarnya tidak ada hubungannya. Pertanyaan tersebut seolah-olah memberikan sindiran bahwa para ibu lebih mementingkan pengajian daripada anak dan rumah tangganya.

Padahal faktor utama penyebab tidak terpenuhinya gizi anak adalah mahalnya harga bahan-bahan pangan untuk melengkapi nutrisi anak. Para kapitalis telah meninggikan harga kebutuhan rakyat untuk kepentingan individu tanpa melihat bagaimana susahnya rakyat menghadapi situasi itu.

Para pemilik modal di sistem kapitalisme ini senantiasa mengutamakan keuntungan mereka dan mengabaikan fakta bahwa rakyat memerlukan bahan pangan pokok, layanan kesehatan yang tepat dan tempat tinggal yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Banyak sekali umat yang membutuhkan asupan nutrisi sehat untuk terpenuhinya gizi mereka dan untuk kesehatan mereka, tetapi para kapitalis justru menjual kebutuhan pokok umat dengan harga tinggi tanpa memberikan kesempatan bekerja yang layak bagi umat.

Jadi, tidak ada kaitannya antara ibu-ibu pengajian dengan maraknya stunting pada anak.

Disadari atau tidak, menyinggung permasalahan stunting dengan ibu-ibu pengajian telah menunjukkan bahwa islamofobia sudah ada dalam diri umat yang tidak menghubungkan antara agama dengan kehidupan.

Menganggap bahwa segala aspek kehidupan tidak berkaitan dengan agama dan hidup hanya diatur oleh diri sendiri atau menilai pandangan manusia, bukan bagaimana penilaian Allah. Sehingga pengajian pun malah dianggap budaya dan membuang-buang waktu.

Padahal justru ibu-ibu ikut pengajian karena mereka ingin mengisi waktu luang mereka atau bahkan memenuhi jadwal harian mereka dengan mengaji, setelah membereskan urusan rumah tangga, pun dengan anaknya, para ibu justru tidak membiarkan anaknya begitu saja. Tetapi, anak-anaknya dibawa pengajian supaya menjadi maqlumat (informasi) bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah kesalahan dan supaya menjadi gambaran bahwa anak-anak harus menjadi generasi yang bermanfaat, berakhlak baik dan yang paling penting adalah supaya anak-anak bisa menjadi generasi yang ta’at pada Allah dan tidak terjerumus kedalam banyaknya peluang maksiat.

Mengikuti pengajian bukan hanya mencari ilmu akhirat, tapi juga membekali diri dengan menambah ilmu kehidupan agar bisa bersikap ketika mengalami problematika kehidupan. Mencari solusi dari Islam bagaimana mengatasi problem-problem yang ada.

Karena jika tanpa ilmu, masalah sekecil apapun tidak akan terselesaikan, apalagi masalah yang besar.

Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Karena, orang yang mencari ilmu diangkat derajatnya oleh Allah SWT. sebagimana firman nya dalam Q.S Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya,

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah:11).

Menyinggung ibu-ibu ikut pengajian justru itu sama sekali tidak relevan, karena dengan mengaji justru para ibu menjadi tahu bagaimana mereka mengurus rumah tangga dan anak dengan baik juga bisa me manajemen waktunya antara urusan dirumah dengan mengikuti pengajian.

Pertanyaannya adalah, kenapa harus menyinggung ibu-ibu pengajian? Kenapa bukan ibu-ibu yang sibuk bekerja diluar yang menghabiskan waktu dan memadatkan jadwal keseharian mereka hingga tidak mempunyai waktu untuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya?

Jadi, sangat terlalu jauh jika menyentil ibu-ibu pengajian menjadi penyebab tingginya angka stunting pada anak.

Itulah mengapa mengkaji Islam sangat penting, karena ilmu akademis saja tidak cukup untuk menyelesaikan problem-problem yang ada.

So, mari kita lebih semangat mengkaji Islam, baik itu kalangan orang tua, dewasa maupun anak muda untuk lebih memperdalam ilmu agama supaya dapat menjadi bekal bagi diri.

Kaji Islam secara utuh dan jangan setengah-setengah.

Wallahualam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 37

Comment here