Opini

Naiknya Harga Pangan, Bukti Negara Gagal Menjamin Harga Murah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Nabilah (Penggerak Majelis Taklim Muslimah Cerdas)

wacana-edukasi.com, OPINI-– Sedih dan miris melihat kondisi rakyat hari ini, harga pangan yang semula sudah mahal, kini harganya makin hari justru semakin melambung tinggi, seperti harga cabai, telur, beras, hingga gula. Diberitakan sebelumnya dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), pihaknya telah mencatat banyak bahan pangan yang mengalami kenaikan beberapa waktu belakangan ini. Padahal, menurut Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan biasanya harga pangan mulai naik ketika permintaan melonjak seperti pada momen Natal dan Tahun baru (Nataru).

Reynaldi mengaku heran terkait kenaikan harga pangan yang terjadi jauh hari sebelum Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Pasalnya ia mencatat harga cabai hingga gula masih terus mengalami kenaikan.

“Kalau bicara tren, tren ini sebenarnya belum cukup terlihat permintaan yang tinggi. Kecuali satu minggu memasuki natal dan tahun baru, ini kan permintaan akan 2 kali lipat, tapi di November ini kenapa beberapa komoditas ini mengalami kenaikan,” ujar Reynaldi kepada Liputan6.com, Jumat (24/11/2023).

Reynaldi juga menerangkan dalam beberapa bulan terakhir, harga komoditas pangan terus merangsek naik. Diantaranya, beras kualitas medium masih dijual Rp 13.000 per kilogram (kg) padahal harga eceran tertinggi (HET) beras medium dipatok Rp 10.900 per kg. Lalu, ada bawang merah yang masih bertengger di angka Rp 35.000 per kg.

“Kemudian cabai-cabaian juga mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya ini di atas 100 persen, cabai merah keriting sudah diangka Rp 88.500 per kilo, yang cabai besar Rp 82.000 (per kg), rawit merah ini yang cukup pedas, dikisaran Rp 110.000 per kilo,” paparnya.

Dari berita ini disampaikan, kita bisa merasakan betapa pedihnya hati rakyat yang setiap hari berjibaku memenuhi kebutuhan hidupnya, diakibatkan harga bahan-bahan pangan yang kian mahal. Kondisi ini membuktikan bahwa Negara telah gagal dalam menjamin kebutuhan pangan rakyat. Padahal Negara harusnya berupaya optimal melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga meskipun dirundung berbagai persoalan yang ada.

Jika kita menilik sebelumnya, fenomena El Nino juga telah memicu berbagai dampak pada ketersediaan dan harga pangan global yang paling popular, diantaranya adalah harga beras, jagung dan gula. Dengan musim kekeringan El Nino yang diprediksi masih akan bertahan hingga Februari 2024, dimana dengan adanya kemarau panjang dapat menjadikan produktivitas tidak optimal dan akhirnya stock menurun.

Namun seharusnya itu bukanlah menjadi kendala besar. Karena bisa jadi satu daerah atau wilayah lain berbeda kondisinya dan masih bisa memasok dari daerah lain. Sayangnya kita disuruh pasrah merima fenomena El Nino ini, dan Pemerintah pun tak kunjung mencari solusi yang tepat dalam mengatasi harga-harga yang kian merangkak naik dan tidak stabil saat ini.

Padahal jika kita lihat kondisi Negeri Indonesia, Indonesia adalah Negeri nan kaya raya sumber daya alamnya. Mulai dari tanah yang subur, laut yang luas, hingga hasil buminya yang kesemuanya itu sangat melimpah ruah. Namun sungguh menyedihkan nasib rakyatnya. Hidup serba kekurangan ekonomi, gizi buruk, bahkan kelaparan pun banyak terjadi, akibat mahalnya harga pangan. Dimana penghasilan sehari-hari seorang kepala keluarga tak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Inilah akibat penerapan sistem kapitalis yang dianut Negeri ini, sistem kapitalistik-neoliberal menjadikan peran Negara hanya sebagai regulator, bukan sebagai pelayan umat, dan untuk pengurusannya diserahkan dan dikelola oleh pihak swasta. Maka dari kerjasama dengan pihak swasta inilah keuntungan akan diperoleh oleh para pengusaha (kapital). Sistem ini juga melahirkan para mafia pangan, yang mana nantinya merekalah yang akan menguasai pengelolaan pangan dari hulu hingga ke hilir.

Maka untuk menjaga stabilitas harga pangan murah dan mudah dijangkau oleh rakyat, harus ada upaya yang dilakukan oleh Negara. Yaitu dengan mengembalikan ahli fungsi Negara seperti di sistem Islam. Negara dalam sistem Islam (Khilafah) bukan sebagai regulator seperti di sistem kapitalis, tetapi sebagai ra’in (penanggung jawab) dan pelindung bagi rakyatnya. Seperti sabda Rasulullah SAW : “Imam adalah ra’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya”.(HR.Muslim)

Dari hadis di atas, menjelaskan bahwa pemimpin negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab dan menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya, terutama kebutuhan pangan. Begitu pula seorang pemimpin, wajib melindungi rakyatnya dari mata rantai mafia pangan (koorporasi) yang menguasainya.

Tentu kondisi ini harus dipahami oleh kaum muslim, bahwa sistem kapitalis hanya memberikan penderitaan yang tiada henti. Dan sungguh berbeda dengan sistem Islam yang Negaranya bertugas menjaga stabilitas harga, mekanisme dan tata kelola pendistribusian bahan pangan.

Sistem Islam didasari atas aqidah Islam, yaitu sistem yang memberikan keadilan pada rakyatnya. Seperti dalam hal pengelolaan lahan (tanah) dan menjamin produksi pertanian dalam Negeri agar berkembang dan hasilnya dapat dinikmati oleh rakyat secara merata.Bilamana didapati pelaku-pelaku kecurangan, seperti praktik riba, penimbunan atau kartel, Negara akan bertindak dan memberikan sanksi yang tegas.

Inilah beberapa mekanisme yang akan diambil Negara Islam untuk menjaga kestabilan harga pangan. Oleh karenanya hanya sistem Islam yang dapat menjadikan rakyat hidup sejahtera dan mampu mencukupi kebutuhannya, karena harga pangan tidak akan sering mengalami kenaikan dan segala kebutuhan rakyat akan dijamin oleh Negara. Wallahu a’lam bis-showab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here