Opini

Modus Penipuan via WhatsApp Makin Marak

blank
Bagikan di media sosialmu


Oleh: Eki Efrilia

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Kejahatan penipuan melalui Whatsapp makin marak terjadi di negeri ini. Para pelaku menjalankan aksinya dengan mengirim file apk (android package kit) ke nomor Whatsapp calon korban berupa tampilan foto paket, tagihan, pengumuman bank, undangan pernikahan dan kejahatan mereka yang terbaru adalah dengan memanfaatkan momentum pemilu yaitu dengan modus mengirim file apk berupa pemberitahuan tempat pemungutan suara (TPS).

Pelaku yang melakukan aksinya tersebut berharap si calon korban yang tidak waspada akan  mengklik file apk yang ia kirim dan mengunduhnya, sehingga data pribadinya akan ‘jatuh’ ke si pelaku sehingga ia bisa membobol rekening bank si korban.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan meminta masyarakat apabila mendapatkan kiriman Whatsapp seperti di atas untuk tidak mempedulikannya dengan tidak mendownload apk tersebut karena kalau kita download maka file tersebut akan menjembatani malware atau program jahat sehingga si pelaku bisa mengakses ‘isi’ handphone si korban dan mendapatkan informasi yang ia butuhkan dan kebanyakan adalah untuk menguras isi rekening atau dompet digital si korban. [CNBC Indonesia, 21 Januari 2024]

Korban dari kejahatan penipuan via Whatsapp ini sudah begitu banyak, salah satunya adalah seorang warga Palembang berusia 58 tahun yang menderita kerugian hingga 2,3 miliar rupiah akibat menjadi korban modus apk surat tilang. Pelakunya sudah diamankan Kepolisian Daerah Sumatera Selatan berisial ES (23 tahun). [bisnis.com, 28 September 2023]

Dikutip dari Generali.co.id, penipuan online sudah sangat marak dan bentuknya sudah sangat banyak seperti scam, phishing, account take over, share login info, share card info, ID theft, carding dan social engineering.

Dari laman KOMINFO (Kementerian Komunikasi dan Informatika) disampaikan bahwa terdapat laporan 958 kasus penyalahgunaan telepon dan SMS untuk penipuan online sepanjang Agustus-November 2023. Tentu saja hal ini sangat meresahkan, karena sudah menjadi rahasia umum, setiap kasus yang terjadi di dunia seperti fenomena gunung es, jumlah yang melapor dengan yang tidak melaporkan kasusnya, lebih banyak yang tidak melaporkan kasusnya. Berarti jumlah kasus yang sebetulnya terjadi adalah jauh lebih banyak dari hanya 958 kasus yang dicatat KOMINFO.

Juga catatan dari Katadata.co.id berdasarkan laporan KOMINFO dimana ada konten penipuan sejumlah 1.730 yang mengakibatkan kerugian 18,7 triliun rupiah sepanjang Agustus 2018-Februari 2023.

Jumlah kasus dan kerugian di atas tentu saja bukan hal yang main-main dan perlu upaya keras untuk memberantasnya.

Sayangnya penyelesaian atas permasalahan ini seperti melambat dengan masih maraknya kejahatan tersebut dan masih banyaknya korban penipuan ini dari tahun ke tahun.  Ini menunjukkan kurang adanya keseriusan pada kinerja aparat dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut. Ketidakseriusan ini juga sangat nampak pada adanya “hanya” himbauan kepada masyarakat agar terhindar dari kejahatan ini, yang tentu saja hal ini tidak menyentuh akar masalah. Akar masalah sebenarnya adalah asal muasal kenapa bisa terjadi kejahatan ini dan upaya untuk pemberantasannya sampai ke akar sehingga tidak akan terjadi lagi kasus baru satupun.

Kinerja aparat yang kurang serius ini adalah ciri khas dari manusia-manusia bermental lemah yang dihasilkan oleh Kapitalisme (Sistem yang mengutamakan keuntungan materi di atas segalanya). Sistem menonjolkan asas manfaat ini mencetak generasi yang akan menopang berjalannya sistem kapitalis yang sangat jauh dari nilai-nilai agama dan moral yang luhur. Agama di negeri ini dikerdilkan sebatas wilayah spiritual saja. Contoh nyatanya adalah pembatasan mata pelajaran agama. Mereka akan memilih ‘diam’ terhadap kemaksiatan yang terjadi apabila itu akan memberikan keuntungan materi baginya dan mereka akan bergerak giat apabila yang akan mereka lakukan itu menjanjikan keuntungan materi.

Berbeda jauh antara generasi yang dihasilkan sistem Kapitalis dengan generasi yang dilahirkan dari sistem Islam.

Dalam Sistem Islam, generasi akan ditempa menjadi seorang pembelajar. Mereka akan gigih menguasai ilmu yang kesemuanya ditujukan untuk kemaslahatan bagi Islam dan dunia. Terbukti dengan banyaknya ilmuwan Islam yang berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kehidupan dunia.

Selain sebagai pembelajar, generasi muslim akan diarahkan sebagai seorang pejuang dan pelopor perubahan sosial. Contohnya seperti Mush’ab bin Umair yang masih sangat muda saat menjadi duta Islam dan juru dakwah yang diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk mengislamkan Madinah. Dengan kecakapan beliau, dalam waktu setahun 75 orang pemuka Madinah berbaiat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, yang kemudian disusul dengan berdirinya Daulah Islam di wilayah tersebut.

Setelah menjadi pembelajar dan pelopor, generasi muslim juga ditempa menjadi seorang mujahid yang akan menjadi pembela Islam terdepan, yang tidak gentar terhadap apapun kecuali ia berharap terhadap ridho Allah semata. Contohnya adalah Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang  yang membela Agama Allah dalam usia yang masih sangat belia.

Sistem Islam akan menghasilkan generasi tangguh, yang tidak mudah dijerumuskan kepada hal-hal yang berbau kemaksiatan, seperti berbuat bohong (penipuan) yang sangat marak terjadi saat ini. Generasi muslim yang tangguh akan sangat risau apabila terjadi kemaksiatan di depan matanya, apalagi yang telah menjadi urusannya untuk diselesaikan. Pemuda Islam dengan pemikiran Islamnya yang lurus akan melaksanakan amanah yang diembannya  sebaik mungkin, termasuk juga amanah untuk memberantas segala bentuk kejahatan.

Dari Abu Wail dari Abdullah ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda:
“Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong. Dan hendaklah kalian jujur, sebab jujur menggiring kepada kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga. Dan sungguh, jika seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai orang yang jujur.”

Kesemuanya itu hanya bisa diwujudkan apabila Islam ditegakkan secara kaffah di bumi ini. Bumi ini beserta seluruh alam adalah milik Allah, karena itulah aturan yang dipakai untuk mengatur kehidupan manusia yang hidup di dalamnya adalah aturan Allah Azza wa Jalla dan bukan aturan lainnya.

Agar kemaksiatan lenyap berganti dengan kemslahatan umat, maka tugas kaum muslimin saat ini adalah mewujudkan keberadaan seorang pemimpin yang diridhoi Allah yaitu seorang Khalifah, dimana beliau akan menjadi seorang Raiin atau penggembala bagi umat seluruh dunia, yang akan memecahkan solusi bagi keterpurukan manusia yang terjadi saat ini.

«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.”
[HR. Bukhari dan Muslim]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 12

Comment here