Opini

Meretas Jalan Keadilan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Fina Fatwa Sari

Ku lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati.
Air matanya berlinang, emas intannya terkenang.

Tak terkira raut kesedihan hingga tangisan seorang ibu dan istri. Tak kala mendapati kabar kematian sang permata hatinya diterjang peluru panas.

Hati siapa yang tak akan sedih bahkan menangis, tat kala anak yang telah susah payah dikandung dan dibesarkannya pergi untuk selamanya.

Istri siapa yang tak akan berlinang air mata, sang sosok tulang punggung direnggut nyawanya begitu saja tanpa ampun. Tak terukir deritanya, hingga hanya iman yang mampu membendungnya.

Berita mengejutkan pada hari Senin, tanggal 7 desember 2020, dini hari. Enam anggota FPI tewas dalam peristiwa yang terjadi di Tol Jakarta- Cikampek. Menurut pihak kepolisian, peristiwa tersebut dipicu lantaran pengawal HRS (Habib Rizieq Shihab) telah melakukan penyerangan sehingga diberi tindakan tegas terukur.

Namun, pihak dari Front pembela Islam (FPI), memberi keterangan berbeda mengenai bentrok yang terjadi. Hal itu diungkap secara resmi oleh ketua umum FPI pada Senin (7/12/2020).

Saat negeri ini diterpa berbagai masalah yang tak kunjung usai. Kita dikejutkan dengan berita yang mengenaskan. Mereka adalah pemuda harapan Agama dan bangsa. Generasi yang harus dijaga dan dilindungi karena dalam Agama nyawa seorang Muslim sangatlah berharga dibanding dunia dan isinya.

Sepatutnya setiap individu ataupun golongan yang dianggap melakukan tindakan atau kesalahan haruslah diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Tanpa adanya perlakuan di luar batas kewenangan dan kemanusiaan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Namun, bagaimana dan dimana tidak ada manusia yang mampu memprediksinya. Artinya, ketika batas usia seseorang telah sampai pada ketetapan Allah SWT., saat itulah ia meninggal tanpa dapat ditangguhkan walau sekejap. Karena, kematian adalah datangnya ajal dari Allah SWT. Dalam surah Ali-Imran ayat 145, Allah swt menegaskan:

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”.

Setiap manusia memiliki takdir masing-masing yang telah tertulis dalam lauhul Mahfudz, semua yang menimpa manusia baik atau pun buruk adalah izin Allah SWT., tapi belum tentu itu di ridhai. Jika, sesuatu yang kita lakukan tidak sesuai dengan perintah-Nya dan berakibat buruk bagi orang lain.

Umat Muslim adalah saudara

Dalam Surah Al-Hujurat Ayat 10, Allah berfirman:

“Sesungguhnya kaum Mukminin itu bersaudara”.

Setiap Muslim itu bersaudara, saudara seiman. Tidak layak di zalimi tanpa alasan yang dibenarkan hukum syara’ (hukum Allah).

Hal serupa disampaikan oleh Baginda Rasulullah Saw., dalam khutbah terakhirnya di Masjid Khaif, Mina.

“Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara, tidak boleh ditumpahkan darahnya. Tuhan kalian satu. Bapak kalian semuanya Adam dan Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa. Tidak ada kelebihan orang Arab di atas bukan Arab kecuali karena takwanya”.

Betapa berharganya nyawa seorang muslim dalam Syariat-Nya. Tak ada orang yang layak direndahkan. Apalagi dizalimi hanya karena suatu kesalahan tidak jelas dan pasti yang dibenarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Tuhan kita sama, jasad kitapun sama. Hanya ketakwaan yang kelak membedakan kemuliaan manusia di sisi-Nya.

Sanksi dalam Islam

Terkait dengan tindakan zalim hingga melayangkan nyawa orang lain. Dalam Surah Al-Maidah Ayat 32, Allah berfirman:

“Bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia”.

Betapa Allah SWT, mengingatkan manusia agar tidak berbuat zalim sampai membunuh orang yang tidak layak untuk dibunuh karena sesungguhnya, membunuh seorang itu adalah seperti membunuh manusia seluruhnya, karena seorang itu adalah anggota masyarakat dan membunuhnya berarti juga membunuh keturunannya.

Allah swt memberi ancaman kepada orang yang melakukan tindakan zalim berupa Neraka kepada pelakunya. Sesuai firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 93:

“Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya ialah Neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepada dia, mengutuk dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar”.

Sungguh berat balasan yang ditimpakan Allah swt kepada orang yang sengaja membunuh orang lain, apalagi jika yang dibunuhnya saudara seiman sendiri.

Allah memberikan kepada manusia dua hal berbeda dari makhluk yang lain. Yakni, akal dan hati nurani. Bila digunakan dengan baik maka baiklah semuanya tapi, jika tidak maka yang terjadi adalah sebaliknya.

Islam solusi terbaik

Adalah fitrah manusia menyukai keadilan dan benci kezaliman. Manusia akan berpihak pada pelaku keadilan dan bersimpati pada orang yang dizalimi. Mewujudkan keadilan adalah misi dalam Islam. Islam memberi panduan dan petunjuk serta sistem untuk mewujudkan keadilan itu di tengah-tengah manusia.

Allah swt adalah zat yang Mahaadil, karena itu standar keadilan hakiki haruslah ketentuan dari Allah swt. Itulah syariat Islam yang Allah swt turunkan kepada manusia. Dalam surah Al-Maidah, Allah swt berfirman:

“Siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut Wahyu yang telah Allah turunkan, mereka itulah kaum yang zalim”.

Dengan demikian setiap manusia wajib berpegang pada syariat-Nya dalam memutuskan suatu perkara dan persengketaan. Sebab hukum Allah SWT adalah hukum yang paling baik.

Namun, penerapan hukum saat ini berpijak pada hukum buatan manusia. Yang dibuat berdasarkan logika dan hawa nafsu semata sehingga wajar keadilan sangat mustahil terwujud. Hukum hanyalah dijadikan untuk menindas golongan tertentu tanpa melihat realita yang sebenarnya. Keadilan berlaku hanya pada golongan tertentu. Firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat 50:

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi kaum yang yakin?”.

Keadilan dalam memutuskan perkara apapun hanya akan terwujud saat syariat Islam ditegakkan. Karena Syariat-Nya lah yang berhak untuk dijalankan. Sebab membuat hukum hanyalah hak Allah semata. Tidak akan mungkin yang diciptakan lebih tahu dari Pencipta-Nya. Karena, hakekatnya keadilan hanya akan terwujud bila kita taat Syariat.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here