Surat Pembaca

Menyoal Karyawan Playing Victim

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Beberapa waktu lalu viral seorang karyawan mengundurkan diri karena lelah sering overthinking (berpikir berlebih). Dia merasa rekan kerja dan lingkungannya toxic (negatif). Ternyata faktanya si karyawan ini yang playing victim. Bukan lingkungannya yang toxic, tapi dia yang toxic.
 
Playing Victim adalah kondisi di mana ada pihak yang menyalahkan pihak lain atas terjadinya sesuatu. Di mana seakan dialah yang korban yang paling menderita. Padahal faktanya tidak demikian. Justru dia menjadi orang yang selalu lari dari kenyataan dengan menyalahkan pihak lain. Ternyata fenomena ini banyak dilakukan pengguna media sosial. Mengapa bisa demikian?
 
Playing victim ini ternyata karena orang ingin mendapatkan perhatian dan ingin dikasihani. Dengan mendapatkan perhatian, itu menjadi kepuasan tersendiri. Ini berakar dari paradigma sekuler kapitalisme , yang memandang hidup adalah untuk mengejar kepuasan dan kesenangan saja; dengan menghalalkan segala cara. Seperti dengan cara berbohong, membuat-buat cerita sedih, seakan dia yang paling menderita dan menjadi.  Sehingga dia dikasihani. Sangat remeh sekali tujuan hidupnya.
 
Terkadang yang caper (cari perhatian) adalah teman dekat kita. Dan ini akan membuat kita lelah mental. Solusi praktis adalah  tidak berteman dengan orang ini lagi, menjauhi lingkungan toxic agar mental kita terjaga. Tapi apakah masalah selesai? Tenyata tidak. Karena tipikal orang seperti ini banyak di sistem sekuler saat ini. Karena sekuler kapitalisme telah melahirkan orang-orang individualis yang minim empati. Sehingga untuk menarik empati, orang harus playing victim dulu.
 
Sekuler kapitalisme juga membuat orang semakin jauh dari Islam, karena memisahkan agama dari kehidupan sehingga iman melemah. Semakin jauh dari berkepribadian Islam yang pola pikir  dan pola sikapnya Islami. Karena sejak kecil dididik di bangku sekolah bahwa Islam sebatas agama ritual.
 
Sedang tujuan hidup dalam Islam sangatlah berbeda. Tujuan hidup dalam Islam adalah untuk ibadah. Sesuai dengan firmanNya :
“Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu”  (Az-Zariyat 56).
Sehingga berbohong itu perbuatan dosa. Caper alias cari perhatian bukanlah tujuan hidup seorang muslim karena tidak mendatangkan pahala. Hanya pertolongan Allah lah yang bisa menolong kita.
 
Dalam Islam juga kita diperintahkan untuk peduli kepada sesama. Tidak ada ruang individualis dalam masyarakat Islam. Saling empati dan perhatian, juga saling mengingatkan  tentang Islam. Karena masyarakat Islami adalah yang berkembang kebiasaan berdakwah kepada sesama, mengingatkan tentang Islam (amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak ke Islam dan mencegah kemaksiatan). Menyebarkan dakwah bahwa tujuan hidup adalah ibadah, bukan playing victim. Jika ada orang yang playing victim, tentu harus merangkulnya, berempati, dan memberinya solusi yang Islami.
 
Agar tidak banyak orang yang playing victim, maka harus mencetak sebanyak mungkin orang yang berkepribadian Islam. Ini tidak bisa tidak, haruslah mengadakan sebuah kurikulum pendidikan berdasarkan akidah Islam. Agar setiap muslim mempunyai kepribadian Islam, di mana pola pikir san pola sikapnya selaras, sama-sama Islaminya. Dan hanya Khilafah yang bisa mewujudkannya. Sehingga playing victim akan bisa dilenyapkan secara  sistemik.
 
Maka sebagai langkah awal, kita harus mengkaji Islam secara menyeluruh alias secara kafah. Setelah itu mendakwahkan Islam kafah bersama sebuah jamaah Islam ideologis, menyiapkan umat Islam agar bisa bersama-sama memperjuangkan tegaknya Islam kafah dalam naungan Khilafah. Agar hidup menjadi berkah, bebas playing victim. Wallahu’alam Bisawab.

Irawati Tri Kurnia

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 9

Comment here