Opini

Marak Pembuangan Bayi, Akibat Jauh dari Aturan Ilahi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Miftahul Jannah
(Mahasiswi Peduli Generasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Ketua KPAI Arist Merdeka Sirait mengatakan, bahwa penyebab maraknya kasus pembuangan bayi dikarenakan banyaknya generasi muda yang hamil diluar nikah dengan bermacam alasan, seperti hubungan pacaran yang tidak direstui keluarga, lalu mereka mengaku belum siap menjadi orangtua dengan segala kerumitannya sehingga tega melakukan kejahatan tersebut.

Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak Banten, terdapat 20 kasus pembuangan bayi yang terjadi di beberapa wilayah di Banten. Pada saat ditemukan, 11 bayi diantaranya berada dalam kondisi tidak bernyawa. Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Banten Hendry Gunawan, ibu dari bayi yang dibuang biasanya masih di bawah umur. Lemahnya pengawasan orangtua, pergaulan bebas dan hubungan di luar nikah menjadi alasan terlahirnya bayi yang tak direncanakan tersebut (Kompas, 11/12/2022).

Seperti kasus yang berhasil diungkap oleh Polres Lampung Timur, pembuangan bayi yang terjadi merupakan hasil hubungan gelap mahasiswa dan mahasiswi asal Mesuji, Lampung. Bayi berjenis laki-laki tersebut ditemukan warga di dusun 001 RW 001 desa Gantiwarno, Lamtim pada pukul 18.15 WIB di depan warung milik warga (Lampungpro.co, 03/04/2023).

Inilah potret buram remaja dan pemuda saat ini. Pergaulan bebas menjadikan hidup mereka, berbuat nekat untuk menutupi rasa malu. Kondisi ini terjadi sebab ada beberapa faktor mereka bergaul bebas, sampai kebablasan. Mereka dipahamkan dengan gaya hidup modern dan dicekoki gaya hidup pergaulan bebas. Interaksi laki laki dan perempuan tanpa batas bahkan dianggap pergaulan modern dan kekinian. Berawal kenalan, chattingan dilanjutkan jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, sampai akhirnya melakukan perzinahan.

Sementara kondisi masyarakat yang tidak peduli dengan apa yang dilakukan para remaja. Pacaran, berduaan dengan lawan jenis dianggap sesuatu yang biasa dan lumrah. Bahkan ada sebagian orang tua yang sedih ketika anaknya menginjak usia dewasa belum punya pacar. Wajar jika budaya pacaran menjamur. Bahkan sampai kebablasan.

Kondisi ini diperparah dengan pera negara yang abai untuk memberikan edukasi terkait pergaulan bebas. Pesatnya teknologi, tidak dibarengi dengan ketakwaan individu menjadikan tontonan jadi tuntunan. Padahal tidak semua tontonan itu membuahkan kebaikan bahkan menghasilkan kemudaratan.

Bisnis yang berbau pornografi turut menjadi andil, mencetak generasi memperturutkan hawa nafsunya. Bahkan konten konten pornografi mudah diakses oleh siapapun. Inilah kondisi negeri dalam cengkraman kapitalisme, bebas berperilaku yang penting mendatangkan manfaat. Sebagaimana bisnis yang berbau pornografi hanya bertujuan untuk meraih keuntungan, tidak berfikir dampak yang akan ditimbulkan.

Hal ini berbeda dengan pandangan Islam. Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh tatanan kehidupan.
Islam mengatur tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan di tempat umum.
Berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram sangat dilarang dalam aturan Islam. Ketika berada tempat umum perempuan harus menutup auratnya secara sempurna. Dengan demikian kehormatan perempuan akan terjaga. Tidak seperti dalam sistem sekuler, pria dan wanita bebas berduaan. Maka jika dibiarkan malapetaka akan terjadi akibat mereka berlaku bebas.

Sebagaimana diingatkan oleh Imam Ibnul Qayyim, “Tidak diragukan lagi bahwa membiarkan kaum perempuan bergaul bebas dengan kaum laki-laki adalah biang segala bencana dan kerusakan, bahkan ini termasuk penyebab (utama) terjadinya berbagai malapetaka yang merata. Sebagaimana ini juga termasuk penyebab (timbulnya) kerusakan dalam semua perkara yang umum maupun khusus. Pergaulan bebas merupakan sebab berkembang pesatnya perbuatan keji dan zina, yang ini termasuk sebab kebinasaan massal (umat manusia) dan wabah penyakit-penyakit menular yang berkepanjangan.”

Untuk itu harus menanamkan aqidah yang kuat kepada anak agar keyakinannya terhadap Allah Swt., Al-Qur’an dan Rasul, serta hari akhir terhunjam di dada. Akidah yang lurus akan melahirkan takwa, meyakini Allah Maha Melihat beserta malaikat yang mencatat setiap amal perbuatan hamba. Perlu juga menumbuhkan rasa takut akan balasan di akhirat terhadap perbuatan di dunia yang melanggar ketentuan agama dan rasa bahagia karena ada surga yang akan menjadi balasan dari amalan-amalan baik yang berkualitas. Sikap takwa akan menjadi pegangan bagi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam lingkungan dan pergaulan yang salah.

Selanjutnya memberi pemahaman tentang syariat Islam terkait pergaulan dan batasannya. Jika generasi muda mendapatkan pemahaman yang baik sejak kecil, terbiasa menaati aturan Allah SWT maka akan terbentuk sebuah perisai yang akan melindungi generasi muda dari nilai-nilai yang merusak seperti pergaulan bebas.

Kemudian mencari lingkungan pertemanan yang positif atau komunitas yang memberikan aktivitas bermanfaat untuk anak-anak sehingga mereka terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan menginspirasi orang-orang disekitarnya. Keberadaan teman bagi generasi muda sangat penting karena hal tersebut akan mempengaruhi pemikiran, pemahaman, dan juga perilaku mereka. Terlebih di usia remaja yang mempunyai rasa ingin tahu sangat besar dan cenderung hanya mengikuti gaya hidup atau lifestyle teman-teman mereka.

Ada peran orang tua untuk melek gadget dan iptek agar bisa memantau pergaulan anak-anak terutama di dunia maya. Sosial media yang kini berisi konten-konten yang sangat beragam, seperti hiburan yang seringkali memuat pornografi, kekerasan dan perbuatan sia-sia lainnya. Yang jelas akan mempengaruhi pemahaman anak.

Selain penjagaan ketat dalam keluarga, masyarakat dan negara juga berperan penting dalam membentengi generasi muda dari pergaulan bebas. Ketika masyarakat dan negara masih permisif dengan nilai-nilai liberal, bahkan memfasilitasi berkembangnya pergaulan bebas dengan tetap membuka tempat-tempat prostitusi, dan membiarkan beredarnya konten-konten yang merusak, maka penjagaan keluarga berpeluang akan tergerus nilai liberal ini.

Untuk itu sudah saatnya kembali kepada sistem yang mampu memberikan solusi atas persoalan kehidupan. Hanya sistem Islam yang mampu memberikan kemaslahatan bagi umat. Terutama penjaganya terhadap generasi muda. Sebab mereka adalah aset bangsa, penerus peradaban.
Wallahu a’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 25

Comment here