Opini

Mahasiswa Terjerat Pinjol, Potret Sistem Pendidikan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Hanum Hanindita, S.Si

wacana-edukasi.com– Ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi korban penipuan modus baru. Humas IPB, Yatri Indah Kusuma Astuti, menyebut, apa yang terjadi pada para mahasiswa itu adalah “penipuan untuk investasi”. Mereka diminta berinvestasi dengan dana pinjaman online dan diiming-imingi bagi hasil 10% per bulan dari nilai investasi yang mereka berikan. Jangankan mendapat untung, kini mereka malah mendapat buntung. Sebab selain tak menerima keuntungan, mereka juga harus membayar cicilan utang dari pinjaman online. Sebagian dari mereka bahkan diteror oleh penagih utang. (www.bbc.com).

Tragedi pinjol dan tertipunya mahasiswa dengan motif investasi yang menimpa ratusan mahasiswa IPB menunjukkan bahwa mahasiswa saat ini telah terjebak dalam pola pikir pragmatis akut sehingga tidak bisa berpikir jernih, kritis dan logis. Mereka mudah sekali terbuai dengan iming-iming keuntungan materi yang sangat banyak dan mudah untuk didapatkan tanpa harus bekerja keras. Keinginan memperoleh cuan yg banyak secara instan telah membuat mereka terjatuh dalam kubangan hitam pinjol.

Sisi lain, ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa telah menjadi korban kemajuan dunia digital. Kemajuan digital memang memberi kemudahan untuk melakukan berbagai aktivitas, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, bisa menghantarkan kepada kehancuran yang luar biasa. Contohnya adalah penipuan berkedok investasi dan pinjol ini. Lumrah kita ketahui, iklan-iklan pinjol bisa sangat mudah kita temui di sosial media atau pun pesan teks. Bahkan ketika membuka halaman media digital saja, iklan pinjol seringkali muncul otomatis, begitu pula pesan teks yang seringkali berdatangan menawarkan pinjaman. Apalagi pinjaman yang ditawarkan tidak butuh prosedur atau persyaratan yang rumit, bahkan pencairan dana juga bisa cepat.

Kemudahan ini akhirnya berimbas juga kepada mahasiswa. Bayang-bayang keuntungan besar yang akan didapat melekat pada pikiran mereka, ditambah pengaruh gaya hidup konsumtif dan hedon yang selalu ditampilkan dimana-mana, orang pamer kekayaan, selebgram pamer barang-barang mewah, influencer liburan ke luar negeri, dan sebagainya. Akhirnya tawaran mudah berinvestasi menggelapkan mata banyak mahasiswa, dimana seharusnya mahasiswa lebih cerdas dalam berpikir dan bertindak.

Dari sisi dunia pendidikan tinggi, ini menunjukkan potret buram. Ada yang salah dengan sistem pendidikan tinggi di negeri Kita dan perlu dievaluasi. Mengapa justru di perguruan tinggi yang diharapkan menghasilkan generasi kritis sebagai agent of change, malah banyak peserta didiknya yang tertipu dengan mudah oleh perkara pinjol dan penipuan investasi, dimana sebenarnya fakta-fakta terkait dua hal tersebut bisa berdampak pada kerugian dan hutang yang sangat besar juga sudah sering terdengar.

Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, termasuk akhirnya ikut mempengaruhi sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Sistem pendidikan PT mencetak mahasiswa yang berorientasi materi, sejalan dengan semangat enterpreneur university. Bisa kita lihat dari output pendidikan yang dihasilkan akhirnya bermental lemah dan hanya memiliki tujuan memperkaya diri. Kapitalisme yang berasal dari barat memang didesain untuk menghasilkan generasi yg akhirnya hanya menjadi roda penggerak eksisnya kapitalisme.

Masalah pinjol adalah problem sistemik. Pemerintah harus bisa memandang permasalahan ini secara menyeluruh. Bukan hanya sekedar memandang bahwa ini adalah kasus penipuan. Tetapi apa yang mendorong banyak orang terjebak pinjol juga harus diatasi. Misalnya karena gaya hidup konsumtif, tuntutan beban hidup yang berat, harga berbagai kebutuhan yang sangat mahal dan sebagainya. Kalau mau memberantas, bukan hanya pinjol yang ilegal saja, tetapi yang resmi pun juga tidak boleh dibiarkan. Sebab pada hakikatnya pinjol adalah aktivitas riba yang diharmkan Allah SWT dan bisa membuat orang terjebak dalam hutang yang sangat besar. Banyak kasus orang depresi krena banyak hutang dan akhirnya bunuh diri. Ini juga perlu menjadi perhatian yang serius. Apalagi dalam kasus yang sekarang ini, seharusnya mahasiswa itu fokus belajar dan memperkaya diri dengan Ilmu.

Demikianlah sekulerisme kapitalisme di dunia pendidikan telah turut menciptakan generasi-generasi yang berpikir serba instan untuk meraih sesuatu, berorientasi materi, dan tidak memiliki landasan keimanan yang kokoh. Ini bertolak belakang dengan sistem pendidikan yang berbasiskan aqidah Islam. Karena problem pinjaman online ini adalah masalah sistem maka terlebih dahulu, harus membuang sistem sekulerisme kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam sebagai landasan kebijakan Negara termasuk dalam penerapan sistem pendidikan Islam.

Di dalam Islam, negara memandang pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Namun, bukan investasi dalam kacamata kapitalisme, tetapi dalam rangka menyiapkan generasi sebagai aset masa depan sebagai pemimpin dan pengisi peradaban yang gemilang. Negara akan mencegah dijadikannya pendidikan sebagai bisnis seperti realita dalam sistem kapitalis saat ini.

Negara berkewajiban mendorong generasi untuk memperkaya diri dengan ilmu dan berbagai perkara yang bisa mengembangkan potensi akal manusia. Negara akan mendesain sistem pendidikan mulai dari pembiayaan, media, riset, tenaga pendidik, industri, dan lain sebagainya. Negara Khilafah wajib menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang cukup dan memadai serta menyediakan tenaga pengajar dan pegawai pendukung yang ahli di bidangnya. Tidak hanya itu, penguasa wajib memberi gaji yang layak bagi guru dan pegawai yang bekerja di kantor pendidikan. Kurikulum serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya harus berlandaskan kepada aqidah Islam.

Output yang diharapkan dari sistem pendidikan Islam adalah menghasilkan generasi yang mulia yaitu peserta didik yang memiliki pola pikir dan pola sikap islami. Ini terwujud pada semua jenjang pendidikan. Dalam keseharian, ini terlihat dari siswa yang secara sadar melaksanakan seluruh kewajiban sesuai perintah Allah dan mampu meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah. Merekalah yang nantinya akan berperan di masyarakat, baik dalam menegakkan kebenaran maupun dalam menerapkan ilmunya.

Orientasi mereka adalah mengamalkan ilmu sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat dan menggapai ridho Allah SWT, bukan hanya sekedar menghasilkan karya atau produk demi keuntungan materi semata, seperti output pendidikan dalam sistem kapitalis saat ini. Namun sistem Pendidikan Islam ini, hanya bisa terwujud manakala penguassa mengambil Islam sebagai ideologi dan landasan dalam mengatur negara. Selama Sekulerisme Kapitalisme masih bercokol, melahirkan generasi yang mulia sebagai pemimpin umat hanyalah ilusi.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 15

Comment here