Surat Pembaca

Krisis Identitas Hantui Remaja

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Tragis! Seorang pelajar SMK berinisial AS tewas dibacok saat menyeberang jalan di Simpang Pomad, Bogor (10/3). Tragedi itu terjadi saat korban pulang sekolah usai mengikuti PTS susulan. Pelaku berjumlah tiga orang mengendarai satu motor datang dari arah Cibinong menuju Kedunghalang, Kota Bogor. Menurut keterangan saksi, ketiga pelaku memakai seragam SMK. Artinya, korban ataupun pelaku merupakan pelajar atau masih berusia remaja.

Kasus penganiayaan terhadap David Ozora (17) oleh Mario (20) cs masih ramai dibincangkan, muncul lagi kasus penganiayaan yang melibatkan remaja. Belum lagi deretan kasus kekerasan geng motor yang semakin menggila di sejumlah wilayah Indonesia. Sebelumnya, empat remaja geng motor ‘Batavia’ ditangkap karena terbukti membacok korban kemudian mengambil ponsel dan uang milik korban. Mengerikan!

Masa remaja merupakan momen penting untuk menyiapkan diri menjadi agen perubah Sayangnya, fenomena yang muncul baik di dunia maya maupun dunia nyata justru semakin menunjukkan, remaja saat ini telah menjadi agen perusak. Mereka mengalami kegagalan dan kebingungan dalam proses pencarian jati diri hingga kehilangan arah. Dunia remaja semakin dihantui krisis identitas. Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab dan patut dipersalahkan?

Orang tua merupakan pemeran utama dalam proses pendidikan anak, mencetak pribadi remaja berakhlak mulia. Agar peran tersebut bisa berjalan mulus, dibutuhkan kondisi yang kondusif. Sayangnya, kondisi nasional terutama terkait kebijakan negara di bidang ekonomi turut mempengaruhi kondisi dapur rumah tangga. Kondisi ekonomi yang serba sulit mengharuskan kedua orang tua sama-sama mencari duit. Tanpa sadar, peran orang tua dalam mendidik anak mulai terkikis dan menghilang.

Tindakan kekerasan dan penganiayaan yang terjadi di dunia remaja setidaknya menunjukkan, sistem pendidikan kita gagal dalam mencetak generasi berperadaban. Gonta-ganti kurikulum pendidikan justru menghasilkan remaja yang rapuh. Mereka kesulitan mengendalikan diri dan mudah terombang-ambing keadaan. Hal ini karena, kurikulum yang ada minim perhatian terhadap pendidikan agama yang lebih menguatkan nilai ruhiyah. Sasaran kurikulum pendidikan lebih fokus pada output yang mampu beradaptasi dengan dunia industri.

Padahal, seseorang yang ingin bertahan di dunia ini tak cukup mengandalkan materi. Sebanyak apapun materi yang didapat, nyatanya hanya menciptakan kebahagiaan semu. Demi mencapai ketenangan dan kebahagiaan, seseorang harus memiliki kecerdasan emosi dan spiritual. Tanpa kemampuan pengendalian emosi, manusia mudah depresi hingga bunuh diri. Tanpa spiritual, manusia bisa gila menghadapi kerusakan dunia yang semakin nyata.

Kondisi remaja saat ini sangat kontras dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika benar, negeri ini menjunjung tinggi sila pertama Pancasila, maka seharusnya pemerintah lebih menekankan dan mengintensifkan nilai agama dalam kurikulum pendidikan nasional. Hal ini sangat urgen agar generasi yang dilahirkan tidak tersesat. Harus diakui bahwa peradaban mulia tidak cukup melahirkan individu yang baik, tapi juga masyarakat yang baik serta sistem pemerintahan yang baik.

Islam, sebagai agama yang sempurna dan paripurna memiliki solusi atas peliknya masalah dunia remaja saat ini. Pemberian pendidikan dimulai dari penanaman aqidah Islam bagi individu yang akan melahirkan sosok muslim yang berkepribadian Islam. Disamping itu, peran dakwah akan melahirkan masyarakat yang memiliki pemikiran, perasaan yang sama yaitu Islam. Ditambah lagi penerapan aturan Islam secara kaafah (menyeluruh) akan menjadikan kehidupan masyarakat yang lebih seimbang dan lebih baik.

Dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 110, Allah Swt berfirman, “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah Swt. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Islam meyakini, dibalik alam semesta ini ada Pencipta, dan kelak akan kembali kepada Pencipta. Oleh karena itu, sudah seharusnya kehidupan manusia berjalan di atas aturan Sang Pencipta. Kemerosotan yang terjadi pada umat Islam saat ini, termasuk Indonesia yang mayoritat penduduknya adalah muslim, tak lain karena melalaikan aturan Pencipta. Tak ada jalan lain untuk memperbaiki kondisi masyarakat kecuali dengan penerapan Islam kaafah.

Wallahu’alam bish showab.

Ternate, 15 Maret 2023

Ikhtiyatoh, S.Sos

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 7

Comment here