Opini

Kemerdekaan yang Sejati, Bukan Mengaku Kemerdekaan

blank
Bagikan di media sosialmu

OLEH : ROSITA

wacana-edukasi.com — Bulan Agustus ini Indonesia Kembali merayakan kemerdekaanyang ke 76 dari penjajahan. Riuhnya agustusan disambut oleh masyarakat dari kota sampai desa dengan merayakan berbagai macam perlombaan, mulai dari lomba pidato, lomba makan kerupuk, tarik tambang, balap karung dan lain-lain. Semarak umbul-umbul merah putih juga turut menghiasi jalan-jalan.

Di istana sendiri, HUT RI yang ke-76 ini mengusung tema “Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Indonesia Tangguh menghadapi berbagai krisis yang selama ini menempa,” kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono lewat pesan singkat, Kamis (17/6/2021). DetikNews.

Logo HUT Ke-76 RI sendiri merupakan visualisasi dari tema Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh. Tema ini berisi pesan tentang ketangguhan dan semangat pantang menyerah untuk terus maju menyongsong masa depan. Hal itu digambarkan dalam komposisi dinamis antar bentuk geometris yang sederhana tetapi kokoh dan dalam perpaduannya bergeliat dengan energi yang lincah. Tema dan logo peringatan HUT Ke-76 RI sebelumnya resmi dirilis di situs Setneg. Bahkan mensegneg Pratikno mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada pimpinan lembaga negara, menteri Kabinet Indonesia Maju, Gubernur Bank Indonesia, Panglima, Kapolri, hingga seluruh kepala daerah di Indonesia. Pertanyaannya, apakah benar kita telah merdeka? Apakah Indonesia bisa menjadi negara seperti yang disebutkan dalam logo HUT RI ke-76 tersebut?

Yang jelas umat dan bangsa manapun pasti memimpikan kehidupan yang “terang-benderang”. Untuk itulah, umat dan bangsa di berbagai belahan dunia bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka dari penjajah. Namun demikian, bukan berarti setelah merdeka dari penjajahan fisik, lantas kemerdekaan hakiki bisa serta-merta diwujudkan. Banyak bangsa yang sudah merdeka, tetapi sejatinya belum lepas dari penjajahan.

Para penjajah hanya mengubah gaya penjajahannya. Penjajahan gaya lama seperti yang sudah kita ketahui dilakukan dengan menggunakan kekuatan militer. Mengambil-alih dan menduduki satu negara atau wilayah serta membentuk pemerintahan kolonial di negara atau wilayah jajahan. Cara ini secara umum sudah lama ditinggalkan. Pasalnya, penjajahan secara militer ini mudah membangkitkan perlawanan dari penduduk negeri yang dijajah.

Karena itu, kaum penjajah kemudian menempuh model atau gaya penjajahan baru. Di antaranya dengan menggunakan sistem dan hukum penjajah, menggunakan orang-orang yang dipersiapkan dan dididik untuk menjadi komprador yang mengabdi kepada kepentingan penjajah, juga menggunakan pendekatan ekonomi melalui sistem ekonomi yang didesain untuk mengalirkan kekayaan dari wilayah yang dieksploitasi kepada para kapitalis dan negara penjajah.

Penjajahan gaya baru ini lebih berbahaya dari penjajahan gaya kuno/penjajahan secara fisik. Sebab penjajahan gaya baru itu lebih sulit dikenali. Bahkan tak sedikit pihak yang dijajah dengan penjajahan gaya baru ini tidak merasa dan tidak menyadari sedang dijajah. Malah sebaliknya, mereka merasa sedang dibebaskan, dimerdekakan dan dimakmurkan. Rakyat masih bisa sekolah walaupun yang miskin kuota tak dapat sekolah, rakyat masih bisa mencari nafkah walaupun dengan mengais-ngais sisa sumber daya alam yang ada, rakyat masih bisa makan walaupun dengan gizi minimalis, rakyat masih bisa merayakan 17 agustus dengan penuh kegembiraan.

Masyrarakat tidak pernah menyadari, ditengah antusias menyambut hari kemerdekaan, kekayaan mereka terus dikuasai dan dieksploitasi bahkan dengan sangat liar oleh bangsa lain lewat perusahaan-perusahaan mereka. Tambang emas, minyak, gas dan banyak sumberdaya alam lainnya di negeri ini telah lama dikuasai dan diekploitasi oleh PT Freeport, Exxon Mobile, Newmont, dan banyak perusahaan asing lainnya. Ironisnya, semua itu dilegalkan oleh undang-undang.

Karena banyak keputusan politik di negeri ini terutama dalam bentuk undang-undang yang terus berada dalam kontrol pihak asing. Di antaranya melalui IMF dan Bank Dunia, dua lembaga internasional yang menjadi alat penjajahan global. Tentu masih banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan adanya penjajahan gaya baru atas negeri ini. Selama sistem yang diterapkan adalah sistem yang didesain untuk melanggengkan eksploitasi seperti itu maka penjajahan tidak akan bisa dihentikan.

Selama negara menerapkan system demokrasi sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, maka sebagus apapun logo dan tema yang di usung dalam peringatan HUT RI ini, sampai kapan pun bangsa ini tetaplah menjadi bangsa yang terjajah.

Islam menghendaki agar manusia benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman, perbudakan dan penghambaan oleh manusia lainnya.

Terkait misi kemerdekaan Islam ini, Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran.
Diantara isinya berbunyi:

«… أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ …»

Amma badu. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, v/553).

Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penghambaan kepada sesama manusia sekaligus mewujudkan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Islam datang untuk membebaskan manusia dari kesempitan dunia akibat penerapan aturan buatan manusia menuju kelapangan dunia (rahmatan lil alamin). Islam juga datang untuk membebaskan manusia dari kezaliman agama-agama dan sistem-sistem selain Islam menuju keadilan Islam. Inilah yang dinamakan kemerdekaan hakiki.

Semua itu akan menjadi nyata jika umat manusia mengembalikan hak penetapan aturan hukum hanya kepada Allah SWT dan Rasul saw. Itulah mengapa para penjajah sangat khawatir terhadap kebangkitan Islam. Maka, sebelum itu terjadi, semua potensi ke arah sana harus dihancurkan dengan segala cara dan alasan. Di antaranya dengan dalih memerangi terorisme dan dan memerangi radikalisme.

Oleh karena itu, umat wajib berjuang dan terus berjuang melalui dakwah . Hanya melalui jalan ini Izzul Islam Wal Muslimin bisa diwujudkan atau ditegakkan, sekaligus menghentikan segala mudarat atau kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem sekuler yang selama ini telah menyengsarakan umat, menyebabkan kemiskinan, kerusakan moral, korupsi, kriminalitas, kezaliman, ketidakadilan dan berbagai bentuk kejahatan lain. Umat islam harus tetap istiqomah dan tidak boleh surut di jalan da’wah ini walau hambatan ada dimana-mana. Karena dakwah dari dulu hingga nanti memang akan selalu ada penghalang. Dengan Istiqomah itu, insya Allah kemenangan akan datang dan kemerdekaan hakiki akan segera didapatkan.

Hanya dengan Kembali kepada Islam kaum muslimin akan meraih kemuliaan dan kesejahteraan mereka dan merdeka dari penghambaan kepada manusia. Kaum muslimin akan totalitas menghamba hanya kepada Allah semata, bertakwa kepada Allah dan tunduk kepada seluruh hukum-hukum Allah Swt.
Allah Swt berfirman:
Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Wallahu a’lam bi ash-shawaab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 8

Comment here