Surat Pembaca

Kegembiraan Sempurna Idulfitri dengan Ketakwaan Total

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Yayat Rohayati

wacana-edukasi.com, Idul Fitri merupakan puncak kemenangan setelah sebulan umat Islam melaksanakan puasa. Kemenangan di sini tidak harus ditandai dengan perlengkapan yang serba baru. Karena tujuan utama berpuasa adalah ketakwaan baru atau ketakwaan yang lebih meningkat.

Seperti firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqoroh: 183)

Ali bin Abi Thalib menjelaskan definisi takwa sebagai berikut: yang pertama merasa takut kepada Allah SWT, takut akan azab dan murka Allah. Karena merasa takut maka yang kedua ia senantiasa berbuat sesuai Wahyu Allah (Al Qur’an dan hadits) kemudian merasa rida atas apa yang diberikan Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Maka berdasarkan definisi di atas bahwa takwa disini berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Ketakwaan merupakan hakikat kemenangan di hari raya Idul Fitri.

Sekularisasi Ketakwaan

Sayangnya ketakwaan dalam sistem hari ini hanya sebatas untuk memuliakan dan menghormati bulan ramadhan saja. Ketika bulan ramadhan tiba berbagai edaran dan seruan dilakukan.

Seperti surat edaran yang dikeluarkan KPI yang melarang menayangkan adegan bermesraan dan LGBT atau pemerintah yang menutup tempat-tempat prostitusi selama Ramadhan.

Disini terlihat jelas sekularisasi melekat erat dalam kehidupan. Aturan Allah hanya dipakai dalam masalah ibadah saja, untuk masalah lain acuannya adalah aturan manusia.

Ketika ketakwaan bisa terbentuk dari ramadhan ini maka kegembiraan saat idul Fitri akan terasa sempurna. Kaum muslim dengan antusias menyambut hari kemenangan tiba, hidangan istimewa, kue-kue istimewa, bahkan perlengkapan istimewa.

Akan tetapi bagaimana bisa kegembiraan sempurna bisa dirasakan oleh saudara muslim kita di Palestina. Kegembiraan mereka terkubur oleh suasana duka yang menyelimuti, rasa was-was yang mendera setiap saat.

Demi menjaga tanah kehormatan umat Islam seluruh dunia mereka korbankan harta bahkan nyawa dari kekejian tentara Israel. Dinukil dari Bisnis.com (17/05/2021). Sedikitnya 192 orang meninggal termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita dalam sepekan, sedangkan lebih dari 1.200 lainnya luka-luka, akibat aksi keji dan brutal dari zionis Israel.

Bagaimana pula kegembiraan kita bisa utuh sementara penguasa di negeri Islam yang represif terus menggunakan kekuasaan untuk berbuat seenaknya, membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Dengan pengaruh imperialisme Negara kafir barat membungkam siapapun yang kritis terhadap kebijakannya, mengkriminalisasi siapa saja yang menyeru pada kebenaran.

Bagaimana bisa kegembiraan dinikmati sementara kemiskinan dan kelaparan merajalela akibat kerakusan sistem kapitalisme yang terus menggerogoti setiap sendi kehidupan.

Hakikat Kemenangan Sesungguhnya

Idul Fitri merupakan karunia Allah SWT bagi kaum muslim untuk meraih kemenangan yang hakiki. Maka diperlukan ketakwaan yang total. Ketakwaan total terwujud dari sikap tunduk kita terhadap aturan Allah dalam segala aspek kehidupan. Bukan ketika puasa, salat atau zakat saja. Tetapi pada saat berekonomi, bernegara dan berpolitik juga harus sesuai dengan aturan Sang Pencipta (Allah SWT).

Totalitas ketakwaan akan tercipta ketika janji Allah SWT yakni tegaknya kembali khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah dalam kehidupan. Karena dengannya syariah Islam akan diterapkan, tanpa pilah-pilih. Dengannya pula umat Islam di seluruh dunia akan bersatu, nyawa, harta dan kemuliaan kaum muslim akan terjaga.

Kemenangan Idul Fitri 1442 H ini, masih berupa kemenangan individu, semoga tahun depan kita bisa merayakan kemenangan seluruhnya di bawah naungan Daulah Islamiyah.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 2

Comment here