Pembelajaran

Kebahagiaanku Direbut Para Kapitalis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Raihun Anhar

wacana-edukasi.com, STORY TELLING– Saya akan cerita tentang masa kecilku di desaku yang bernama Lelilef. Aku lahir dan besar di sebuah desa kecil yang indah bernama Lelilef. Desa ini berada di Provinsi Maluku Utara, Tepatnya di Kabupaten Halmahera Tengah, Kecamatan Weda Tengah. Yang katanya provinsi paling bahagia di Indonesia dan ekonominya tertinggi di dunia. Masa kecil kami hidup menikmati indahnya alam terutama di pesisir pantai. Pantai yang paling kami suka adalah pantai di belakang bandara. Disana kami menghabiskan waktu untuk santai di atas pohon memandang indahnya pantai Lelilef dan kampung kami dari sana. Begitu juga pantai di belakang rumahku. Namun, sekarang pantai itu telah direklamasi oleh PT. Indonesia Weda Industrial Park (IWIP) dan sudah hilang tempat indah itu perlahan-lahan mengigat sekarang masih proses penimbunan pantai untuk membangun gedung-gedung tinggi katanya.

Orang tuaku dulu bekerja sebagai petani, mereka sering ke kebun panen buah cocoa untuk di jual. Selain itu papa juga menjual kopra karena memiliki kebun kelapa di pesisir pantai kami menyebutnya Sasalapo., letaknya bertetangga dengan PT. Tekindo. Namun sangat di sayangkan kelapa di kebun itu tidak dapat kami konsumsi karena air kelapa telah berubah menjadi seperti becek akibat sampah yang dibuang dekat dengan kebun kami.

Sejak saya lahir sudah ada perusahaan tambang yaitu PT. Weda Bay Nikel. Akan tetapi ia tidak merusak pantai-pantai indah itu seperti hari ini. Selain pantai ada satu sungai yang bernama Wosia, kami sering ke hulunya dan menikmati berenang, dan mincing ikan di sana saat jogging pagi atau sore hari. Pantai samping bandara juga menjadi tempat santai ku bersama teman SMK, Jamilah dan Ria. Kami bertiga sering kesana mincing ikan dan menikamti indahnya pantai tersebut. Temanku, Ria juga sering ajak saya ke sungai Wosia untuk menemaninya mencuci pakaian.

Saat itu kami masih menikmati keindahan sungai Wosia dan pantai-pantai yang ada di sekitaran sana walaupun saat itu masuk dalam area tambang PT. WBN. Pantai samping bandara hingga ada satu tempat dikenal dengan nama Cacu namun, kini dirubah namanya menjadi Jeju karena orang Cina sulit menyebutkannya. Dulu, kami sering piknik kesana, bakar ikan dan minum air kelapa muda menjadi favorit kita. Namun, sekarang sirna karena sudah tidak bebas memasuki area tersebut karena ada aktivitas pertambangan.

Waktu saya SMK sebenarnya saya mengingikan sekolah di SMKN 2 Kota Ternate namun ternyata masuknya di SMKN 2 halmahera Tengah yang amsih berada di desa saya. Awalnya kecewa namun setelahnya sudah dinikmati saja dan sekarang malah bersyukur karena banyak ilmu yang saya dapat waktu sekolah. Saya sekolah dengan jurusan geologi pertambangan karena hanya tersediah jurusan itu saja. Waktu kelas 3, kami melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakering) ke PT. WBN. Pada saat Prakering yang menjadi favorit saya adalah berkunjung ke departemen Environment PT.WBN waktu itu karena disana kami diajarkan bagaimana mendaur ulang sampah plastic, dan membuat kompos dari sisa makanan. Kami juga diajarkan bagaimana memperbaiki lahan yang telah dibuka (galih) untuk mengambi ore atau kandungan mentah nikel dan mengelola limbah sisa pertambangan (tailing). Terima kasih untuk Environment WBN yang telah mengajari kami ilmu tersebut. Setelah itu kami juga diajarkan bagaimana pengelolaan nikel yang masih berupa ore menjadi produk yang siap dijual. Naik ke puncak Kaswarina untuk berkunjung ke lokasi pengalian dan pemboran nikel. Namun, karena jalannya begitu terjal menuju kesana walhasil saya tidak ikut kesana hanya di kamp saja menikmati ikan kuah sedap chef disana. Hal ini yang membuat saja menyesal kenapa waktu itu tidak ikut padahal disana ada ilmu yang bisa saya ambil.

Dari pelajaran waktu Prakering itulah saya mendapatkan pelajaran bahwa tambang tidak harus merusak lingkungan karena ada cara untuk memperbaikinya atau dikenal dengan istilah reklamasi yang didalamnya mengembalikan lapisan tanah dari top soil hingga bagian dalam dari tanah itu agar bisa ditanami pohon kembali. Intinya semua itu bisa diperbaiki namun kenyaataannya saat ini tambang tidak lagi peduli masalah lingkungan sebagimana mereka ajarkan kepada kami waktu itu. Mereka hanya mengambil kekayaan alam berupa nikel dan zat lainnya dan tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka telah lakukan yakni lahan terbuka tidak di tutup dan di reklamasi kembali. padahal lahan bekas pertambangan bisa dikembalikan semula dan bisa ditanami tumbuhan asalkan lapisan tanahnya tidak buang sembarangan.

Waktu kuliah, saya diperkenalkan Allah dengan satu harokah yang saat itu sudah terdengar isu pencabutan Badan Hukum Perkumpulannya (BHP). Bertepatan dengan kasus pak Ahok yang menistakan surah Al Maidah ayat 51. Waktu itu kami sedang belajar Pendidikan Agama Islam. Dosen kami waktu itu ngajarnya lebih cepat karena ia bersiap mau ke Jakarta hadir dalam aksi 212 untuk bela alquran. Di tengah perkuliahan ia bertanya pada salah satu teman yang merupakan pelajar di gerakat tersebut. Kemudian karena saya baru mendengar nama gerakan itu, saya bertanya kepada temanku yang ditanya dosen tadi tentang harokah tersebut. Namun, ia malah menyuruh saya menghadiri forum diskusi yang disebut Kajian Intelektual Muslimah (KIM). Saya pun datang waktu hari jumat dengan gagahnya masuk kesana menggunakan celana jin panjang dan kemeja dan duduk di pojok belakang karena telat masuk. Disinilah kisah awal saya mau belajar islam di gerakan tersebut. Mengejutkan saya karena materi yang disampaikan adalah tentang tata cara menutup aurat, waktu itu saya tidak percaya dengan ayat quran yang disampaikan oleh pemantik yaitu surah al ahzab ayat 59. Pulang kerumah saya cek dong, ternyata benar dan saya salah. Hari senin waktu masuk kuliah, saya merubah penampilan saya tidak lagi pakai jin dan kemeja namun bergamis.

Kembali ke leptop. Saat belajar tentang Islam, saya mendapatkan bahwa Islam tidak akan memberikan tanah untuk di kelola oleh swasta dan asing itu artinya tambang di kampung saya itu menyalahi Islam. Semakin lama belajar membuat pikiran makin terbuka luas tentang kehidupan yang ternyata banyak menyalahi aturan Islam. Kemudian saya memutuskan untuk menjadi aktivis dakwah yang menyampaikan kebenaran di tengah umat dengan mengedukasi umat akan Islam yang sempurna dan membahgiakan. Menjadi tugas saya sebagai anak Lelilef untuk menyelamatkan negeri ini dari cengkraman kapitalis. Namun saya juga menyadari saya tidak memiliki power untuk melawan kapitalis maka pilihan saya adalah edukasi dengan dakwah. Awal balik ke kampung setelah selesai kuliah, memang tidak mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Butuh penyesuaian karena Lelilef telah berbeda takala saya tinggalkan selama kuliah. Maka butuh adaptasi kembali lagi.

Saya sadar bahwa hanya Islam yang bisa memperbaiki desaku yang telah dirusaki oleh kapitalis. Maka saya memilih untuk menjadi agen islam di desa ini agar saya bisa membuktikan rasa cintaku pada tanah kelahiranku ini. Dengan islam, saya berharap Lelilef akan lebih baik lagi, walau tidak bisa kembalikan kebahagian masa kecilku setidaknya lebih baik tidak seperti hari ini penuh debu dan polusi, pesisir pantai penuh sampah.

Sebelum tutup ingin saya berpesan buat teman-teman yang di desanya masih indah, yang tidak ada perusahaan tambang, mohon dijaga keindahan itu agar tidak dirusak oleh para kapitalis seperti kapitalis merusak Lelilef. Berjuang maksimal untuk melawan itu agar tidak mendapatkan kehidupan seperti kami disini. Berjuang menjaga negeri kita dari kapitalis adalah bukti cinta kita pada negeri kita sendiri karena Islam juga memerintahkan kita untuk menjaga lingkungan kita. Sebagaimana firman Allah
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al A’raf ayat 56)

Berjuanglah untuk mempertahankan negerimu dari kapitalis dengan seluruh kemampuan yang kamu miliki karena Islam memerintah kita untuk menghentikannya keburukan dengan tiga cara yang dijelaskan dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda :

“Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak bisa ubahalah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim)

Tidak semua kita punya kekuasaan, maka pilihlah melawan keburukan dengan lisan (dakwah), tidak hanya sekedar mengkritik namun hadirkan iman disana agar mendapat ridho dari Allah Swt karena kebahagian seorang muslim adalah saat Allah meridhoinya. Waalahu alam bii sawwab. Semoga cerita pendekku ini bermanfaat untuk kita semua.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 14

Comment here