Opini

Ironis, Kemiskinan Daerah Terjadi di Tengah Kayanya Indonesia

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan melimpah, baik dari segi sumberdaya alam (SDA) maupun sumberdaya manusia (SDM). Namun sayang, berbagai kekayaan yang dimiliki tampaknya tidak berbanding lurus dengan nasib masyarakatnya. Negara yang kaya sumberdaya itu, justru di dalamnya terdapat puluhan juta manusia yang hidup dalam kemiskinan.

Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi masuk kategori penduduk miskin ekstrim berdasarkan hasil pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. Pencocokan data dilakukan petugas dari Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan pekerja sosial masyarakat, dengan mengacu pada data terpadu kesejahteraan sosial tahun 2022.

Endin Samsudin, kepala Dinsos Kabupaten Bekasi, mengatakan indikator penduduk miskin ekstrim ditentukan berdasarkan pengeluaran harian, yakni warga dengan pengeluaran di bawah 1,9 dolar Amerika PPP (Purchasing Power Parity) atau setara Rp. 11.941,1 per kapita per hari. (Republika.co.id, 28/01/2023)

Sebuah fakta yang sangat ironis dan memprihatinkan. Ini baru data satu kabupaten yang ada di Indonesia. Belum ditambah data kabupaten lainnya. Bisa kita bayangkan, berapa ribu manusia bahkan mungkin puluhan juta manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Jumlah kemiskinan yang terus bertambah adalah buah pahit dari penerapan sistem kapitalisme hari ini. Di mana sistem kapitalisme saat ini digerakkan secara dominan oleh ekonomi berbasis sektor keuangan yang penuh spekulatif, bukan diarahkan ke sektor riil yang produktif.

Dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia, rakyat sering kali mengalami kemiskinan, kelaparan bahkan kekerasan. Semua ini terjadi akibat pembangunan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat. Kekayaan yang dimiliki Indonesia seperti lahan pertanian yang subur, laut yang melimpah dan kekayaan hutan, ternyata hanya untuk kepentingan kapitalis dan investor asing.

Berbeda dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta yang Maha Sempurna. Islam bukan hanya sekedar agama, tapi juga sebuah ideologi yang memberikan aturan yang jelas, bagaimana mengatur semua urusan manusia di dunia. Termasuk urusan ekonomi, pemerintahan, sosial, dan lain sebagainya. Sistem ekonomi Islam akan melahirkan kesejahteraan dan kemakmuran yang bisa dinikmati oleh semua warga negara.

Negara akan memanfaatkan SDA yang ada, sebagai harta kepemilikan umum dan kepemilikan negara, dalam mewujudkan kesejahteraan warga negara. Kepemilikan umum mencakup SDA seperti minyak bumi, tambang emas, perak, tembaga dan lain-lain. Juga benda-benda yang pembentukannya tidak mungkin dimiliki individu seperti masjid, jalan raya, benda-benda vital yang dibutuhkan dan dicari-cari manusia, dan jumlah kandungan (deposit) yang amat besar, misalnya sumber mata air.

Sedangkan kepemilikan negara mencakup harta hak seluruh kaum Muslim, dan pengaturan pengelolaannya oleh negara, serta harta-harta tertentu yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai milik negara seperti fa’i, kharaj, jizyah. Pemanfaatannya ditetapkan sesuai kebijakan negara untuk kemaslahatan negara, bukan kepala negara secara pribadi.

Sudah saatnya kita tinggalkan sistem kapitalisme yang hanya mendatangkan musibah demi musibah kepada rakyat. Saatnya kita kembali kepada sistem Islam yang terbukti selama belasan abad bisa menjamin kesejahteraan hidup manusia. Lebih dari itu, penerapan sistem Islam secara menyeluruh akan mendatangkan keridhaan Allah SWT, keberkahan dan juga Rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu A’lam bish-shawwab

Carminih, SE.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 10

Comment here