Opini

Baby Blues Tinggi, Ada Apa dengan Kesehatan Mental Ibu?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Riska Adeliana, S.Hum.

(Penulis dan Pegiat Literasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Tingginya gangguan kesehatan mental atau baby blues pada populasi ibu hamil, menyusui dan ibu dengan anak usia dini, menggambarkan ada masalah pada kesehatan mental ibu yang tentunya dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya kesiapan perempuan menjadi orang tua.

Di Indonesia, ibu hamil dan menyusui menempati peringkat tertinggi dalam kelompok masyarakat yang memiliki presentasi gangguan kesehatan mental. Hal ini akan terus menerus terjadi. Jika tidak ditangani kondisi ini bisa berujung pada depresi.

Menurut Andrianti, dari hasil penelitiannya yang dilakukan pada 2020, sebanyak 30% ibu hamil mengalami depresi, selain itu 27% ibu hamil mengalami depresi pasca persalinan tertinggi ketiga di Asia. Fakta ini sungguh mengganggu, ada apa dengan kesehatan mental kaum ibu? (https://health.detik.com, (26/5/2023).

_Penyebab Baby Blues_

Menurut Maria Ekawati (Psikologi dan Ketua Komunitas perempuan dari wanita Indonesia keren) mengatakan kondisi baby blues biasanya terjadi karena kondisi hormonal. Walaupun perempuan sudah lama mempersiapkan diri menjadi calon ibu. Maria Ekawati juga mengatakan bahwa kondisi baby blues yang parah, juga bisa dialami wanita yang hamil diluar nikah (kecelakaan) hingga berada dalam rumah tangga yang tidak harmonis atau mengalami KDRT.

Kadang kala, perempuan mengalami momen yang tidak mudah ketika menjalankan peran baru sebagai ibu. Kebanyakan seorang ibu mengalami perubahan suasana hati secara drastis hingga baby blues syndrome. Baby blues syndrome adalah gangguan kesehatan mental yang dialami wanita pasca melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati seperti, kecemasan yang berlebihan, gundah dan sedih berlebihan. (Republika, 28/5/2023).

Penyebab baby blues bisa terjadi pada banyak faktor, seperti sulit beradaptasi dari kehidupan sebelum dan sesudah menjadi ibu, kurang istirahat, karena waktu tidur yang tidak teratur dan memiliki riwayat gangguan jiwa. Di balik itu, ada faktor lain yakni ketidaksiapan menjadi orang tua dan memikul tanggung jawab mengurus anak-anak mereka, terutama dalam sistem sekuler hari ini.

Kesiapan menjadi orang tua tentu tidak terbentuk secara instan dan tiba-tiba, tidak cukup dengan pelatihan dan pembekalan pranikah dari KUA menjelang hari pernikahan. Ada proses panjang untuk membentuk setiap perempuan siap menjadi istri dan ibu yakni proses pendidikan di usia dini hingga dewasa. Ini yang tidak ada dalam pendidikan sekuler hari ini.

Sistem pendidikan yang berbasis sekuler hari ini hanya menghasilkan generasi yang menginginkan semua itu instan. Diuji dengan sedikit cobaan dan musibah mereka mudah goyah, stress dan rentan depresi. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan kita menjauhkan manusia dari aturan agama (Islam). Makna ibadah dipersempit pada pelaksanaan ibadah ritual saja. Seharusnya pendidikan membentuk calon-calon ibu yang siap memikul beban dan tanggung jawab besar.
Di sisi lain, sulitnya ekonomi menjadi pemicu seorang ibu mengalami gangguan kesehatan. Seorang Ibu terbebani dengan semua kebutuhan pokok yang mahal sedangkan sistem Kapitalisme mempersulit ayah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Fakta kasus ibu dan ayah yang membunuh anak kebanyakan dipicu oleh kehidupan ekonomi yang kian berat.

_Pandangan Islam_

Kondisi baby blues syndrome sebenarnya bisa di cegah sejak dini yaitu menyiapkan sistem pendidikan dan supporting sistem. Dalam hal ini negara berperan besar sebagai pembuat kebijakan kurikulum. Pendidikan Islam sangat komprehensif dan sesuai fitrah manusia sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua, termaksud menjadikan orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Maka pertanyaannya, bagaimana gambaran Islam menyiapkan generasi sebagai calon orang tua masa depan yang tangguh?
Pertama, menerapkan kurikulum berbasis aqidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada setiap individu serta membekali generasi dengan staqofah Islam. Jika hal ini sudah terbentuk setiap individu akan memiliki fondasi aqidah Islam yang kokoh. Pandangannya tentang dunia dan akhirat jelas akan berbeda. Maka seorang ayah dan ibu tidak akan mudah mengalami stres atau depresi mengarungi berbagai ujian hidup.
Dengan itu, mereka akan berupaya menjadi orang tua terbaik yang diinginkan Allah Ta’ala. Mereka juga memahami betul bahwa anak adalah titipan sekaligus amanah dari Allah yang wajib mereka jaga. Mereka akan menjalankan perannya dengan baik karena di situlah letak kemuliaan orang tua di sisi Allah, yakni mampu mendidik anak-anak menjadi generasi bersyahsiah Islam.

Kedua, adanya dukungan sistem politik ekonomi Islam yang menyejahterakan. negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara optimal, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Jika ayah mendapat kemudahan mencari nafkah, ia bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Kaum ibu juga tidak perlu bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Para ibu bisa fokus mengasuh dan mendidik anak mereka.

Negara menjamin pendidikan dan kesehatan dapat diakses dan dinikmati masyarakat secara gratis. Semua itu diambil dari uang kas dari Baitul Mal negara. Karena Kekayaan Alam dalam Khilafah dikelolah langsung oleh negara bukan swasta. Negara mengontrol dan mengawasi media agar tidak tersebar tayangan, berita dan konten yang berbau kekerasan, eksploitasi seksual, pornografi yang merusak kepribadian generasi.

Ketiga, supporting sistem berupa lingkungan sosial masyarakat yang Islami. Negara menciptakan kehidupan masyarakat yang bersih dari kemaksiatan, sehingga terwujud masyarakat yang terbiasa ber amar ma’ruf nahi mungkar serta saling menolong dan menyayangi antara sesama.

Begitulah Kesejahteraan ketika penerapan sistem sosial pergaulan syariat Islam berjalan secara sempurna. Kemaksiatan dan kriminalitas akan menurun seiring terwujudnya masyarakat bertaqwa dan berada dalam suasana iman yang kokoh.

Dengan demikian, rahmat Allah akan tampak jika diterapkan syariat Islam secara kaffah. Hal ini tercatat dalam tinta emas peradaban Islam selama 13 abad Islam memimpin dunia. Peradaban Islam melahirkan tokoh-tokoh perempuan sebagai ibu tangguh, muslimah cerdas dan mencetak generasi soleh dan sholehah. Saatnya kita mencontoh peradaban Islam yang berhasil dan sukses.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 30

Comment here