Opini

Apakah Benar Kita Sudah Merdeka?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Neni Arini (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Kamis, 17 Agustus 2023, tepat bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan ke-78 tahun. Gegap gempita kemerdekaan dirasakan oleh seluruh penjuru negeri ini. Upacara bendera hari kemerdekaan Indonesia merupakan acara sakral yang setiap tahunnya diadakan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan. Sudah sewajarnya kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia bergembira atas hasil upaya kemerdekaan dari para pejuang pahlawan kita ini.

Merdeka…
Merdeka..
Merdeka…

Pekikan merdeka menguatkan rasa bahwa negeri tercinta kita ini sudah merasakan kemerdekaan selama 78 tahun.

Usia 78 tahun tidaklah sedikit, kalau mau dilihat dari ukuran usia manusia ini adalah usia-usia yang sudah cukup mapan, tinggal menikmati apa yang sudah diperjuangkannya selama 78 tahun, walau mungkin sudah termasuk usia manula . Tetapi idealnya secara pencapaian sudahlah baik.

Di usianya yang ke-78 tahun yang mengusung tema “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”, mencerminkan semangat dan tekad bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan. Tema HUT Kemerdekaan ke-78 RI ini, mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk melanjutkan pembangunan dengan semangat estafet, saling bekerja sama, berkolaborasi, dan bersinergi untuk mencapai tujuan bersama. Tema ini juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mencapai bnyak prestasi yang membuat posisi negara ini menguntungkan dalam melakukan gerak pembangunan.

Sebagai buktinya adalah beberapa prestasi menonjol tersebut antara lain menjadi tuan rumah dan pemimpin G20 di tahun 2022, yang merupakan forum kerja sama ekonomi antara negara-negara besar dan berkembang di dunia. Lalu, Indonesia menjadi ketua ASEAN di tahun 2023, yang merupakan organisasi kerja sama politik, ekonomi, dan sosial-budaya antara negara-negara di Asia Tenggara. (SINDO.NEWS.COM)

Kemudian, memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, yang merupakan langkah strategis untuk mempercepat pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur. Suka tidak suka, meski pemindahan Ibu Kota Negara tidak semudah membalik telapak tangan dan dibutuhkan tekad luar biasa serta keberanian mumpuni di Tengah ramainya pertentangan, namun terobosan ini harus dituntaskan. Tentunya tetap dengan skala prioritas, proporsional, terukur, dan penuh perhitungan.

Itu adalah dianggap sebagai bentuk pencapaian atau keberhasilan dalam kurun waktu 78 tahun ini. Terlihat sepertinya sudah melakukan yang terbaik. Tetapi sayangnya kebijakan yang dibuat tidak lantas membuat bahwa ini adalah solusi dari permasalahan yang ada. Justru pemindahan ibukota ke tempat yang baru membawa polemik dari berbagai macam pandangan pendapat.

Di antaranya yaitu Survei KedaiKopi terbaru mengungkapkan 61,9% responden tidak setuju dengan pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Pemborosan anggaran menjadi alasan utama mengapa responden tidak setuju.

Ada 35,3% responden yang tidak setuju yang menjawab hal tersebut. Sementara itu, 18,4% menganggap lokasi yang dipilih kurang strategis dan 10,1% responden menilai fasilitas Jakarta sudah memadai.

Kemudian, 5,6% responden mengkhawatirkan utang yang akan bertambah jika pemindahan ibu kota benar terjadi. Selain itu, 4,7% responden merasa pemindahan ibu kota dapat mengubah sejarah atau nilai historis.

Pemindahan ibukota ini dilakukan dengan alasan adanya ketidakmerataan dan dominasi pembangunan di Jawa, padahal solusinya tentu bukan dengan memindahkan ibu kota negara. Sebaliknya, justru semestinya dijawab dengan memangkas ketimpangan pembangunan antara Jawa dengan luar Jawa, melakukan pemerataan pembangunan di wilayah-wilayah luar Jawa. Sebagian ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan daerah luar Jawa lainnya.

Justru andai saja anggaran sebesar 501 triliun yang digunakan untuk pemindahan ibu kota negara digunakan untuk melakukan pemerataan pembangunan di beberapa wilayah di luar Jawa, maka hasilnya tentu akan banyak mengubah atau mengakhiri status banyak wilayah di luar Jawa yang masuk kategori wilayah Tiga T: Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal.

Di dalam Islam kesejahteraan merupakan terbebasnya seseorang dari jeratan kemiskinan, kebodohan dan rasa takut sehingga dia memperoleh kehidupan yang aman dan tenteram secara lahiriah maupun batiniah.

Allah Menciptakan manusia dalam kondisi yang merdeka. Manusia hanya tunduk kepada Allah sebagai sang pencipta. Bahkan nabi Muhamad dalam ajarannya untuk mensejahterakan manusia dari cengkraman permasalahan yang ada padanya.

Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 3, yang artinya “….. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Di dalam ayat ini dijelaskan tentang sesuatu yang penting bagi Nabi Muhammad saw dan bagi seluruh umat Islam, bahwa Allah telah menyempurnakan agama Islam dan telah mencukupkan nikmat-Nya, serta telah rida agama Islam menjadi agama umat manusia.

Untuk itu Islam menjamin masyarakatnya dengan kenikmatan, yaitu berupa kesejahteraan. Dimana dengan menerapkan sistem ekonomi Islam di dalam pemerataan kesejahteraan. Berbeda dari sistem kapitalisme, sistem Ekonomi Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin dan melarang penumpukan kekayaan.
Ekonomi dalam islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan didunia. Nilai islam bukan semata-mata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Ekonomi Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial, budaya dan politik dari bangsa.

Semua itu bisa terjadi ketika hukum Islam diterapkan di muka bumi ini. Rakyat bisa tumbuh dengan baik, bisa menikmati kesejahteraan dari sistem Islam yang diterapkan. Karena sesungguhnya islamlah solusi kehidupan bagi kita semua.

Apakah benar kita sudah merdeka, sementara kita masih belum merasakan kemerataan pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan lainnya? Merdeka bisa didapatkan ketika dikembalikan kepada sistem Islam yang rahmatan Lil ‘Aalamiin.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 20

Comment here