Oleh: Kartika
Wacana-edukasi.com — Memiliki anak adalah kebahagian yang tak ternilai. Namun, apa jadinya ketika anak yang kita lahirkan dan rawat ternyata cacat? Bukan fisiknya, tetapi akhlak/adabnya. Tentu kesedihan dan penyesalan yang tak terkira. Sebab, cacat akhlak/adab tentu lebih berbahaya daripada cacat secara fisik. Bahkan bisa dikatakan cacat yang sesungguhnya adalah cacat akhlak/adab.
Masih ingatkah kita pada kasus anak yang menggugat orang tua mereka seperti yang dikabarkan media massa?
Beberapa kasus anak menggugat orang tuanya tercatat pernah terjadi di Indonesia.
Tak hanya sekali. Kebanyakan gugatan muncul lantaran persoalan harta warisan.
Ada pula karena utang piutang dan lain-lain. Mungkin masih banyak lagi kasus kedurhakaan anak yang luput dari pemberitaan. Na’audzubillah.
Sadarkah bahwa hak asasi manusia yang dijunjung oleh kapitalisme banyak mencetak manusia-manusia tak beradab? Tanpa merasa berdosa anak memperlakukan orang tua semaunya. Sistem kapitalisme jelas memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, pendidikan anak tidak lagi disandarkan pada agama.
Padahal Islam menjujunng tinggi adab terhadap orang tua, Allah Swt. berfirman:
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamumengatakan kepada keduanya perkataan، ‘Ah!’. Jangan pula engkau membentak keduanya. Ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS an-Nisa’ [4]: 36)
Tentu untuk membentuk generasi yang beradab dibutuhkan peran semua pihak, yakni keluarga, masyarakat, dan negara
Views: 47
Comment here