Oleh Imroaturohmah (Aktivis Muslimah)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Anak, sering disebut sebagai titipan Allah Swt., seharusnya menjadi amanah yang dijaga dengan sepenuh hati. Namun, realitas di Indonesia justru menunjukkan gambaran yang memprihatinkan,banyak orang tua yang lalai dalam merawat buah hati mereka. Angka kekerasan terhadap anak di negeri ini sangat mengkhawatirkan, meliputi kekerasan fisik dan seksual. Ironisnya, seringkali dilakukan oleh anggota keluarga sendiri yang seharusnya menjadi pelindung utama.
Rumah yang Seharusnya Aman, Menjadi Ancaman
Data dari Sistem Informasi Gender dan Anak (SIGA) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) sepanjang tahun 2024 (Januari – Desember), tercatat kasus kekerasan terhadap anak berjumlah 19.628 kasus dan dengan korban 21.648. Lebih menyedihkan lagi, 11.120 korban kekerasan ini terjadi di lingkungan rumah tangga, tempat yang seharusnya menjadi surga bagi anak-anak.
Kasus-kasus tragis terus bermunculan. Kasus dugaan penyiksaan anak terungkap di Kebayoran lama Jakarta Selatan,setelah seorang anak perempuan berusia 7 tahun diduga menjadi korban penyiksaan ayah kandungnya sendiri. Ia ditemukan oleh petugas satpol PP saat patroli didaerah pasar Kebayoran lama ( tirto.id, 11/6/2025).
Tidak berselang lama dari kasus tersebut, kasus kekerasan anak kembali terjadi di Pekanbaru. Sepasang suami istri tega menyiksa anak asuh berusia 2 tahun hingga meninggal hanya karena anak tersebut rewel,sampai pelaku memvideokan penyiksaan tersebut (kompas.com,14/6/2025).
Sistem Kapitalisme Merenggut Esensi Keluarga
Fenomena kekerasan anak yang merajalela ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan saat ini. Dalam lingkungan sekuler ini, keluarga kerap kurang memahami ajaran Islam secara mendalam termasuk dalam mendidik anak. Sistem ini hanya fokus pada aspek material dan membuat orang tua kesulitan menemukan cara tepat untuk mendidik anak dan menyelesaikan masalah keluarga. Tak jarang, bahkan kekerasan pun bisa dianggap sebagai solusi.
Sistem kapitalisme telah mengikis peran penting keibuan dan keayahan, serta menjauhkan individu dari ketaatan dan keimanan kepada Allah. Melemahnya iman ini berdampak buruk pada akal dan nalar manusia, mendorong mereka pada perilaku keji dan amoral. Ketika iman rusak, hawa nafsu menguasai diri, dan naluri keibuan pun bisa menghilang.Situasi ini diperparah dengan tekanan ekonomi yang dialami banyak keluarga, memicu hilangnya kesabaran, yang pada akhirnya berujung pada penelantaran dan kekerasan terhadap anak.
Lingkungan dan media yang turut dipengaruhi sistem ini juga dapat memicu kekerasan pada anak. Sementara pada saat yang sama, sistem kapitalisme juga melemahkan hubungan sosial masyarakat, memudahkan terjadinya kekerasan terhadap anak tanpa adanya kontrol dari lingkungan sekitar.
Berbagai regulasi untuk melindungi anak juga gagal melindungi anak. Indonesia telah memiliki undang-undang Perlindungan Anak dan Kekerasan Seksual.Namun implementasinya belum efektif karena undang-undang tersebut masih berbasis sekuler kapitalisme sehingga tidak menyentuh akar masalah kekerasan terhadap anak.
Islam Memberikan Solusi
Islam menawarkan solusi komprehensif untuk berbagai masalah termasuk dalam ranah keluarga. Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang secara fitrah berhak memperoleh perlindungan, penjagaan dan kasih sayang.Keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan hangat dan mendukung tumbuh kembang anak, serta memperkenalkan konsep dasar keimanan untuk membentuk anak menjadi hamba Allah yang taat dan berakhlak mulia.Konsekuensi dari tanggung jawab ini terkait erat dengan pahala dan dosa.
Allah Swt. berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal [8]: 27).
Orang tua akan berupaya sekuat tenaga menjalankan tanggung jawabnya. Mereka sadar penuh bahwa Allah akan meminta pertanggungjawaban atas amanah yang diberikan-Nya. Kesadaran ini mendorong mereka untuk merawat dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Di sisi lain, masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan anak dengan menciptakan sistem sosial yang sehat dan ramah anak. Islam mengajarkan pentingnya menjaga hak-hak sesama muslim tidak saling mengejek dan menumbuhkan sikap saling membantu. orang tua berperan besar dalam mengenalkan nilai-nilai pergaulan sosial dalam Islam kepada anak-anak mereka sejak dini.
Sementara itu, negara memiliki peran penting dalam melindungi institusi keluarga.Melalui edukasi yang tepat negara dapat membantu keluarga memahami peran dan hukum-hukum Islam yang terintegrasi dan komperhensif. Edukasi ini bisa dilakukan melalui sistem pendidikan maupun media informasi. Negara berkewajiban untuk mengadopsi berbagai kebijakan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan rakyat. Negara memiliki tanggung jawab penuh untuk memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk sosial, ekonomi, pergaulan, dan pendidikan. Ini berarti negara harus aktif melindungi rakyatnya dengan menjamin kebutuhan dasar seluruh rakyat, menjamin keamanan, melindungi harta benda, dan memastikan keselamatan jiwa warganya.
Dengan demikian untuk melindungi anak dari kekerasan diperlukan pendekatan sistemik dan langkah strategis. Hanya dengan kembali kepada sistem Islam yang kaffah (menyeluruh), kita dapat berharap untuk membangun kembali institusi keluarga yang kokoh. Di bawah naungan sistem Islam, anak-anak akan tumbuh dengan aman dan nyaman, menjadi generasi penerus peradaban yang mulia.
Views: 9
Comment here