Tabligul Islam

Mengenal Ibunda Ulama Hebat dari Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh  Nur Hayati

(Aktivis Dakwah Remaja Surabaya)

Tentu akan mustahil, jika menginginkan anak sholih-sholihah, namun ibunya malas dalam melakukan hal ketaatan dan ketakwaan kepada Allah secara maksimal.

Wacana-edukasi.com — Gaes, udah pada tahu belum, siapa sih Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy ini? Yang udah kenal, bisa nih acungkan tangan! Kalau yang belum, tidak apa. Santuy. Insya Allah, dalam tulisan ini akan mengulik pembahasan untuk mengenal lebih dalam tentang beliau termasuk ibundanya yang begitu Masya Allah. Siap? Siap dong.

Nah, pasti udah pada kepo kan tentang sosok ulama ini? Ternyata nih, Gaes, Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy ini adalah guru dari Syaikh Hafidz bin Ahmad Al-Hakami. Dimana muridnya ini merupakan salah satu ulama yang mahsyur di zamannya. Kerennya lagi nih, beliau adalah ulama yang menguasai beberapa bidang ilmu. Diantaranya, ushul fiqih, hadits, aqidah, pendidikan sirah, dan lain-lain.

Bisa kita bayangkan, Gaes, muridnya yang satu ini kerennya luar biasa. Apalagi dengan gurunya? Wih, pasti super duper abis keilmuannya tuh. Masya Allah, amazing!

Yang tak kalah pentingnya nih, Gaes, nama asli Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy ini adalah Abdullah bin Muhammad bin Hamad Al-Qar’awy An-Najdi. Beliau, lahir pada tanggal 11 Dzulhijah tahun 1315 Hijriyah, di Kota Unaizah Qassim, Arab Saudi. Di kehidupan masa itu, terdapat Daulah Khilafah, Gaes. Yaitu, sebuah negara yang menerapkan sistem hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan.

Beliau lahir dalam kondisi yatim. Ayahnya wafat di bulan Syawwal dan kakeknya wafat di bulan Ramadan di tahun yang sama dengan kelahirannya. Sehingga, beliau dibesarkan oleh ibundanya.

Di masa kecil, beliau mendapatkan pendidikan dasar di madrasah sang ibunda. “Aku dibesarkan di rumah ibuku. Ia memasukkanku ke madrasah. Di madrasah, aku mendapatkan pelajaran dari guru dan di rumah mendapatkan pelajaran dari ibuku.” Beliau belajar membaca dan menulis di Kuttab serta menghafal Al-Qur’an sebelum usia 13 tahun. Setelah lulus dari Kuttab, ibunya memasukkan ke halqoh-halqoh yang diasuh para ulama di masjid-masjid. Masya Allah banget yah, Gaes. Kehidupannya dengan sang ibundanya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.

Seperti yang telah diketahui, tentu dibalik kehebatan ilmu Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy ada ibunda hebat yang berjuang keras dalam mengasuh dan mendidik anaknya mulai dari lahir hingga dewasa. Kehebatan dan kepintaran anak adalah potret keberhasilan orang tua dengan mempunyai visi dan misi yang non kaleng-kaleng, hehe. Dengan mewujudkan melalui ikhtiar-ikhtiar terbaiknya.

Ibundanya merupakan sosok yang tangguh. Ialah seorang perempuan shalihah yang hafal Al-Qur’an, Gaes. Di kehidupan sehari-harinya, tak henti-hentinya beliau memuraja’ah hafalannya. Hingga tak heran dong, anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an juga. Selain itu, beliau terpelajar dalam agama, rajin mendatangi majelis taklim sesudah asar dan antara maghrib sampai isya. Beliau juga kerap mengajarkan masalah agama dan memberi fatwa pada para wanita di zamannya, Gaes.

Dan tak kalah menariknya nih, beliau setiap datang ke tempat halqah, beliau menggendong bayinya yang masih menyusui (Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awy) serta kakak perempuan Al-Qar’awy yang berusia 8 tahun di atas Al-Qar’awy ini. Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali dalam sebulan. Rajin berpuasa (3 hari setiap bulan, 6 hari di bulan Syawwal, dan 9 hari pertama di bulan Dzulhijah). Rajin membaca buku. Serta mengajarkan anaknya untuk senantiasa berbakti kepada ayahnya, meski sudah meninggal. Masya Allah!

Mungkin dari kita banyak bertanya, bagaimana ibunda dari Syaikh Al-Qar’awy ini mampu mencukupi kebutuhan dua anaknya dengan status janda?

Tentu dapat dikatakan mampu, Gaes. Sebab, kehidupan mereka dinaungi oleh Daulah Khilafah yang menerapkan aturan Islam di dalamnya. Baik kebutuhan pendidikan, maupun layanan kesehatan menjadi tanggung jawab negara seutuhnya. Gratis tanpa dipungut sepeserpun. Disamping itu pula, dalam kebutuhannya dengan status janda, mendapatkan nafkah dari saudara laki-lakinya dan kerabat yang masih hidup. Namun, jika masih belum terpenuhi, maka Negaralah yang nantinya bakal mencukupi kebutuhannya. Wah, jadi pengen yah, hidup di dalam naungannya!

Tak berhenti di situ, perjuangan ibunda Al-Qar’awy menanggung beban amat berat. Bagaimana tidak? Beliau turut bekerja untuk melunasi hutang suami yang sudah meninggal kepada sahabat-sahabatnya. Memberikan pengajaran terbaik kepada anaknya setelah baligh, untuk hidup mandiri seperti halnya belajar berdagang.

So, banyak ibrah yang dapat kita ambil dari kisah yang luar biasa ini, Gaes! Khususnya para muslimah, nih, hihi. Menjadi single parent bukan halangan dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anak. Anak adalah titipan Allah bukan titipan suami karena sudah meninggal. Maka, kembalikan semuanya kepada Allah. Insya Allah, Allah mudahkan jalannya. Serta ibrah lainnya, yaitu ibu adalah teladan terbaik bagi anaknya, Sob. Tentu akan mustahil, jika menginginkan anak sholih-sholihah, namun ibunya malas dalam melakukan hal ketaatan dan ketakwaan kepada Allah secara maksimal. Ibu adalah pencetak generasi tangguh. Maka, upayakan seoptimal mungkin dengan selalu mengkaji Islam secara kaffah!

Wallahu A’lam Bishoshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 249

Comment here