Syiar IslamTsaqofah Islam

Surga dan Neraka

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Fina Fatwa Sari

Wacana-edukasi.com — Sejak kecil, saya tak pernah bercita-cita menjadi seorang guru. Saya punya impian dan cita-cita yang lain, namun sebagai manusia kita hanya bisa berencana tapi rencana dan takdir dari Allah Swt. itulah yang terbaik.

Rasulullah Saw. bersabda :
“Allah telah menulis takdir segala makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Dan ‘Arsy- Nya berada di atas air.” (H.R. Muslim).

Dengan memahami takdir dari Allah Swt. kita tidak akan kecewa dengan apa yang dijalani saat ini begitupun sebaliknya.

Mendidik butuh ilmu

Dengan latar belakang non kependidikan, membuat banyak hal yang harus saya awali untuk mengubah mindset, mulai mengubah buku bacaan, mengikuti pelatihan dan lain-lain. Bersyukur Allah Swt. mempertemukan saya dengan seorang ibu guru yang baik, mengajariku banyak hal dan dari hasil pengamatan membuat pengalamanku semakin bertambah sehingga tekad saya bulat untuk ikut serta berkontribusi dalam dunia pendidikan. Dan Beliau hingga saat ini tetap selalu menjadi orang yang mensupport dan menginspirasi.

Mendidik itu bukanlah hal yang mudah, bertemu dengan berbagai anak dari latar belakang dan karakter yang berbeda-beda diperlukan kesabaran dan kasih sayang. Karena sesungguhnya, “surga dan neraka” seorang guru ada di sekolah. Seorang guru bukan hanya bertugas mentransfer ilmu tapi lebih dari itu, menjadikan kegiatan belajar-mengajar sebagai ladang dakwah seperti metode yang dicontohkan Rasulullah dalam mendidik manusia.

Menjalani profesi sebagai guru dituntut komitmen dan konsistensi tinggi, selain itu dibutuhkan ilmu yang mumpuni sebagai bekal mengalirkan ilmu kepada para anak didik, jangan sampai metode yang diajarkan justru bisa menjadi malpraktik.

Totalitas Cinta

Mengapa harus totalitas? tanpa totalitas sulit bagi seorang pendidik untuk bertahan apalagi ketika menghadapi pekerjaan-pekerjaan besar dan berat.

Pelajaran tentang totalitas, salah satunya bisa kita petik hikmahnya dari kisah Panglima Thariq bin Ziyad, sang penakluk Andalusia atau Spanyol. Panglima Thariq bin Ziyad membakar kapal-kapal pasukannya saat tiba di daratan Spanyol. Panglima Thariq kemudian berkhotbah di hadapan pasukannya :
Wahai pasukan, di manakah tempat untuk lari? Laut membentang di belakang kalian. Dan musuh menghadang di depan kalian. Demi Allah, kini tiada lagi siapa-siapa bagi kalian, kecuali kejujuran dan kesabaran.

Betapa sang Panglima tak ingin melihat pasukannya mundur dan lari melihat musuh yang kuat, tak ingin pasukannya menyerah sebelum berperang dan tak ingin pasukannya melarikan diri dengan kapal-kapalnya karena takut kalah.

Sang Panglima ingin pasukannya total dalam mengembang misi berjuang. Menang atau mati syahid! Dan sejarah pun akhirnya mencatat nama Thariq bin Ziyad dengan tinta emas.

Seperti itulah yang diharapkan seorang pendidik, perlu membangkitkan semangat dalam berjuang mendidik para murid, generasi penerus Agama dan bangsa, karena wajah generasi masa depan salah satunya ditentukan pula bagaimana guru mendidik murid-muridnya.

Imbalan Terbaik

Ingatlah janji Allah Swt. pahala bagi pendidik anak adalah “Surga”. Surga bagi seorang pendidik yang membina anak agar terhindar dari perilaku yang menyebabkan dia tertimpa azab Neraka. Jika anak diajari kebaikan, maka kebaikan itu mengalir sama antara pendidik dan yang dididiknya. Setiap anak didik itu beramal kebaikan, maka gurunya akan turut memperoleh pahala dari kebaikan tersebut.

Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila anak Adam mati, maka putuslah seluruh amalnya kecuali tiga. Yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak Saleh yang berdoa untuknya.” (H.R. Muslim).

Itulah salah satu kemuliaan seorang guru, selain itu bila kita menempatkan pekerjaan mendidik sebagai sarana menolong agama Allah, dengan sendirinya Allah Swt. pun akan menolong kita dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang di hadapi.

Peran Negara

Profesi guru adalah salah satu profesi mulia, karena baik buruknya anak didik juga ditentukan oleh peran guru sebagai orang tua kedua bagi anak.

Namun, peranan negara dalam menyelenggarakan dan menyiapkan kurikulum yang berbasis akidah Islam mutlak di lakukan.

Negara dengan sistem pendidikan saat ini terbukti gagal dalam melahirkan generasi-generasi saleh dan salihah yang sesuai dengan visi dan misi penciptaan manusia di muka bumi.

Sistem saat ini yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme) justru kian memperburuk kondisi pendidikan saat ini.

Generasi yang lahir justru semakin menjauh dari agama. Berbagai problem pun terjadi dimana-mana akibat dari tidak di terapkannya sistem yang sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan sunah.

Wallahua’lam biashshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 34

Comment here