Surat Pembaca

Gen Z Bicara Perubahan, Potensi Besar Kebangkitan Umat

Bagikan di media sosialmu

Gita Zafitri, S.Pd. (Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA--Generasi Z (Gen-Z) hadir sebagai kelompok muda yang tumbuh di era digital, dengan karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa aspirasi Gen-Z sering disalurkan melalui media sosial, meme, poster kreatif, hingga turun ke jalan dalam aksi demonstrasi.

Menurut beberapa psikolog, hal ini mencerminkan respons khas Gen-Z terhadap tekanan sosial dan politik. Namun, sebagian pihak juga menilai bahwa keterlibatan Gen-Z dalam demonstrasi masih rentan karena kontrol diri dan kedewasaan emosional mereka belum sepenuhnya matang.

Fenomena ini menimbulkan perdebatan, apakah gerakan Gen-Z hanya sebatas ekspresi spontan khas anak muda, ataukah merupakan sinyal adanya potensi kebangkitan besar yang dapat mengubah arah peradaban umat?

Psikologi, Kapitalisme, dan Reduksi Kesadaran Politik

Pengklasifikasian karakteristik generasi Gen-Z yang banyak dilakukan oleh para psikolog sering kali diarahkan untuk menyesuaikan mereka dengan kebutuhan kapitalisme. Melalui pendekatan psikologis yang terlalu teknis, kesadaran politik generasi muda seolah dikaburkan.

Alih-alih diarahkan pada perubahan sistemik, Gen-Z justru lebih sering dipetakan berdasarkan preferensi identitas atau gaya hidup. Hal ini berpotensi mereduksi kesadaran kritis mereka, sekaligus meminimalkan eskalasi konflik sosial yang sebenarnya diperlukan untuk menantang ketidakadilan.

Padahal secara fitrah, manusia sejak awal penciptaannya sudah memiliki naluri untuk menolak kezaliman. Dorongan Gen-Z untuk turun ke jalan, bersuara di media sosial, atau menyuarakan aspirasi politik sesungguhnya bukan sekadar “emosi remaja”, melainkan ekspresi alami dari sifat manusia yang membutuhkan solusi nyata dalam menghadapi ketidakadilan.

Fenomena nyata bisa dilihat dari beberapa demo yang terjadi di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah demo besar-besaran yang terjadi di Makassar, 29 Agustus 2025. Ketika ribuan massa yang mayoritas dari kalangan muda turun ke jalan dan menduduki Gedung DPRD Makassar, serta DPRD Sulawesi Selatan. Aksi tersebut awalnya berupa orasi, tetapi berubah menjadi kericuhan dengan terbakarnya gedung DPRD, kendaraan, hingga menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.

Insiden ini menunjukkan bahwa kemarahan publik, khususnya anak muda, bisa meluap ketika ketidakadilan tidak tertangani. Kejadian ini juga sekaligus memperlihatkan bahwa tanpa arah perjuangan yang jelas, energi besar tersebut bisa berujung pada kerusakan fisik tanpa menghasilkan perubahan substantif.

Islam sebagai Panduan Perubahan Hakiki

Islam memandang manusia bukan sekadar objek psikologi yang harus dikendalikan, melainkan makhluk yang memiliki fitrah dan khasiat al-insan. Manusia memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat, bukan semata-mata berdasarkan tuntutan psikologis modern.

Dalam Islam, mekanisme perubahan sosial sudah diatur sejak masa Rasulullah saw. Ajaran muhasabah lil hukam (mengoreksi penguasa) adalah bagian penting dari tradisi Islam. Sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl: 125 dan hadits tentang peran sayyidusy-syuhada’ (pemimpin para syuhada) yakni Hamzah bin Abdul Muthalib, serta orang yang berani berkata benar di hadapan penguasa zalim.

Semangat Gen-Z yang terlihat dalam demo di Makassar sebenarnya bisa diarahkan pada jalur perjuangan yang lebih terstruktur. Jika energi itu hanya dibiarkan dalam bentuk emosi dan anarkisme, hasilnya bisa menambah kerugian dan korban. Tetapi bila diarahkan pada perjuangan ideologi Islam, yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, potensi tersebut bisa menjadi kekuatan perubahan hakiki (taghyir).

Demo yang terjadi di Indonesia, seperti di Provinsi Sulawesi Barat (Majene), dan Makassar adalah bukti bahwa generasi muda memiliki keberanian untuk menantang ketidakadilan. Namun, keberanian itu tidak cukup bila hanya dilampiaskan dalam bentuk ledakan emosi sesaat. Islam mengajarkan bahwa perubahan sejati hanya mungkin terjadi jika diarahkan oleh sistem yang benar, dengan tujuan yang jelas, dan mekanisme yang tertata.

Dengan demikian, kebangkitan umat yang ditopang oleh Gen-Z bukanlah sekadar kemungkinan, melainkan sebuah keniscayaan. Pertanyaannya, apakah energi besar itu akan dibiarkan meledak tanpa arah, ataukah diarahkan pada perjuangan ideologis yang mampu menegakkan keadilan sejati? Maka tentu saja harus terarah sesuai tuntunan syariah. Sehingga, berpotensi mewujudkan kebangkitan umat. Wallahu ‘Alam Bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 14

Comment here