Oleh: Mia Mulyati (Pegiat Literasi dan Aktivis Dakwah Kampus)
Wacana-edukasi.com, OPINI–Lagi dan lagi, biang kehancuran dari kapitalisme mencuat kembali ke permukaan. kali ini datang dari segi keamanan dan pengawasan yang tidak komprehensif dan hanya mengandalkan kepada keuntungan. Judi online menjadi faktor permasalahan yang tidak henti-hentinya selalu mencederai masyarakat bahkan lebih parah merusak generasi yang katanya akar peradaban.
Dilansir dari beritasatu.com (19/5/2025) menunjukkan bahwa per 8 Mei 2025 mencatat data mengenai judi online pada anak-anak dari sumber Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terdapat 197.054 anak usia 10-19 tahun terlibat dalam aktivitas judol dengan nilai deposit mencapai Rp50,1 miliar pada triwulan 1 tahun 2025 .
Nilai yang fantastis dan mengguncang keamanan di negeri ini. Jika hal ini terus dipertahankan tanpa ada kebijakan yang tegas dalam memberantas persoalan judi online bisa lebih fatal akibatnya ke depan atau bahkan akan memberikan angka dan nilai lebih fantastis dari data yang telah ada. Data menunjukkan 39.818.000 transaksi judi online telah terjadi dari Januari hingga Maret 2025. Jika dibiarkan, diproyeksikan jumlah transaksi bisa mencapai sekitar 160 juta di akhir tahun. Yang lebih mendesak, tanpa langkah-langkah serius dari pihak berwenang, aliran dana dari perjudian online dapat membengkak hingga Rp 1.200 triliun pada penghujung tahun 2025 (cnbcindonesia.com, 11/5/2025).
Sepakat dengan pernyataan Kepala PPATK Ivan Yustiavandana dalam siaran Pers Promensisko 2025 pada tanggal 8 Mei 2025 bahwa, “angka-angka yang ada ini bukan sekedar angka, namun dampak sosial dari persoalan besar kecanduan judi online ini adalah konflik rumah tangga, prostitusi, pinjaman online dan lain-lain.” (cnbcindonesia.com, 8/5/2025). Memang betul, ini bukanlah sekadar angka, namun dampak dari persoalan yang ada seperti yang diungkapkan kepala PPATK tersebut. Namun apakah hanya sebatas itu saja permasalahan ini bermula?
Kapitalisme Biang Kerusakan//
Judi online yang menyerang generasi bukan kebetulan ada, namun sudah dirancang dengan sedemikian rupa untuk bisa menjangkau pasar digital terutama kepada anak-anak. Dengan tampilan dari fitur judi online yang menarik dan terkesan seperti permainan game memberikan ketertarikan sendiri terhadap anak-anak untuk mencoba menggunakan judi online. Hal ini dilakukan oleh kapitalisme untuk meraup keuntungan laba yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan kehidupan generasi yang tersesat dalam kecanduan judol. Inilah wajah asli kapitalisme, rakus dan tidak bermoral.
Sistem kapitalisme tidak bisa melindungi anak-anak dari ganasnya arus digital yang semakin tidak terkontrol bahkan memfasilitasi untuk bisa masuk arus global. Dalam sistem kapitalisme cuman memikirkan bagaimana arus kapital terus berputar dan bisa mencukupi kehidupan meskipun menaruhkan kehidupan anak-anak bangsa. Dalam sistem ini kebijakan yang ada tidak bisa memberantas secara total judi online, yang terjadi hanya bisa tebang pilih bukan memberantas seluruh perjudian digital yang ada. Masih banyak situs ilegal yang tetap aktif karena kurangnya pengawasan dari negara. Sehingga akan muncul situs-situs baru dengan domain yang berbeda untuk bisa melancarkan kebutuhan kapital yang semakin merajalela. Hal ini menunjukkan lemahnya pengawasan dalam sistem kapitalisme. Jika ada laba yang mendatangkan keuntungan akan dipertimbangkan. Karena asas dalam sistem ini adalah kepentingan dan manfaat semata bukan untuk membentuk kepribadian anak yang akan menjadi permata untuk kehidupan negeri.
Kapitalisme gagal memberikan solusi yang hakiki terhadap pemberantasan judi online. Akar permasalahan dari judi online adalah tidak adanya pengawasan dan ketegasan dalam negara dalam memilah dan memilih bentuk penyimpangan dari perkembangan digital seperti situasi saat ini. Namun yang dilakukan sistem kapitalisme adalah kebebasan tanpa ada batas yang kemudian memunculkan situs-situs judi online baru. Standar halal haram dimusnahkan dalam sistem kapitalisme liberalisme.
Melihat bobroknya sistem kapitalisme dalam memberantas persoalan judi online yang tidak ada titik temu dalam membunuh makar-makar digital yang negatif ini, saatnya masyarakat mulai sadar dan berpaling menuju sistem Islam yang kaffah. Islam mampu memberantas permasalahan judi online dari akarnya hingga tidak ada celah untuk muncul kembali karena standar yang dipakai adalah standar syariat yang mementingkan halal dan haram ketika melihat persoalan bukan asas manfaat yang menjadi pertimbangan.
Dalam sistem Islam kehidupan masyarakat akan terbentuk melalui pendidikan. Anak-anak akan dibentuk kepribadiannya dan pola pikirnya sehingga mengetahui halal haram dari perbuatan yang dikerjakannya. Dalam Islam, peran keluarga terkhusus seorang Ibu sangat sentral perannya dalam membentuk generasi yang rabbani. Ibu adalah madrasah awal anak-anaknya yang akan berkewajiban membentuk kepribadiannya dari masa kecil melalui penerapan akidah yang sesuai dengan syariat. Namun seorang Ibu dalam sistem kapitalisme dibentur dengan realitas dan kebutuhan hidup di sistem kapitalisme. Ibu dituntut untuk bekerja dan menghasilkan uang untuk bisa mencukupi kebutuhan yang selalu kekurangan. Sehingga tidak ada waktu untuk bisa mendidik secara aktif anak-anaknya.
Dalam Islam bukan hanya keluarga saja yang berperan dalam menyampaikan pendidikan kepada anak, namun peran negara ikut berkontribusi dengan menyediakan pendidikan yang aktif serta terbebas dari pembiayaan alias gratis. Sehingga semua rakyatnya bisa mengenyam pendidikan tanpa perlu memikirkan tunggakan keuangan. Sistem pendidikan Islam pembentukan pola pikir dan kepribadian islami menjadi patokan keberhasilan dari pendidikan yang dijalankan, bukan seperti kapitalisme yang menyiapkan pendidikan hanya dijadikan sebagai arus kapital agar berjalan. Fokus dari pendidikan kapitalisme mencetak generasi untuk siap terjun di industri dengan menyampingkan pola pikir dan kepribadian dari generasi. Sehingga yang terjadi adalah tidak bisa membedakan halal dan haram ketika terjun di dunia pekerjaan. Semua yang mendatangkan keuntungan akan diraup dengan rakus untuk bisa menghasilkan laba yang sebesar-besarnya.
Dalam Islam anak dibentuk kepribadiannya melalui pengajaran mengenai akidah. Pengajaran akidah ini dibentuk untuk bisa memilih mana yang baik untuk dikerjakan atau yang harus ditinggalkan sehingga tidak akan ada kasus perjudian seperti yang sedang marak saat ini. Karena standar yang dipakai dalam pola pikirnya adalah halal dan haram untuk bisa mendapatkan rida Allah swt.
Negara Islam alias khilafah akan mengawasi secara total teknologi yang berkembang pesat seperti saat ini. Negara Islam akan menginstal teknologi secara mandiri untuk kepentingan pedidikan, ekonomi, keamanan, dan dakwah Islam. Sehingga situs-situs yang haram seperti judi online tidak mudah masuk dan menyerang anak-anak karena pengawasan yang dilakukan negara Islam sangat ketat dan penuh dengan tangung jawab. Karena pemimpin dalam Islam bukan hanya menjalankan tugasnya sebagai kepala negara saja namun sebagai hamba yang menjalankan syariat Islam yang berasal dari Wahyu Allah swt. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“ Imam (Pemimpin) adalah pengurus raakyat, dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Inilah model kepemimpinan yang hakiki. Dalam sistem Islam seorang pemimpin bukan hanya memerintah kebijakan semata namun bisa melindungi, mengawasi, dan memastikan rakyatnya bisa hidup tentram dan terhindar dari maksiat termasuk judi online yang merusak akidah dan kepribadian. Wallahu alam bish-showwab. [WE/IK].
Views: 6
Comment here