Opini

Wanita Bahagia Muru’ah Terjaga

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Azka

Wacana-edukasi.com — Desember menjadi bulan istimewa bagi sebagian wanita. Dunia mengenang bulan ini sebagai hari ibu. Sebuah hari yang sebagain kalangan menjadikannya sebagai momen istimewa untuk menghormati pengorbanan seorang ibu. Berbagai tradisi pun mereka lakukan. Mulai dari mengucapkan selamat, hingga memberi kejutan yang abadi dalam kenangan.

Sebagai makhluk yang diberi kekuatan rasa, seorang wanita akan mudah untuk saling berempati dengan sesamanya. Bahagia akan dirasa bersama, begitupun jika ada yang terluka maka seorang akan ikut merasakannya. Seperti kabar yang tengah viral diberitakan bahwa seorang wanita yang bekerja di perusahaan es krim ternama, PT Alphen Food Industry (aice) mengalami pengangkatan jaringan rahim karena keluhan endometriosis.

Wanita bernama Elitha Tri Novianty tersebut, telah mengeluhkan kondisinya jauh-jauh hari kepada pihak perusahaan dengan harapan pihak perusahaan akan memberi keringanan dengan memindahkannya ke divisi lain yang tidak memberatkan kondisinya saat itu. Namun, pengaduan yang diajukan seolah-olah tak berbalas. perusahaan pun bergeming. Sang ibu tetap bekerja di bagian yang sebetulnya membahayakan fisiknya.

Puncaknya adalah saat ia mengalami pendarahan karena beban angkut barang yang terlalu berat. Operasi pun harus dilakukan dan wanita tersebut kehilangan jaringan rahimnya. Wanita mana yang tidak ikut terenyuh mendengar kejadian tersebut? ini hanya satu dari sekian kejadian memilukan yang menimpa buruh wanita di pabrik es krim Aice.

Dilansir dalam tribunjabar.com, Sarinah, Juru Bicara Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR), yang mewakili serikat buruh Aice, menyatakan bahwa sejak tahun 2019 hingga saat ini sudah terdapat 15 kasus keguguran dan enam kasus bayi yang dilahirkan dalam kondisi tak bernyawa dialami oleh buruh perempuan Aice.

Fakta menyedihkan yang dialami para ibu dan wanita pekerja tampaknya akan mengalami fase yang sangat panjang. Berbagai perlakuan tidak adil diterima kaum wanita yang menjadi bumper perekonomian. Ditekan dalam kondisi yang serba sulit, membuat mereka berpikir untuk membantu perekonomian keluarga. Derasnya arus opini yang mendorong wanita untuk semakin “aktif” di luar rumah, menambah dilema wanita dan menjadikan mereka akhirnya terjebak dalam sebuah kondisi. Merasa bermanfaat jika materi bisa didapat, dan semakin terpuruk jika hanya mengurusi urusan domestik semata.

Inilah jargon yang sengaja ditiupkan untuk mengkerdilkan peran kaum wanita sebagai katalisator peradaban. Dengan iming-iming eksistensi diri dan pemberdayaan ekonomi, mereka dipaksa untuk bergerak seperti kaum lelaki. Bekerja sebagaimana lelaki. Berkiprah tak ubahnya lelaki untuk mencari nafkah.

Di saat yang sama terjadi pengabaian terhadap hak biologis seorang wanita. Memiliki rahim, mengandung, melahirkan, serta menyusui menjadi fakta biologis yang sulit terbantahkan bahwa bersama dengan hal tersebut, sesungguhnya wanita diciptakan untuk mengemban peran yang berbeda dengan lelaki.

Demikianlah kapitalisme sekuler memperlakukan kaum wanita. Kegagalan mereka memahami fitrah penciptaan membawa mereka gagal menciptakan aturan yang akan melindungi kaum wanita. Kemanfaatan materi dan kesenangan jasadi menjadi tujuan tertinggi dalam setiap kebijakan dalam sistem ini.

Terbukti bagaimana RUU cipta kerja memuat pasal pasal yang justru semakin mengabaikan hak kaum wanita yang bekerja. Pasal pasal yang mengatur tentang cuti haid, dan melahirkan tak lagi memihak kepada wanita. Wanita tak mendapat hak upah saat mengajukan cuti tersebut. Dengan kata lain, jika ingin penghasilan maka sebisa mungkin seorang wanita harus menghindari cuti dengan alasan apapun.

Keberadaan aturan yang tidak memihak wanita ini menjadikan kaum perempuan jatuh terperosok ke lubang ketidakberdayaan. Opini pemberdayaan perempuan yang berhasil dihembuskan, akhirnya diakhiri dengan aturan yang menekan mereka dalam kerugian berkepanjangan.

Lantas, di mana wanita mencari bahagia? Islam ternyata punya solusinya. Selama 14 abad lamanya wanita berhasil menduduki posisi mulia dan berjaya dalam peradaban. Syariat menjamin, bagaimana wanita semestinya diperlakukan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat.” (HR. Ibnu Majah)

Pun demikian sejarah mencatat banyaknya peristiwa yang menjadikan wanita terjaga kehormatannya serta terjamin hak hidupnya. Contohnya, bagaimana sigapnya sang Khalifah Almu’tashim billah yang mengirimkan ribuan pasukan untuk membela satu wanita muslim yang dilecehkan oleh seorang Yahudi di dataran Eropa.

Bahkan jauh sebelum hari itu, Khalifah Umar bin Khattab membawakan sendiri gandum untuk makanan seorang janda papa beserta anak- anaknya.

Lahirnya para ilmuwan sekaligus ulama selama 14 abad islam berkuasa menjadi bukti selanjutnya bahwa wanita merupakan pionir kebangkitan. Terjaganya fitrah mereka untuk melakukan kewajiban utama sebagai umm warabbatul bait serta ibu peradaban menjadikan perempuan menjadi sosok penting tak tergantikan.

Diterapkannya syariat secara kaffah telah menjadikan wanita mendapatkan bahagia dan terjaga muru’ahnya.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 45

Comment here