Opini

Masa Pandemi, Dilema Para Guru

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Zulhijrah Sondeng, S. Pd (Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com — Dilansir dari Tribunpalu.com, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulteng mencatat, terdapat 66 temuan kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada Sabtu, 2 Januari 2021. Temuan ini tersebar di sejumlah kabupaten/kota, meliputi Donggala terkonfirmasi 7 orang, Morowali Utara 4 orang, Parigi Moutong 12 orang, Poso 2 orang, Sigi 3 orang, Toli-toli 3 orang, dan Kota Palu sebanyak 35 orang.

Menyikapi data perkembangan konfirmasi positif Covid-19 di Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Morowali Utara, serta untuk menghindari penyebaran lebih meluas dari virus tersebut. Dengan ini, Kepala Dinas Kabupaten Morowali Utara menghimbau untuk menunda kegiatan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 secara tatap muka disemua satuan pendidikan, dan dialihkan kedalam bentuk pembelajaran jarak jauh melalui daring/luring/modul, serta pembelajaran lain sejenis pada jejaring sesuai kewenangannya sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan, mengingat perkembangan dan perluasan penyebaran covid virus disease 2019 yang belum dapat diselesaikan.

Hal tersebut membuat dilema para guru terutama guru yang berada di desa terpencil, di mana mereka harus menyediakan bahan ajar yang penuh keterbatasan. Misalnya, buku atau modul yang tidak tersedia di sekolah tersebut. Selain itu, jaringan internet yang kurang memadai, sehingga tidak bisa menjangkau untuk melakukan pembelajaran daring terhadap siswa-siswi yang berada di pelosok.

Rasa dilema ini ternyata tidak hanya dirasakan para guru, siswa pun merasakan hal yang sama terutama siswa yang tidak memiliki HP android. Kalaupun mereka punya HP tapi terkendala dengan pulsa data (kuota), karena dimasa pandemi penghasilan orang tua siswa tidak normal seperti biasanya apalagi di Kecamatan Bungku Utara sebagian besar penduduknya adalah petani namun perkebunan bukan milik pribadi. Jadi penghasilan yang didapatkan hanya semata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akan tetapi rasa dilema ini semakin meningkat dirasakan seorang guru disaat semester, karena tugas yang diberikan guru lewat online hanya sebagian kecil siswa-siswi yang mengumpulkan tugasnya sementara guru diharuskan untuk menginput nilai hasil belajar siswa tersebut, ketika tugas-tugas mereka tidak di kerjakan bagaimana mungkin mereka bisa memperoleh nilai untuk mencapai ketuntasan pembelajaran?

Rasa dilema yang dirasakan guru-guru saat ini belum mendapatkan solusi sampai detik ini. Entah dari sekolah atau pun pemerintah, aturan yang ada saat ini hanya menambah beban bagi para guru apalagi dimasa pandemi.

Selain itu, ternyata permasalahan lain yang dihadapi guru saat pandemi khususnya guru honorer tidak hanya itu, tapi gaji mereka dimasa pandemi pun sangat berpengaruh dimana gaji mereka hanya terbayar setengah dari gaji sebelumnya. Padahal tugas guru dimasa pandemi lebih berat karena harus mencari siswa-siswi sampai ke rumah mereka jika mereka tidak memiliki HP, atau jaringan yang tidak memadai.

Oleh karena itu, dengan melihat gambaran di atas harusnya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dengan memberikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran dan memberikan gaji yang sepadan dengan kinerja mereka terutama dimasa pandemi saat ini. Selain itu, pemerintah pun harus membuat aturan atau undang-undang tentang “kemuliaan seorang guru” agar peserta didik tidak berlaku sewenang-wenangnya terhadap sosok seorang guru yang menjadi pengganti orang tua mereka di sekolah.

Nabi SAW bersabda: โ€œBarangsiapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barangsiapa memulikan aku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barangsiapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surgaโ€ (dalam Lubab al-Hadits oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi)

Dari hadist di atas dapat di simpulkan, bahwa begitu mulianya sosok seorang guru dalam Islam. Sejarah telah mencatat, bahwa guru mendapatkan penghargaan tertinggi oleh negara termaksud pemberian gaji yang dapat melampaui kebutuhan mereka sehingga seorang guru atau pendidik tidak perlu lagi mencari pekerjaan tambahan di luar jam sekolah. Mereka hanya fokus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tugas guru tidak hanya mendidik tetapi guru pun harus membina siswanya agar kelak mereka mengenali jati diri mereka sesungguhnya, dan seorang guru tidak akan lelah untuk melakukan hal tersebut, semua itu mereka lakukan demi memperoleh kebaikan dunia-akhirat untuk anak didik mereka kelak.

Selain itu, dari segi sarana dan prasarana dimasa khilafah pun sangat menjamin dan semua itu di dapatkan secara gratis dari negara untuk memudahkan tugas mulia seorang guru. Karena salah satu faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran harus adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sungguh luar biasa kemuliaan dan kesejahteraan seorang guru. Semua itu akan didapatkan jika Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.ย Maka dari itu, saatnya kita berhijrahย  menuju penerapan Islam kaffah .

๐™’๐™–๐™ก๐™ก๐™–๐™๐™ช ๐˜ผ’๐™ก๐™–๐™ข ๐˜ฝ๐™ž๐™จ๐™จ๐™–๐™ฌ๐™–๐™—

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 3

Comment here