Opini

Generasi Muda Terancam Sekularisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sherlina Dwi Ariyanti, A.Md.Farm.
(Aktivis Dakwah Remaja)

wacana-edukasi.com– Mata rasanya tak sanggup lagi melihat fakta menyesakkan hati. Telinga tak ingin mendengar berita yang mengiris perasaan. Namun sayang, diri ini tak bisa menghindar dari kenyataan bahwa generasi muda saat ini berani melakukan tindakan yang di luar nalar manusia normal. Dilansir dalam Detik.com(21/07/2022) bahwa bocah kelas enam SD di Tasikmalaya jadi korban bullying. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya.

Psikiater RSIA Limijati kota Bandung dr Elvine Gunawan menuturkan kepada tim Detik.com bahwa kasus bullying bukan hal baru.
Namun, kasus kali ini merupakan hal yang mengejutkan. Hal ini dikarenakan belum pernah ada kasus semacamnya. Diperlukan observasi lebih dalam terkait kasus ini karena tindakan yang dilakukan oleh pelaku tidak wajar untuk anak usianya. Perlu menjadi perhatian khusus untuk menindaklanjuti kasus ini agar bisa mendapat solusi yang tepat.

Generasi Terancam Rusak

Jika berkenan menilik lebih jauh atas kasus remaja belakangan ini akan ditemukan banyak kejadian tak sesuai dengan usianya. Pro kontra atas apa yang remaja lakukan selalu ada, tidak peduli tindakannya benar atau salah. Padahal menurut Femmy Eka Kartika Putri mengatakan, pembangunan kepemudaan mempunyai peran yang penting dan strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang maju, berkualitas, dan berdaya saing. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK tersebut menyatakan bahwa mereka punya potensi yang besar untuk ikut berkontribusi dalam setiap aspek pembangunan bangsa terutama dalam upaya memajukan perekonomian(kemenkopmk, 2022).

Dikutip dari website pemerintahan kabupaten Buleleng bagian kesejahteraan rakyat jika para pemuda dalam suatu negara mengalami kerusakan moral dan agama, maka sangat disayangkan nasib bangsa itu nantinya. Karena bagaimanapun, pemuda adalah kader bangsa yang harus terbina dengan segala bentuk pendidikan. Baik itu pendidikan kejiwaan (psykologi) sampai pendidikan politik.

Banyak bukti yang menyatakan tentang besar potensi pemuda untuk negara. Namun untuk saat ini hanya segelintir pemuda yang sadar tentang potensi tersebut. Hal ini disebabkan permainan asing yang menyerang pemikiran para pemuda. Bahkan peran ini sulit terwujud ketika individunya tidak mengambil peran bahkan cenderung melakukan aktivitas yang sia-sia hingga bernilai dosa.

Sejatinya, pemuda yang berkualitas harus memiliki moral baik dan agama yang baik. Tapi tak bisa dimungkiri bahwa pemuda saat ini digiring untuk menjauhi agamanya sendiri terutama pemuda muslim. Agenda besar ini jelas menyerang pemuda dari berbagai aspek yang digandrungi pemuda. Mulai dari pendidikan, budaya pakaian, media sosial, bahkan kuliner. Pemuda disuguhi dengan berbagai hal bersifat hedonisme sehingga melupakan hakikat tujuan hidupnya.
Dampak besar dari permainan ini adalah fondasi pemuda dalam kehidupan tak sekuat karang.

Pemuda yang pada dasarnya merupakan agent of change menjadi objek perubahan oleh budaya asing. Budaya yang tak sesuai dengan fitrah manusia. Penjelasan ini menjadi faktor dasar dari kejadian bocah SD yang melakukan bullying kepada teman sebayanya untuk menyetubuhi kucing. Hal ini karena sistem sekularisme yang rusak akan menciptakan generasi rusak. Edukasi yang bersifat persuasif namun tak didukung dengan lingkungan.

Islam Menjaga Pemuda

Islam adalah suatu agama yang sangat memperhatikan pemuda. Yusuf Al-Qardhawi seorang ulama besar Mesir kontemporer berkata, “Apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini”. Kemajuan bangsa dapat diraih ketika pemuda mengerti hakikat kehidupan. Pada dasarnya pemuda berkualitas yang tepat dijadikan panutan adalah pada zaman Rasulullah. Namun hal ini jangan menjadikan pemuda kecil hati karena tugas pemuda saat ini memanfaatkan usia muda dengan sebaik-baiknya seperti sabda Rasulullah SAW.

“Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima: masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum datangnya sakitmu, kayamu sebelum datangnya miskinmu, kesempatanmu sebelum datangnya kesempitanmu dan hidupmu sebelum engkau mati”. (H.R. An-Nasai)

Perintah yang telah diberikan tidak akan terlepas dari solusi islam. karena islam merupakan agama sempurna yang menyajikan segala jawaban seperti firman Allah
Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan sesuatu…‛ (Q.S. An-Nahl: 89)

Pada zaman Rasulullah juga telah memberikan contoh bagaiamana dalam memanfaatkan masa muda, sesuai sabda Rasulullah :

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Waki’ berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Najih -ia tsiqah (terpercaya) – dari Abu Imran Al Jauni dari Jundub bin Abdullah ia berkata; “Ketika kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pada saat itu kami merupakan sosok pemuda-pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari al-Qur’an, kemudian kami mempelajari al-Qur’an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan kami.”
Jelas kualitas pemuda islam pada zaman Rasulullah dididik dari keimanan terlebih dahulu, memahami hakikat kehidupan sebenernya. Pemuda pada zaman itu memahami apa tujun hidup sebenarnya sehingga menjadikan islam sebagai sumber hukum atas segala tindakan yang diambil.

Pemuda yang kokoh fondasi keimanannya sulit untuk melakukan hal-hal yang mengundang murka Allah karena paham bahwa apapun itu akan selalu Allah minta pertanggungjawaban. Islam menyajikan bagaimana tahapan secara global untuk mendidik pemuda agar tak terancam oleh sistem yang rusak.

Hal yang dilakukan adalah upaya untuk menumbuhkan keimanan melalui proses berfikir untuk membangun fondasi yang kuat. Mendidik untuk menumbuhkan kemampuan pemuda dalam berinteraksi dengan masyarakat luas. Terakhir adalah kemampuan untuk membangun persatuan dan kesatuan umat muslim karena mewujudkan sistem yang sesuai dengan islam tak bisa dalam lingkup individu saja, harus ada dukungan dari penguasa. Terlihat jelas bagaimana perbedaan pengelolan potensi pemuda dalam sistem kapitalisme dengan sistem islam. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 36

Comment here