Surat Pembaca

Sebuah Renungan: Kerusakan di Darat dan di Laut, Akibat Siapa?

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Belum bisa bangkit dari pandemi covid-19, negeri ini dilanda bencana lain. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.829 bencana alam melanda Indonesia selama 2021. Data BNPB yang diterima Minggu, 6 September 2021, memperlihatkan banjir terjadi 750 kali di seluruh Nusantara. Selain itu, cuaca ekstrem terjadi 477 kali, tanah longsor 346 kali, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 206 kali. Banjir mendominasi bencana alam di Tanah Air (medcom.id, 06/09/21). Fenomena bencana alam diatas terutama banjir, selalu terjadi hampir tiap tahun di negeri ini. Yang menjadi pertanyaan, mengapa hal ini terus berulang? Apakah murni karena faktor alam?

Tidak hanya bencana alam yang melanda negeri ini, bencana lain pun siap-siap akan melanda negeri ini jika pemerintah lalai dalam mengeluarkan kebijakan. Presiden Joko Widodo menghapus limbah batu bara (FABA) dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun. Keputusan tersebut tertuang dalam PP 22/2021. Aturan ini merupakan turunan dari Undang-undang 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Selain limbah batu bara, Jokowi juga menghapus limbah sawit yang berasal dari hasil penyulingan atau biasa dikenal dengan spent bleaching earth (SBE) dalam limbah berbahaya (cnnindonesia.com, 15/03/21).

FABA maupun SBE merupakan limbah yang berbahaya. SBE saat ini sering dibuang begitu saja di tanah. Mengutip sebuah makalah di AIP Conference Proceedings, limbah penyulingan sawit ini dapat menyebabkan polusi berat air dan udara (nationalgeographic.grid.id, 16/03/21).

Mengenai FABA sendiri, Direktur Program dan Kampanye Trend Asia (LSM pemerhati lingkungan) Ahmad Ashov Birry mengatakan kebijakan Jokowi tersebut akan berdampak pada pencemaran lingkungan hingga kesehatan masyarakat. Ashov menjelaskan limbah batu bara sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Limbah itu mengandung zat-zat pemicu kanker, seperti arsenik, timbal, dan merkuri. Menurutnya, saat limbah batu bara masuk kategori limbah B3, pencemaran sudah terjadi. Banyak perusahaan membiarkan limbah batu bara beterbangan ke rumah-rumah warga (cnnindonesia.com, 12/03/21).

Astaghfirullah. Tidak terbayang bagaimana nasib generasi bangsa selanjutnya jika bencana-bencana di atas tidak ditangani dengan benar. Bencana di atas terjadi bukan hanya karena faktor alam yang berubah, tetapi banyak andil manusia jahil yang mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Tidakkah kita merenungi firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41, yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ditambah dengan kebijakan pemerintah yang terkesan abai dalam membuat kebijakan sehingga berdampak terhadap lingkungan maupun kesehatan yang akhirnya bisa merenggut nyawa rakyatnya akibat dari limbah berbahaya. Masihkah kita berharap pada sistem buatan manusia?

Sartika Yuniarti, Bogor

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 32

Comment here