Surat Pembaca

Sampah Masih Menjadi Masalah Berkepanjangan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Santy Mey

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Permasalahan sampah, sudah terjadi sejak lama, walaupun telah beberapa pergantian pemimpin, belum juga ada solusi yang tuntas. Sehingga, masalah sampah masih menjadi polemik yang berkepanjangan. Hampir disetiap titik diKabupaten Bandung terdapat tumpukan sampah, tak terkecuali di Pasar Baleendah terlihat sampah sampai menggunung.

Walaupun, pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Bandung telah berupaya melakukan pengangkutan sampai 14 tronton sampah, tetapi tetap saja masih banyak. Masalahnya, belum tersedianya tempat pembuangan sampah bagi warga, sehingga TPS Pasar Baleendah masih di jadikan tempat pembuangan akhir oleh warga.

Menurut Ginanjar selaku Kepala UPDT Pasar Baleendah, pihaknya sudah melakukan upaya dalam mencari solusi terbaik dengan mengadakan pertemuan dengan pihak DLH dan perwakilan pedagang pasar.

Di karenakan, masih menjadi PR besar bagi pemerintah dalam menangani dan menyelesaikan masalah sampah tersebut. Sebab negara ini termasuk negeri yang konsumtif, dengan mayoritas penduduk menengah kebawah, sehingga banyak menyumbangkan sampah pelastik.

Namun sampai saat ini, belum ada solusi yang solutif dari permasalahan sampah tersebut, hal ini berindikasi tidak adanya keseriusan dari pemerintah dalam menanganinya. Selain itu, minimnya kesadaran dari masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.

Pemerintahan Demokrasi yang terlalu sibuk dengan pembangunan-pembangunan, sehingga lalai akan kewajibannya untuk meriayah umat, kurangnya penyuluhan bahkan sosialisasi berkenaan dengan sampah pun tidak kontinu dan menyeluruh.

Alhasil, masih banyak warga yang buang sampah sembarangan di pinggir-pinggir jalan, trotoar, bahkan sampai buang sampah ke sungai yang mana di musim penghujan seperti sekarang ini bisa menimbulkan masalah baru. Sungai yang di penuhi sampah akan menyumbat arus air, sehingga mengakibatkan banjir.

Walhasil, kasus sampah sampai kapanpun tidak akan pernah terselesaikan, apabila negeri ini masih menganut sistem yang salah, mengambil aturan-aturan yang di buat manusia, hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan, jika kebijakan menguntungkan bergerak cepat, itulah watak sistem ekonomi kapitalis.

Dalam sistem sekularisme mengurusi masalah sampah tidak begitu penting ketimbang pembangunan infra struktur yang mendatangkan untung banyak, sehingga pengadaan lahan untuk kontruksi jalan tol lebih di utamakan ketimbang pengadaan lahan untuk tempat pembuangan sampah (TPS).

Jadi terlihat jelas, dalam sistem demokrasi kapitalisme yang sedang berpijak saat ini, tidak adanya keharmonisan antara pemerintah dengan rakyat. Dimana, negara abai terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya untuk meriayah umat, sehingga masyarakat pun menjadi tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, maka yang terjadi hanya saling menyalahkan.

Terlebih lagi kebijakan dari pemerintahan saat ini, tidak berpihak kepada rakyat tetapi hanya berpihak pada korporasi saja, sementara rakyat diabaikan dan ternyata sikap pemerintah selama ini hanya bersandiwara ingin terlihat peduli dalam mensejahterakan rakyat, padahal kenyataanya mencekik rakyat.

Padahal kita tahu, bahwa masalah sampah salah satu dari sekian banyaknya permasalahan yang ada, dan karena sampah juga yang menyebabkan munculnya masalah baru.

Tumpukan sampah yang teronggok di sungai -sungai akan menghambat laju arus air, sehingga meluap ke permukaan maka terjadilah banjir. Kemudian, akibatnya banyak infrastruktur yang rusak. Mirisnya, ternyata pemerintah tidak menyadari hal itu.

Andaikan saja, negara ini mau belajar dari negara lain seperti Korea, Hongkong, Swedia dan Jepang yang terkenal dengan kebersihannya. Dimana negara Jepang memiliki mesin yang bisa mendaur ulang dan mengolah sampah menjadi energi listrik.

Maka negeri ini yang padat penduduk dengan mayoritas menengah kebawah, sehingga banyak menyumbang sampah plastik yang tidak mudah terurai, di butuhkan kreativitas untuk mendaur ulang. Maka disini di butuhkan peran negara untuk mewujudkannya.

Berbeda halnya dengan sistem Pemerintahan Islam, khilafah memahami bahwa kebersihan sebagian dari pada Iman, maka siapa saja yang memiliki ke imanan tentunya akan selalu menjaga kebersihan. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW selalu menjaga kebersihan.

Dengan demikian, seorang khilafah sebagai raain bertanggung jawab untuk meriayah umat, maka akan senantiasa memberikan contoh baik dengan selalu mengutamakan kepentingan bagi rakyat banyak, menyediakan fasilitas-fasilitas umum serta memberikan penyuluhan-penyuluhan terkait permasalahan yang sedang terjadi.

Maka di tangan khalifah, segala permasalahan akan mudah diatasi dengan baik, terkhusus masalah sampah sedari awal ditanamkan rasa kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan, dimulai dengan ditanamkan kebersihan diri sendiri dalam keluarga, sebagaimana kebiasaan Rasulullah SAW.

Dengan demikian, akan terbiasa pula untuk menjaga kebersihan dimanapun kita berada, tidak membuang sampah sembaranga kunci utama menjaga kebersihan lingkungan.

Tak kalah pentingnya untuk selalu memberikan penyuluhan, terkait pemilahan sampah baik organik, anorganik maupun residu. Agar masyarakat paham jenis sampah mana yang bisa di daur ulang, sehingga bisa bermanfaat kembali.

Wallahu’alam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 8

Comment here