Syiar IslamTabligul Islam

Reminder with “Why”

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ana Mujianah

“Orang tidak membeli APA yang Anda lakukan, mereka membeli KENAPA Anda melakukannya. Semua yang Apple lakukan sekadar mendemontrasikan WHY mereka, untuk menantang status quo. Bahwa Apple selalu: thinks different.”

Penjelasan akhir bedah buku Start With Why karya Simon Sinek episode ke-2 oleh Ustaz Pedyanto ini cukup menjadi reminder. Ketika Simon Sinek mengulas tentang “The Golden Circle” saya pun teringat penjelasan Outcome vs Identity Based Habits-nya James Clear. Menurut James Clear, agar bisa konsisten melakukan suatu habit mulailah dengan memutuskan identitas kita mau menjadi orang seperti apa lalu buktikan dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang memperkuat identitas tersebut.

Mungkin sedikit tidak nyambung, tapi saya menangkap ada persamaan dari penjelasan Simon Sinek dan James Clear bahwa jika ingin melakukan sesuatu, lakukanlah sesuatu itu dari dasarnya. Sehingga terbentuk alasan kuat mengapa kita mau bahkan harus melakukan itu. Dan hal itulah yang kemudian memberi identitas atau ciri khas berbeda terhadap apa yang kita lakukan sehingga memiliki nilai plus.

Begitupun dalam aktivitas dakwah. Dakwah adalah kewajiban dari Allah Swt. untuk mengajak atau menyeru orang kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana firman Allah Swt. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran:104)

Menyeru orang untuk taat kepada syariat memang bukan perkara mudah. Tak jarang penolakan dan penentangan yang kita dapatkan. Ketika itu terjadi maka kita harus instropeksi diri. Mengapa ajakan kita belum bisa meyakinkan orang tersebut.

Banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya.
Pertama, karena kekufuran sehingga Allah Swt. menutup pintu hati orang tersebut terhadap kebenaran. Sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah : 6-7)

Kedua, karena penjelasan kita belum menyentuh dasarnya yang bisa meyakinkan dan memberi alasan kuat mengapa (why) dia harus mengikuti ajakan kita yaitu taat kepada syariat.

Sebagai contoh kecil, saat kita menyuruh orang menutup aurat tapi keyakinan dan ketakutannya kepada Allah Swt. sendiri kurang, bahkan tidak takut masuk neraka, nauzubillahi, maka wajar jika kemudian dia tetap enteng membuka auratnya. Meskipun kita sudah berbusa menyampaikan dosa tidak menutup aurat, dia tetap “easy going” karena pondasi dasarnya tadi tidak ada.

Begitupun terhadap seruan untuk menegakkan khilafah. Menurut Al-Qadhi Taqiyuddin al-Nabhani, khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke suluruh penjuru dunia (Al-Syakhshiyyah al-Islamiyyah).

Tentang kekhilafahan ini, selain dalil Al-Qur’an, as-sunah, dan ijmak sahabat, juga terdapat kesepakatan ulama ahlus sunnah bahwa menegakkan khilafah dan mengangkat Khalifah adalah wajib. Di antara mereka adalah Al-Hafiz Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang menyatakan, “Para ulama telah sepakat bahwa wajib mengangkat seorang khalifah dan bahwa kewajiban itu adalah berdasarkan syariah, bukan berdasarkan akal.” (Fath al-Bari: Syarh Shahih al Bukhari)

Namun, tak dipungkiri ketika dalil sudah disampaikan, masih ada yang menolaknya. Maka, kita pun mencermati kembali. Bisa jadi seseorang tersebut belum memahami filosofi dasar tentang wajibnya khilafah. Bahwa sejatinya hanya dengan khilafahlah syariat Islam akan bisa diterapkan dengan sempurna karena berada pada wadah yang tepat. Sebagaimana ikan. Jika ditaruh di daratan tanpa air lama kelamaan akan mati. Mengapa? Karena tempat hidupnya adalah di air bukan di darat.

Demikian halnya Islam, jika diterapkan dalam sistem yang tidak tepat, seperti demokrasi-sekuler, maka lama kelamaan akan terkikis lalu hilang. Mengapa? Karena institusi yang tepat bagi syariat Islam adalah Khilafah Islamiyyah.

Maka, di sinilah pentingnya memberi penjelasan yang mampu merubah pemikiran dan pemahaman mendasar seseorang sehingga muncul alasan kuat mengapa (why) dia harus taat syariat dan dengan sukarela ikut memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.

Ketiga, para pengemban dakwah Islam belum menunjukkan identitasnya yang menjadikan dirinya memiliki nilai plus untuk meyakinkan orang lain. Dan nilai plus bagi seorang pengemban dakwah adalah ketaatannya kepada Allah Swt. keteguhannya dalam mendakwahkan Islam, keikhlasan, serta kesabarannya dalam menghadapi segala tantangan dan ujian. Jika semua itu ada pada diri seorang pengemban dakwah, insya Allah mad’u akan menyambut seruannya dengan yakin tanpa menawar.

Sebaliknya, “reminder” bagi para pengemban dakwah. Jangan sampai mengajak orang untuk taat kepada syariat, sementara penyerunya sendiri masih berkutat pada maksiat. Maka, bisa dipastikan seruan atau ajakan tersebut tidak akan membekas di hatinya. Semoga Allah Swt. senantiasa menjaga kita dari yang demikian. Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan yang dibenci Allah karena menyampaikan apa yang tidak dikerjakan.

Sebagaimana firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Shaff:2-3).

Wallahu a’lam bish shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 5

Comment here