Opini

Prihatin Tren ‘Selfharm’ di Kalangan Pelajar

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Irawati Tri Kurnia (Aktivis Muslimah)
 
wacana-edukasi.com, OPINI– Dinas Kesehatan kabupaten Magetan mengungkapkan puluhan pelajar SMP melukai lengannya dengan benda tajam. Kepala Dinas Kesehatan Magetan Rohmat Hidayat mengatakan menemukan hal ini saat screening murid baru. Temuan ini ada di salah satu SMP di kecamatan Ngariboyo. Menurut Rohmat, ada 76 pelajar yang ditemukan bekas luka di tangan mereka . Dari pengakuan mereka, mereka sengaja melukai; karena pengaruh depresi dan tren komunitas. Dari 76 pelajar yang mayoritas siswi ini, ditemukan luka sayatan atau gores (www.viva.co.id, Jum’at 20 Oktober 2023) (1). Tidak hanya di Magetan, fakta ini juga terjadi pada 56 siswa di Bengkulu (www.haluan.com, Senin 13 Maret 2023) (2).
 
Munculnya tren Selfharm (menyakiti diri sendiri) menunjukkan betapa buruknya lingkungan sekuler kapitalistik saat ini. Agama tidak dijadikan lagi sebagai standar hidup, sehingga masyarakat termasuk kalangan pelajar, tidak dapat membedakan halal haram dalam berperilaku. Kapitalisme menjadikan kepuasan materi sebagai standar kebahagiaan. Sehingga saat mereka tidak berhasil menemukan circle pertemanan sesuai standar kapitalisme, atau tidak berhasil meraih keberhasilan duniawi; maka mereka akan menganggap diri mereka gagal, merasa terasingkan, dan menarik diri dari lingkungan.
 
Kapitalisme juga tidak menjadikan akidah sebagai standar pendidikan, akan tetapi standar materi. Akhirnya menciptakan generasi yang rapuh dan mudah depresi serta putus asa.
 
Pendidikan yang dibutuhkan adalah sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi tangguh, yaitu sistem Islam kafah (penerapan secara menyeluruh) melalui Khilafah. Keberhasilan ini karena ada pengkaitan kehidupan saat ini dengan agama, tidak dipisahkan alias disekulerkan. Akidah dijadikan sebagai asas kehidupan, sehingga sistem apa pun-termasuk sistem pendidikan- pun diatur berdasar Syariat Islam.
 
Dengan sistem Islam ini, para siswa akan menjadi generasi tangguh karena memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikapnya Islami.  Dari sinilah muncul kesadaran bahwa dirinya hamba Allah sehingga hidup adalah untuk beribadah pada Allah (Az-Zariyat : 56), standar hidup adalah halal-haram, dan standar kebahagiaan adalah teraihnya rida Allah SWT. Mereka sadar bahwa hidup mereka hanya untuk Islam dan kemuliaannya.
 
Dengan terbentuknya kepribadian Islam pada diri siswa, maka mereka menyadari bahwa Selfharm diharamkan dalam Islam. Rasul bersabda :
“Tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang lain” (HR Ibnu Majah).
 
Khilafah menanamkan pendidikan berdasar akidah ini dengan tiga cara; yaitu pendidikan oleh keluarga, pendidikan oleh masyarakat dan pendidikan oleh negara.
 
Pada pendidikan oleh keluarga, Khilafah menekankan kewajiban keluarga untuk mendidik anak-anaknya berdasarkan akidah Islam, terutama oleh ibu sebagai Madrasah Ula (sekolah pertama) bagi anak. Sejak dini anak dikenalkan pada Allah Sang Pencipta dan memahamkan posisinya sebagai hamba-Nya yang hidup hanya untuk Islam dan kemuliaannya.
 
Pendidikan akidah oleh masyarakat, Khilafah menekankannya dengan menempatkan mereka sebagai kontrol sosial. Membudayakan perilaku amar ma’ruf nahi mungkar (berdakwah dan saling menasehati tentang Islam) dan membiasakan saling ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan). Sehingga para pelajar mendapatkan contoh nyata di lingkungannya budaya dakwah dan saling menolong yang ikhlas sesuai Syariat.
 
Sedangkan pendidikan oleh negara, dilakukan oleh Khilafah mengupayakan pendidikan dengan kurikulum berdasar akidah Islam, baik formal maupun non formal. Syekh Atha bin Khalil dalam kitabnya Dasar-Dasar Pendidikan dalam Daulah Khilafah menjelaskan, bahwa tujuan umum pendidikan dalam Islam adalah :
1.        Untuk membentuk kepribadian Islam
2.        Untuk membuat anak didik mampu menyelesaikan permasalaham kehidupan, seperti Qadhi (Hakim), Ahli Fikih, Ulama, para Saintis, Diplomat, Jaisy (tentara). Paradigma berpikir yang ditanamkan pada mereka bahwa, kemampuan yang mereka miliki akan mulia hanya jika mereka memanfaatkannya untuk umat dan kemuliaan Islam.
 
Dengan konsep pendidikan seperti ini, tidak akan ada celah bagi generasi berpikir rendah untuk menyakiti diri mereka sendiri. Terbukti dari pola pendidikan seperti ini, lahirlah sosok luar biasa seperti Salahudin Al-Ayyubi. Memiliki pola pikir Islam yang cemerlang, fakih dalam Ilmu Islam, mumpuni dalam penguasaan strategi perang dan penataan kepentingan kaum muslimin. Melalui tangannya dan para tentaranya, Al-Quds dan Palestina berhasil dibebaskan dari penjajahan tentara Salib. Masyarakat Mesir dimurnikan pemahamannya dari paham-paham yang menyesatkan, seperti pemahaman Syi’ah dan sebagainya. Sehingga tidak heran, sosok beliau disegani musuh dan dicintai rakyatnya.
 
Demikianlah Khilafah dalam membentuk sosok-sosok generasi muda yang membentuk pilar-pilar peradaban Islam yang mulia, yang mampu mengantarkan manusia menjadi umat yang terbaik, serta Khilafah mampu memimpin peradaban yang cemerlang selama 13 abad lamanya dan mampu menguasai 2/3 peta dunia lama. Dengan Khilafah, generasi penerus dijamin selamat dari tren selfharm.
 
Wallahu’alam Bishshawab
 
Catatan Kaki :
(1)      https://www.viva.co.id/edukasi/1649194-puluhan-siswi-smp-di-magetan-lukai-diri-sendiri-ini-penyebab-dan-cara-atasi-self-harm
(2)      https://www.harianhaluan.com/lifestyle/107983512/52-siswa-smp-di-bengkulu-lakukan-self-harm-kenali-bentuk-self-harm-berikut-dan-cara-mengatasinya
 

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Loading

Visits: 17

Comment here